09

544 72 4
                                    

Sore telah tiba. Doyoung kini tengah asik memandangi kebun bunga milik keluarga Mashiho yang terketak di halaman belakang.

"Hey, daritadi berdiri mulu. Gak cape? "

Doyoung menoleh, mendapati Mashiho yang sedang berdiri di ambang pintu dengan senyumannya.
Doyoung lantas menggeleng.

Mashiho mengangguk. Lalu ia menyusul Doyoung. Berdiri di samping manusia lucu ini.

"Ntar malem gwe ada acara kumpul bareng sama temen-temen gwe. Lo mau ikut? "

"Nggak deh, kak"

"Terus lo mau hibernasi di kamar aja? Bunda Je nanti malem masih di sini. Mau kumpul bareng juga sama emak-emak sosialita. Nggak mau gabung? "

"Gabung bareng emak-emak sosialita?"

"Ya engga lah... Gabung sama gwe aja. Tapi kalau lo mau sama emak-emak sosialita juga nggak papa"

Doyoung diam. Memikirkan berbagai macam keresahannya. Mashiho yang sadar akan hal itu, lantas mengusap kepala Doyoung pelan.

"It's ok, bby. Nggak papa. Dicoba dulu ya? Nanti kalau udah nggak nyaman, lo boleh duluan"

Doyoung tertegun. Apa Mashiho tahu?

"Gwe tahu. Lo demen menyendiri, kan? Agak risih sama kerumunan orang juga. Tapi tenang. Ntar malem, gwe bakal terus ngawasin elo, biar lo nyaman sama sekitar"

Doyoung tersenyum. Lalu mengangguk ragu. Tidak ada salahnya mencoba kan?






























Malam tiba. Di saat Mashiho, Jisoo dan Jennie sedang menyiapkan segala sesuatu di halaman samping, Doyoung tengah berdiam diri di toilet.
Sebenarnya ia ingin membantu. Tapi tubuhnya belum apa-apa saja sudah lesu.

Tok-Tok...

Pintu toilet itu terketuk pelan.
"Bby, udah pada dateng. Keluar yuk"

Itu Mashiho. Doyoung lantas membuka pintunya perlahan.

"Ayo"ajak Mashiho.

Doyoung menggeleng pelan.
"Aku mau di dalem aja"

"No. Nggak boleh. Lo harus terbiasa. Mumpung apa yang lo alami sekarang ini belum terlalu parah. Kita harus ngilangin itu. Emang lo nyaman sama keadaan lo yang gini terus? Ya gwe akuin sih. Menyendiri itu emang enak. Kadang gwe juga suka. Tapi itu gak selamanya baik. Latihan berbaur sama sekitar, ya? Kaya apa yang gwe bilang sore tadi. Dicoba. Walaupun nanti lo bisanya cuma sebentar, nggak masalah"mashiho menggenggam tangan Doyoung. Meyakinkannya dengan kata penenang miliknya.

Doyoung menatap mata Mashiho, yang se-akan mashiho tengah berujar 'tidak apa-apa' pada dirinya.

Akhirnya ia mengangguk. Mashiho tersenyum, lalu menggandeng tangan yang lebih muda untuk mengikutinya ke halaman samping. Tempat dimana mereka akan berkumpul.

Doyoung dapat mendengarnya. Suara ricuh yang terjadi, bahkan sebelum ia sampai di tempat tujuan. Bahkan ada suara tawa terbahak-bahak yang entah itu milik siapa.

"Sory lama"ucap Mashiho, kala barusaja menapakkan kakinya di halaman samping itu.

Kini seluruh atensi tertuju pada Mashiho. Atau padanya?

"Wih, sapa tuh? "

"Anaknya bunda Je"jawab Mashiho. Lalu diliriknya Doyoung. Memberi kode untuk segera bergabung pada teman-temannya.

Mashiho berjalan dulu, di ikuti Doyoung.

"Loh? Kak Doyoung? "

"Doyoung? "

Mashiho mengernyit bingung. "Kenal? "

"Ini mah kakak kelas gwe, bang"

"Iya. Satu sekolah kita. Btw, lo yang di lapangan tadi kan? "

Doyoung mengangguk. Tersenyum pada seseorang yang baru saja berujar, tak lain dan tak bukan adalah Junkyu.

Mashiho mengangguk. Lalu mengajak Doyoung duduk.
Doyoung duduk di antara Mashiho dan Jeongwoo. Dan di hadapannya adalah Junkyu. Yang lain? Masih asing.

"Kenalan dulu, dong. Nggak asik kalau nggak kenalan"

Mashiho mengangguk setuju. Lalu menyenggol pelan lengan Doyoung.

"Halo semua. Gwe Doyoung"

"Gwe Jaehyuk. Halo manis"
'bau-bau lelaki buaya' 

"Gwe Jihoon. Salam kenal"
'Wah. Matanya ikut senyum'

"Gwe Hyunsuk"
'bau duit sih ini'

"Gwe Yoshi. Produk jepang"
'animek?'

"Asahi"
'Ikan sarden?'

Doyoung mengangguk. Dan seperti biasa. Ia tersenyum tipis. Menahan rasa canggung.

"Lah? Yang lain gk pada kenalan? "

"Udah kenal"Junghwan, Junkyu, Haruto, serta Jeongwoo menyahut.

Mashiho hanya mengangguk.

Lalu mulailah acara makan-makan mereka. Sumber makanannya tentu saja dari para emak-emak sosialita.

"Kyu, ambili telor dadar dong"

"Males. Ambil aja sendiri"

Yoshi mendengus kesal.

"Telornya juga jauh dari jangkauan gwe bang"Ujar Junkyu membela.

"Yaudah. Di estafet aja"

Junkyu mengangguk. Lalu meminta tolong pada Junghwan, yang dekat dengan telor dadar agar meranting piringnya.

Ditengah acara makan bersama itu, Doyoung merasa sudah sangat lelah.
Ia menepuk pelan lengan Mashiho.

Mashiho menoleh. Mengangkat satu alisnya.

"Gwe boleh balik sekarang? "Tanyanya lirih.

Mashiho melirik piring milik Doyoung. Masih bersih.

"Lo belum makan apa-apa. Makan dulu lah"

Doyoung emnggeleng. "Udah makan"

"Makan apaan? Piring lo masih kinclong"

"Makan anggur tiga biji"

Mashiho menggeleng. "Makan dulu"

"Nggak mau. Gwe nggak laper"

Akhirnya Mashiho pun mengangguk.
"Teman-temanku yang saya banggakan, gwe izin nganter Doyoung masuk dulu ya? "

"Loh? Kenapa? "Tanya Jeongwoo.

"Ini, Doyoung nggak bisa lama-lama sama udara dingin"

Doyoung menoleh pada Mashiho. Sedikit terkejut. Mashiho juga tahu yang ini?

"Yah... Sayang banget"Sahut Junghwan.

"Yaudah. Bawa masuk aja anaknya. Kasihan kalau nanti sakit"Hyunsuk menimpali.

"Iatirahat ya manis"Jaehyuk melambaikan tangannya. Di ikuti oleh yang lain.

Doyoung mengangguk.
Ia melirik Mashiho. Memberinya kode agar segera mengantarnya. Namun Mashiho malah berbisik pelan. "Ngomong sesuatu"

Doyoung diam sebentar. Memikirkan kata-kata yang akan di ucapkannya. Sekaligus mengumpulkan seluruh keberaniannya.

"Gwe duluan ya. Maaf gak bisa lama-lama"Doyoung sedikit membungkuk. Mengisyaratkan kata maaf pada mereka.

"Santai aja. Lagian kesehatan lo lebih penting"Sahut Jihoon yang di angguki yang lain.

Doyoung mengangguk. Lalu menarik Mashiho untuk segera menjauh.

INTROVERT-BbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang