Chapter 36: Dia Urusan Ku Dan Mereka Adalah Urusan Kami

13 3 0
                                    

     "Tamat lah riwayat mu Asto..." kata Giroz dengan tubuh yang sudah berdarah-darah dan asap yang keluar dari seluruh luka bakar yang di milikinya.

     "Bagaimana bisa kau selamat....?" balas pak Asto yang sudah mulai putus asa melawannya.

Pak Asto pun langsung mencoba mundur perlahan dari Giroz. Giroz yang melihat itu tidak membiarkan pak Asto kabur, dan langsung mengejarnya, namun tiba-tiba langkahnya berhenti. Dia langsung ngos-ngosan, dan langsung merasakan sakit yang luar biasa di jantungnya. 

     "Arrrkkhhh!" Giroz pun langsung terjatuh merangkak, sambil mengacak dadanya.

Pak Asto yang melihat itu pun tersenyum, "Sepertinya efek obat-obatan itu sudah habis ya."

Giroz tidak menjawab pak Asto dan terus meringis mencengkram dadanya dengan sangat keras. "Hah-hah-hah" dia ngos-ngosan karena sesak napas.

Pak Asto pun berdiri dan langsung mengambil kesempatan itu, "Magic Weapon Stance, Morning Star, Fatal Attack!" 

Pak Asto pun langsung menghantam kepala Giroz yang tertunduk saat dia merangkak, 'PWang!' Giroz langsung terlempar hingga menabrak tembok di sampingnya. 

     "Sudah tidak ada waktu lagi bagi mu untuk merasa kesakitan, biar aku saja yang mengakhiri penderitaan mu." kata pak Asto yang memasang kuda-kuda Magic Weaponnya lagi.

     "Bedebah kau Asto! Errghhh!" kata Giroz yang langsung meringis kesakitan lagi mengacak dadanya kuat-kuat.

     "Magic Weapon Stance, Morning Star, Striker's Ball Hit." kata pak Asto yang mengayun kan Bintang Paginya dari tanah ke atas, lalu keluar lah bola-bola berduri yang terbuat dari aura berwarna ungu yang bermunculan ke arah Giroz dan berbaris lurus, dari kecil hingga yang paling besar langsung keluar dari tanah yang di pijak Giroz.

     'Bam!'

Tubuh Giroz pun langsung terhantam dan tersentak ke atas. Pak Asto pun langsung melompat sambil menarik Bintang Paginya ke belakang, lalu langsung mementung kepala Giroz lagi saat berada di udara. "Hiyaaa!" 'Bwang'

Giroz pun langsung terpental ke samping, dan terkapar tak berdaya. Seluruh anggota Geng Antidote yang melihat itu pun langsung mengepung pak Asto. 

     "Ini kesempatan kita, dia sudah kelelahan sekarang! Dari tadi aku sudah menahan-nahan untuk tidak menganggu pertarungan bos, tapi sekarang kau akan membayar apa yang telah kau perbuat Asto!" kata salah satu anggota Geng Antidote yang sudah seumuran dengan pak Asto.

Langit-langit saat itu pun mulai tertutup oleh awan-awan hitam, yang membuat langit mendung, dan menandakan akan turun hujan sebentar lagi.

     "Sejak dulu kalian memang hanya bisa menonton Ketua kalian yang bertarung, jangan besar kepala dulu kalian, walau berhasil membunuh ku nanti. Walaupun aku sangat membenci Ketua Geng kalian, tapi aku sedikit salut dengan keberaniannya." kata pak Asto.

     "Sudah cukup omong kosong mu Asto!" 

Mereka pun langsung menyerang pak Asto dengan beberapa senjata tajam, berupa pisau tongkat kayu, dan golok.

Pak Asto pun langsung menghantam Bintang Paginya ke tanah. Hantaman itu langsung mengeluarkan shockwave yang dengan aura petir-petir ungu. Seluruh Geng Antidote yang mengelilingi pak Asto pun langsung melayang, berhambur. "Uaaghh!"

     "Mereka semua menggunakan senjata, dengan kondisi ku yang sudah parah ini, setidaknya aku dapat membunuh 10 dari 30 orang itu." kata pak Asto.

Para anggota Geng Antidote itu pun langsung bangkit lagi, "Serangan seperti itu tidak akan cukup untuk menumbangkan kami Asto." 

Diary Si Peno: Season 2 (The Eight Delinquents)Where stories live. Discover now