⚙ CHAPTER 2 : Berawal di Meja Makan ⚙

727 121 12
                                    

Siapa nunggu??

Happy reading >•<

‐--------‐-------‐--------‐-------‐--------‐-------‐--------‐-------‐-------

Langit berangsur gelap, mengiringi perjalanan Asha selepas acara arisan keluarga berkedok ulang tahun keponakan. Melelahkan. Pasalnya, di antara saudara persepupuan, tidak ada satu pun yang sebaya dengannya. Persebaran rentang usia yang tidak merata menempatkan Asha seorang diri dengan beberapa sepupu yang sudah menginjak dunia kerja dan beberapa lainnya justru masih di bangku sekolah dasar. Bahkan, batita pun ada.

"Lucu banget sih tadi anaknya Om Irdan, baru juga nggak ketemu berapa bulan udah lincah banget."

Bunda, si paling gemas dengan anak-anak.

"Ya, namanya juga anak cepet banget gede. Lihat aja si Asha, perasaan baru kemarin Ayah daftarin TK sekarang udah mau kuliah aja."

Kuliah.. kuliah.. kuliah..

Bunda mengangguk setuju, lalu sekilas melirik Asha untuk menangkap raut kesal bercampur malas yang kentara.

"Sekolah yang bener ya anak Bunda."

Hembusan napas besar lolos dari Asha. Berat hati mau mengiyakan, tapi tidak mungkin juga dengan arogan menolak perkataan Bundanya.

Sebelum benar-benar pulang dari suatu acara, seperti biasa keluarga kecil Asha akan mampir untuk makan di luar. Tahu kalau sampai di rumah pasti akan buru-buru istirahat dan malas untuk memasak.

"Turun yuk, makan. Biar pikirannya fresh."

Asha menurut. Memangnya bisa apa lagi? Ketiganya beriringan memasuki rumah makan langganan dan dengan spontan mengarah menuju meja pemesanan. Enggan memikirkan masalah perkuliahan yang tidak tahu kapan akan berakhir, Asha memilih membayangkan rasa gurami bakar manis yang selalu jadi favoritnya.

"Aku kayak biasa ya, Bun" Kata Asha yang otomatis diiyakan.

Belum sempat tiba di meja pemesanan, ketiganya berhenti serentak ketika dari arah kanan terdengar suara yang menginterupsi.

"Laisa!"

Seruan yang sirat akan keterkejutan itu mendapat respon yang sama ketika tahu-tahu Bunda berlari kecil memeluk sang pemilik suara. Saling mengamati satu sama lain dan ditambahi dengan beberapa kali pelukan kecil, sebelum kemudian saling mengenalkan keluarga satu sama lain.

Tante Dalia namanya, sahabat Bunda sejak bangku SMA hingga kuliah. Asha beberapa kali mendengar namanya disebut dalam cerita Bunda, tapi hanya sekadar tahu nama karena tidak pernah bertemu secara langsung. Empat tahun setelah lulus kuliah, Tante Dalia menikah dengan seorang petinggi di perusahaan tempatnya bekerja dan memutuskan pindah karena kepentingan rumah tangganya. Sejak saat itu, Bunda tidak lagi pernah bertemu. Namun, kabar buruk menyebar jika pernikahan itu gagal dan berakhir dengan perceraian setelah menginjak usia tujuh tahun. Selang cukup lama dari peristiwa itu, Tante Dalia akhirnya memutuskan untuk menikah kembali dengan rekan kerjanya dan memiliki anak gadis berusia sembilan tahun yang kini tengah duduk di hadapan Asha. Kayla namanya. Memang setelah sesi memesan makanan tadi, kedua keluarga itu sepakat duduk di meja yang sama untuk melepas rindu sekaligus menceritakan kondisi satu sama lain saat ini.

Keluarga baru Tante Dalia baru saja menghadiri undangan pernikahan saudara di Bogor. Karena hubungan tali persaudaraan yang memang cukup jauh, mereka hanya sekedar tolak tanpa menginap. Berangkat dari Jogjakarta pukul 11 malam dan akan segera kembali setelah acara makan malam itu berakhir.

"Aduh, nggak nyangka bisa ketemu secara kebetulan setelah belasan tahun kita nggak ketemu."

Tante Dalia melempar senyum tiada hentinya. Kalau kata Asha "sedikit lagi giginya kering".

DISASTER COMESSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang