⚙ CHAPTER 4: Jalan ⚙

474 89 8
                                    

Happy reading :)

***

Setelah menggantung ajakan Awan untuk jalan kemarin, kini Asha mulai mempertimbangkan ketika Zizi mengatakan "Sha, temen SMP gue ngajak ketemuan nanti malem, gue nggak jadi ikut sama anak-anak keliling, lo have fun ya!". Asha adalah tipikal gadis rumahan, an extremely introvert, dan enggan bermain ramai-ramai jika tidak ada Zizi yang bisa memahami perubahan mood-nya secara mendadak. Yang ada nanti Asha harus mengeluarkan energi ekstra untuk terlihat tetap normal di tengah teman-teman yang menurutnya tidak begitu akrab. Meskipun terhitung banyak menghabiskan waktu bersama sejak kelas sepuluh.

AWAN:
lo maunya ke mana aja
bebas

Iya, Asha memang bertukar pesan dengan Awan sejak kemarin. Hanya percakapan normal, menanyakan tempat A, B, dan C di sekitar hotel tempat Asha menginap, membahas toko yang menjual kebutuhan random Asha, dan hal-hal semacamnya. Itu juga yang membuat Asha merasa sepertinya akan lebih baik jika malam itu ia menerima ajakan Awan untuk keluar ketimbang menghabiskan waktu bersama rombongan kelasnya.

ASHA:
gue nggak tahu mau ke mana

Jawaban klasik cewe-cewe di seluruh Indonesia. Intinya mau tapi tidak tahu mau ke mana, tidak mau berpikir ingin ke mana, maunya duduk dan diajak keliling. Sudah itu saja, terima beres.

AWAN:
keliling?
jajan?
nonton jadwal terakhir juga boleh kalau lo mau

Mendelik, Asha tersenyum lebar pada tawaran terakhir Awan. Bagaimana bisa laki-laki satu itu menggiring Asha dengan begitu baik. Menebak dengan tepat hal yang selalu jadi kesukaan Asha.

ASHA:
MAUUU

Tanpa babibu, Asha menyetujui dan bergegas untuk bersiap. Ia bahkan tak menutupi semangatnya dengan sok cool di chat. Bodoamat, emang lagi seneng batinnya. Tak lupa ia mengabarkan Dewa bahwa ia tak ikut rombongan karena diajak keluar oleh saudara jauh. Begitu saja, biar tidak ditanya panjang-panjang. Bisa ribet kalau semua tahu Asha malam-malam jalan sama Awan yang kemarin mengisi materi Fakultas Teknik Sahna Wikrama.

AWAN:
on the way

Gilaaa! Asha semakin kesal dengan perasaannya yang terlalu lemah. Lihat typing Awan yang ganteng saja rasanya sudah ingin memiliki, apalagi mukanya yang lebih ganteng itu. Tapi Asha sadar ia tidak boleh goyah, ini kan cuma sementara. Setelah Campus Tour berakhir dan Asha pulang, semua akan lenyap begitu saja. Awan mungkin juga mengajaknya untuk sekadar iseng mengisi waktu luang, atau berusaha menjaga hubungan baik mengingat Bunda dan Tante Dalia bersahabat baik.

Setelah dua puluh menit, Asha sudah siap dengan boyfriend jeans dan cropped top berlengan pendek yang dilapisi cardigan dengan warna nuansa spring. Juga make up tipis yang ia poleskan agar tidak terlihat pucat.

Tak sampai lima belas menit menunggu, Awan pun sampai. Asha buru-buru turun berharap teman sekelasnya sudah berangkat sehingga ia tak perlu repot-repot beralibi jika ditanya.

AWAN:
sebelah kanan lo

Asha menoleh sesuai instruksi dan mendapati Awan berdiri di samping mobil dengan plat AB sama seperti yang dikendarai lelaki itu saat makan malam dulu. Gue pikir keliling motoran aja, kalo begini gue jadi takut diapa-apain, batinnya. Sedikit ragu, Asha tetap melangkah mendekat. Keduanya tidak menunjukkan ekspresi apapun, tidak terlihat senang tapi tidak dingin juga. Tapi Asha beralih panik ketika Awan tiba-tiba berjalan memutar dan membukakan pintu untuknya. Sialan, kenapa jadi kayak tuan putri begini gue?

"Gue bisa buka sendiri kok"

Ucapan yang seharusnya ia lontarkan dengan ketus karena perlakuan Awan yang menurutnya berlebihan justru terdengar sangat lemah. Bagaimana tidak, jika lawan bicaranya itu tidak menggubris dan tetap setia memegang pintu mobil sampai Asha naik. Tak lupa dengan wajah tampan setelan pabrik yang senantiasa membuat Asha deg-degan, apalagi dari jarak sedekat ini.

DISASTER COMESSYWhere stories live. Discover now