⚙ CHAPTER 6: Ditunggu Kabar(baik)nya? ⚙

376 52 14
                                    

Aku bahkan ga inget kalau udah tulis chapter ini dan lupa update woii??!!!

Happy reading aja lahh buat yang masih menunggu couple piyikku Awan dan Asha hehehe <3

•••

Bunyi nyaring sendok tatkala beradu dengan cangkir teh mengisi keheningan yang panjang. Asha bahkan tak sanggup bernapas ketika tangannya dengan lancar mengaduk minuman yang mungkin gulanya sudah larut sepuluh menit lalu. Matanya takut-takut menatap reaksi Ayah ketika di hadapannya, Awan sudah mulai kehabisan kata-kata.

"Saya bisa cek Asha setiap hari kok Om, terlebih kalau Asha kos di tempat yang dekat sama apartemen saya. Saya juga janji akan laporan ke Om tentang keseharian dan lingkungan Asha di perkuliahan nanti."

Hembusan napas kasar lolos. Ayah mulai lelah dengan diskusi berkelit yang tak bias ke siapapun, sebab Awan nampak mendesak meski itu-itu saja yang ia sampaikan.

"Yang saya pikirkan banyak, Asha belum mandiri dan belum bisa jaga dirinya sendiri. Kalau Nak Awan mengajukan diri untuk menjaga Asha, siapa yang bisa memastikan kalau lingkungan Asha akan seterjamin itu. Lingkungan yang baik versi kami sebagai orang tua pasti berbeda dengan versi kalian sebagai anak muda zaman sekarang."

Bunda kini mulai ikut membuat keributan dengan bunyi ketel yang melolong minta dimatikan. Telinganya terlalu fokus menangkap isi pembicaraan sampai melupakan air rebusannya yang akan dipakai untuk membuat wedang jahe madu. Akhir-akhir ini cuaca kurang bersahabat, membuat tenggorokannya gatal dan mudah batuk-batuk.

"Om dan Tante bisa sampaikan ke saya, lingkungan seperti apa yang diharapkan untuk Asha. Saya pasti berusaha supaya nggak ada satupun hal negatif di Jakarta yang akan merusak Asha." Kali ini pandangannya terlempar ke Asha, bertatapan untuk sekian detik yang pendek. Merasa kasihan dengan gadis berseragam coklat kotak-kotak yang terlihat tak berdaya hanya untuk memilih pendidikan bagi dirinya sendiri.

Kaki meja berderit, tersenggol lutut Asha yang maju mundur didorong oleh kegelisahan. Rasanya ia lebih baik pasrah menelan mimpinya daripada harus melihat Ayah murka karena keberanian Awan. Awan, yang sejatinya bukan siapa-siapa bagi mereka.

"Ehm... Begini, mungkin saran Awan bisa kita pertimbangkan dulu Yah. Siapa tahu kita bisa bekerja sama dengan baik supaya-"

Belum sampai niatan Bunda yang hendak menengahi, suaranya terpotong oleh kata-kata Ayah yang menampar perasaan Awan. Atau setidaknya mencubit hatinya sedikit demi sedikit begitu beliau berucap, "Kamu bicara seolah sanggup melindungi Asha, gimana kalau nantinya justru kamu yang menghancurkan Asha? Apa yang bisa menjamin bahwa bukan kamu sumber bahaya bagi Asha kalau dia kuliah di Jakarta?"

Sepuluh detik... dua puluh... tiga puluh... habis sudah waktu terbuang melahap diam yang rasanya tak mengenakkan sama sekali. Awan bungkam, Asha dan Bunda pun demikian. Sementara Ayah tiada hentinya membuat kejutan dengan tuntutan yang membuat keheningan membunuh lebih lama lagi.

"Kecuali Nak Awan bersedia menikahi Asha, kembali ke pembicaraan kita waktu makan malam itu."

Ayah cukup percaya diri dengan tantangan yang ia berikan. Dalam pikirannya Awan tidak mungkin seberani itu. Apalagi Asha, dalam hatinya pasti memaki kencang-kencang karena tersudutkan tanpa pilihan selain menerima takdirnya. Tapi dari ekor matanya, Awan menatap raut penuh harap yang perlahan terkubur oleh kekecewaan di muka Asha. Kasihan, sebanding dengan perasaannya ketika beralih menatap wajah Bunda Asha yang tampak terkejut dengan kalimat terakhir dalam dialog panjang itu.

"Bagaimana?"

Reverse card!

Kini giliran Ayah menuntut Awan untuk menjawabnya dalam waktu singkat. Meskipun jelas bulir-bulir keringat dingin Awan sudah nangkring di ujung dahi dan tangannya memainkan buku-buku jari sampai memerah, Ayah tak peduli. Inginnya hanya satu, semua menerima keputusannya dengan lapang dada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DISASTER COMESSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang