{15} Kecewa

25 4 0
                                    

"Eya, kamu sejak kapan di situ?" tanya Zely.

Mata Eya memerah. "Mami bohongin Eya? Mami nyembunyiin ini dari Eya sejak lama?" ucapnya tak menghiraukan pertanyaan Zely.

"Mama Aeera juga ikut-ikutan." Eya menatap mertuanya itu. "Jangan bilang kalau Cross juga tahu soal ini?"

Zely mendekati Eya dan berusaha menjelaskan semuanya. "Sayang, Mami bisa jelasin kok. Kita duduk sebentar ya, tenangin diri kamu dulu," ucap Zely lembut.

"Nggak! Mami sama Mama jahat sama Eya, kalian nyembunyiin hal penting ini dari Eya. Kenapa? Karena Eya cuma anak bego, iya?!" Air mata Eya mengalir dengan tenggorokan tercekat, tatapan matanya menunjukkan kekecewaan.

Zely langsung menggeleng cepat. "Enggak, Sayang. Mami sayang kamu makanya Mami gak pengen kamu tahu kalo Mami sakit. Mami gak mau Eya sedih," jelas Zely yang diangguki oleh Aeera.

"Eya gak suka dibohongin! Mami sama Mama atau bahkan Cross udah bikin Eya kecewa! Eya benci kalian!" pekik Eya sebelum akhirnya ia pergi dari sana.

Zely dan Aeera langsung mengejar, tapi lari Eya sangat kencang. Aeera lalu menghubungi Cross untuk mencari Eya.

"Eya, maafin Mami, Sayang."

• a f f e c t e d •

E

ya benar-benar kecewa, ia sampai ingin tertawa saking sedihnya. Kini ia mengendarai mobilnya tak tentu arah, Eya tidak tahu harus pergi ke mana karena tidak ada teman yang bisa dituju. Satu-satunya teman adalah Lory, namun ia berada di negeri yang berbeda.

Ingin pulang tapi Eya takut bertemu Cross. Eya takut kalau Cross juga ikut menyembunyikan hal ini darinya. Eya sungguh tak sanggup menghadapi kenyataan itu nantinya. Eya yang frustrasi tentu membuatnya tak fokus pada jalanan karena pikirannya berlarian ke mana-mana, hingga mengakibatkan ia mengalami kecelakaan tunggal dan membuat Eya pingsan di tempat.

Sementara di tempat lain, Cross sedang berlarian menuju basemen setelah mendapat panggilan dari Aeera mengenai Eya. Cross panik sekaligus khawatir, takut terjadi sesuatu pada Eya yang tengah dilanda perasaan hancur. Dan sepertinya feeling Cross benar-benar kuat karena saat ia sampai pada mobilnya, ponsel Cross menyala menampilkan nama penelpon yang ternyata adalah Eya, tak banyak pikir Cross langsung mengangkatnya.

"Halo, Eya–"

"Apa ini suami dari Nyonya Eya?"

Cross diam sebentar karena suara yang ia dengar bukanlah Eya. Jantungnya mendadak berdegub kencang karena firasat buruk menghampirinya. "I-iya," jawab Cross gugup.

"Saya dari pihak rumah sakit ingin memberitahu bahwa istri Anda mengalami kecelakaan tunggal dan kini tengah berada di rumah sakit ...."

Cross langsung tancap gas saat mendengar kabar tersebut, deguban jantungnya bertambah kencang dan ini membuat Cross tersiksa. "Semoga lo baik-baik aja, Eya."

• a f f e c t e d •

Eya sudah sadar dari pingsannya saat Cross sampai. Kepalanya terasa pening saat ia membuka mata, kondisi Eya untungnya tidak parah dia hanya mengalami memar dan lecet di bagian dahi. Cross mengucap syukur saat melihat Eya baik-baik saja, namun ada berita yang membuatnya shock.

"Selamat ya, Pak. Istri Anda sedang hamil dua bulan, dan untungnya kondisi janin baik-baik saja. Setelah ini dijaga baik-baik ya."

Cross tentu saja sangat senang karena ia memang sudah berniat untuk mengikuti program hamil, dia menatap Eya dengan tatapan berseri-seri. Tak henti-hentinya Cross mengucapkan terima kasih pada Eya, yang sayangnya tak satupun dibalas oleh Eya.

"Gue gak bawa dompet, lo bayar sendiri tagihannya," ucap Eya kemudian beranjak dari hospital bed.

Eya berniat pulang dan meninggalkan Cross yang masih kebingungan. "Eya," panggil Cross, namun Eya tetap berjalan tanpa mau menanggapi suaminya.

Selepas Cross membayar tagihan rumah sakit dia menyusul Eya ke parkiran namun tidak ditemukan keberadaan istrinya tersebut, hingga setelah berkeliling mencari Eya muncul sebuah notifikasi dari aplikasi keungannya memberitahu bahwa baru saja terjadi transaksi untuk membayar taksi online. Cross jelas bingung, kenapa Eya malah pulang duluan tanpa memberitahu Cross.

• a f f e c t e d •

Cross sampai di rumah sepuluh menit setelah Eya, dia langsung menuju kamar untuk bertemu Eya. Namun, Cross malah menemukan sosok Eya yang tengah mengemasi baju-bajunya ke dalam koper. Cross langsung menghampiri Eya dengan perasaan bingung.

"Eya, kenapa bajunya dimasukkin ke koper? Lo mau ke mana?" Cross bertanya seraya menghentikan aktivitas Eya mengepak bajunya.

"Perlu banget lo nanya?" Eya membalas seraya mendorong Cross agar menyingkir dari hadapannya.

"Lo habis kecelakaan, bisa duduk tenang bentar? Gue khawatir setengah mati tadi," ujar Cross.

"Terus gue harus peduli sama omongan yang keluar dari mulut pembohong kayak lo?" timpal Eya dengan sarkas.

"Maksud lo apa?"

Eya mendecih. "Gak usah pura-pura gak tahu. Lo sekongkol kan sama Mami buat nutupin ini dari gue?" tuduhnya, yang sepertinya benar karena Cross hanya diam tanpa berniat menyangkal saat Eya mengatakan itu.

"Bener kan?" ulang Eya, matanya memerah tanda air mata akan segera mengalir membasahi pipi.

Kondisi Cross pun sama dengan Eya. "Gue minta maaf, gue gak bermaksud bohongin lo Eya," ucap Cross.

"Gak bermaksud lo bilang? Lupa sama kesalahan lo di masa lalu? Lo gak bermaksud bentak gue, gak bermaksud nyembunyiin fakta tentang Zoey, terus sekarang?" Eya mengusap kasar air matanya yang berani turun ke pipi.

"Gue mau lo tahu tentang ini setelah Mami sembuh."

"Bullshit!" pekik Eya. "Terus aja bohong sama gue Cross, terus aja buat kebohongan karena gue udah muak sama lo!" Eya mendorong Cross dengan kasar hingga lelaki itu mundur beberapa langkah.

Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya, Cross benar-benar menyesal. Dengan mata memerah Cross berkata pada Eya, "Gue bener-bener gak bermaksud buat bohong, gue gak mau lo khawatir dan jadi kepikiran karena Mami gak mau lo begitu. Gue minta maaf kalo cara gue salah."

Eya menunduk sembari menahan isakan yang hendak keluar dari mulutnya. "Gue gak suka kebohongan Cross. Sekecil apapun itu, gue bener-bener gak suka. Lo udah pernah gue peringatin tapi nyatanya apa? Lo bikin gue kecewa Cross, lagi dan lagi padahal gue udah bener-bener percaya sama lo." Isak tangis akhirnya keluar dari mukut Eya.

Cross menghampiri Eya, hendak memeluknya tapi Eya langsung menghindar. "Gue bener-bener gak kuat Cross. Gue mau hidup sendiri, gue gak bisa sama lo lagi," putus Eya pada akhirnya, dia meraih koper yang sudah tertutup rapi dan berniat pergi meninggalkan Cross.

"Enggak, lo gak boleh ngomong gitu Eya!" Cross langsung mencegah dengan mencekal lengan Eya. "Lo lagi hamil, gue gak akan biarin lo pergi ke manapun!" tegasnya.

Eya marah dia langsung berteriak tepat di wajah Cross. "Lo pikir gue sudi punya anak dari pembohong kayak lo? Enggak!"

"Enggak, lo gak bisa kayak gini Eya, dia anak kita. Lo gak boleh bersikap gegabah apalagi ambil keputusan dalam keadaan marah," ucap Cross sembari menggenggam tangan Eya.

"Gue gak akan biarin dia tumbuh di perut gue!"

AFFECTED | 2019 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang