Prolog

3.3K 565 611
                                    

Di suasana malam yang begitu dingin dan sunyi. Terdapat seorang gadis tengah menahan kepedihannya di dalam sebuah kamar, yakni di kamarnya sendiri.

Matanya sangat berkaca-kaca,
nafas tersengal sengal. Sesekali terdengar suara isakan. Namun, dengan sekuat tenaga, ia tahan air matanya itu agar tidak menetes. Ia memukul-mukul dadanya demi mengurangi rasa sakit.

"Tuhanku, mengapa engkau melahirkanku? aku cape, aku lelah tuhan, peluk aku
tuhan," lirihnya Zuhra didalam kamarnya yang sangat sunyi.

"Pa, jemput Zuhra pa. Zuhra mau ikut papa, Zuhra cape disini pa," lirihnya Zuhra dengan isakan semakin kuat.

                     ~~~~••~~~~

Mentari pagi sudah menyinari bumi Zuhra Zhalyla. Seorang gadis cantik, mata berwarna cokelat hazel dan tingginya 158 cm.

"Assalammualaikum, pagi anak anak," sapa sang guru dengan senyuman.

"Wa'alaikummussalam, pagi Ibu!" jawab para murid serentak didalam kelas  11 Mipa 1.

"Hari ini kita kedatangan anak baru dari Kota Pekanbaru.
Zuhra mari nak masuk, silahkan perkenalkan diri kamu." ujar sang guru mempersilahkan Zuhra berkenalan dengan teman-teman sekelasnya.

"Hai teman-teman semua," sapa Zuhra melambaikan tangan dengan senyuman manisnya.

"Hai jugaa!" jawab para murid serentak dengan senyuman. Banyak senyuman yang ga dapat diartikan oleh Zuhra.

"Perkenalkan saya Zuhra Zhalyla dari Pekanbaru. Senang bertemu kalian semua, semoga kita bisa berteman baik semuanya," sapa Zuhra dengan senyuman kepada mereka semua.

"Hai cantik, kenalin gua Verrel. Cowo terganteng dikelas ini." ujar Verrel dengan senyuman menggodanya.

"Huuuu.... pede amat lo!" ujar Bastian beserta teman teman sekelasnya.

Suara hentakan spidol dipapan tulis, membuat semua murid yang bersorakan menjadi terdiam.

"Zuhra, silahkan duduk nak." ujar sang guru mempersilahkannya mencari bangku.

"Zuhra sini duduk sebelah gua aja, kenalin gua Lisa.
Mulai sekarang kita bisa temanan." ujar Lisa sambil menunjuk arah bangku sampingnya dan menjulurkan tangan untuk berkenalan.

"Makasih ya Lisa." ujarnya Zuhra sambil tersenyum dan menerima juluran tangan Lisa.

Dibalik keributan para siswi ingin berkenalan dengan Zuhra,
ada seorang pria memperhatikan Zuhra diam diam, yaitu Gilang Dirgantara.

                    ~~~~••~~~~

"Assalammualaikum Mama." ujar Zuhra yang baru saja memasuki rumah dan membuka sepatunya.

"Wa'alaikummussalam, gimana sekolah barunya?" tanya Raisa menghampiri sang anak dengan rasa kecewa.

"Not bad lah Ma, Zuhra kamar dulu ya." belum sempat kakinya melangkah, lengannya sudah ditahan oleh sang mama. Sontak ia tertahan dan berbalik menghadap sang mamanya.

"Kamu apain kakakmu disekolah?" tanya Raisa yang sedang menahan gejolak emosi.

"Aku ga bakal apain kakak, kalo dia gak ganggu aku duluan." cibir Zuhra dan ingin meninggalkan sang mama, namun teriakan Raisa membuat kakinya tertahan.

"KAMU INI DASAR ANAK GATAU DIRI!" Raisa menarik sang anak dan menghempaskannya ke kamar mandi.

"Ma sakit, udah Ma sakitt...
kenapa Mama jadi kasar sama aku? KENAPA!" teriak Zuhra dengan tangisnya dan tangan yang berusaha melindungi kepalanya.

"KURANG AJAR KAMU!" bentak Raisa kepada anaknya sendiri.

Plak

Plak

"Terus tampar aku Ma, sampai mama puas!" teriak Zuhra yang air matanya sudah mengalir begitu deras.

Wajah gadis itu kini sudah memucat, bibirnya sudah membiru."Kamu itu anak pembawa sial, Mama nyesel lahirin kamu!" bentak Raisa dengan ekspresi wajah geramnya dan penuh amarah.

Raisa terus menyakiti anaknya, dia membenturkan kepala Zuhra berkali kali di dinding kamar mandi, dan menyirami Zuhra berkali kali.

"Ma, maafin aku udah lahir dikehidupan Mama. Maaf karena aku hubungan Papa Mama jadi renggang. Yang Mama bilang emang benar, aku anak pembawa sial!" keluh Zuhra dengan badan yang sudah lemas dan darah yang sudah keluar dari hidung dan kepalanya.

                  ~~~~••~~~~

Diruangan bernuansa gold bercampur cokelat, yang membuat ruangan itu mewah, di dalam kamarnya. Zuhra membaringkan tubuhnya yang lelah dikasur dan menoleh ke arah foto milik sang papa nya.

"Pa, Zuhra kangen banget. Ga terasa ya pa, udah 10 tahun aja papa ninggalin Zuhra. Zuhra takut pa, Zuhra butuh pelukan dan peran papa dihidup ini." ujar Zuhra dan berdiri didepan cermin.

"Kalau aku udah ga ada didunia ini lagi, mama, papa, dan kakak bakal sedih ga ya?"

"Hahaha, mana mungkin mereka sedih. Sedangkan aku hidup aja mereka ga peduli, mereka selalu menyiksa aku. Apalagi kalau aku mati, pasti mereka ga bakal ngurusin pemakaman aku."

"Pasti mereka bahagia, anak pembawa sialnya mati." ujar Zuhra yang melihat dirinya dicermin dengan tatapan menyedihkan.

                     ~~~~••~~~~

Kevin yang khawatir terhadap anaknya, jam sudah menunjukkan pukul dua malam, namun Aldara tak kunjung pulang. Kevin mondar mandir di ruang tamu, menunggu anaknya.

"DARI MANA KAMU? PULANG LARUT MALAM HAH? KAMU MAU MENJADI WANITA MURAHAN, SEPERTI MAMAMU HAH!" hardik Kevin yang sudah kehilangan kesabaran dan membanting pintu rumah dengan kasar.

"Aku habis have fun, bareng teman-teman Pa." ujar Aldara menundukkan kepalanya.

Perlahan kepala Aldara yang tertunduk mulai menatap wajah papanya "Satu hal yang Papa harus tau, jangan sama-samain aku dengan mama Pa." ujar Aldara dengan gemetaran, dia tau pasti papanya akan menjadi kasar jika dirinya melawan.

Plak

Hallo readers ini cerita
pertamaku di wattpad, jadi wajar saja jika ada kesalahan dalam penulisan.

Gimana nih menurut kalian cerita pertamaku?

Baru prolog loh guys ,udah campur aduk belum perasaan kalian??

Jangan lupa vote, komen, and follow

🔕!!DILARANG PLAGIAT!!🔕

Zuhra Dan Lukanya [ON GOING]Where stories live. Discover now