luka 31

395 59 231
                                    

"Kata tuhan iri itu gaboleh? tapi jika keadaan gua kayak gini, boleh ga sih, iri sama kehidupan kakak gua?"

Malam yang begitu dingin dan sunyi, dimana para makhluk hidup beristirahat dan tertidur dengan lelapnya. Aldara yang merasakan perutnya terasa sangat menyakitkan, dia perlahan terbangun dengan erangan.

"Duuh, perut gua kenapa sakit banget ya?" tanyanya kepada dirinya sendiri dan meminum segelas air putih yang terletak di mejanya sampingnya.

Zuhra yang baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya, dia mendengar erangan Aldara dari seberang kamarnya. Dengan gerakan cepat, dia menuju kamar Aldara dan melihat wajah Aldara yang begitu pucat dan berkeringat dingin.

Zuhra menghampiri sang kakak dan duduk ditepi kasur "Kakak, kenapa bisa begini? tunggu bentar ya kak, aku bangunin mama papa dulu." ujar Zuhra dengan cemasnya dan mulai berlarian menuju kamar orang tuanya.

"MAMA! PAPA!" teriak Zuhra dengan menggedor-gedor pintu kamar orang tuanya. Kevin yang merasa terganggu, dia terbangun dari tidurnya dan menuju pintu kamarnya dengan perasaan kesal.

Kevin mengucek-ngucek matanya dan meraih gagang pintu untuk membukakan Zuhra pintu "Ada apa lagi hah? kamu ini selalu saja mengganggu ketenangan orang, ga bisa apa sekali aja ga usah ganggu hidup orang!" cetus Kevin dengan kesalnya.

"Maaf pa, Zuhra udah ganggu tidur papa." ujar Zuhra dengan rasa bersalahnya.

Kevin menatap kesal Zuhra
"Ga ada hal penting kan? ya sudah saya mau lanjut tidur." ketus Kevin yang ingin menutup kembali pintu kamarnya, namun dengan sigap Zuhra menahan gagang pintu tersebut.

"Pa, kak Dara lagi menahan sakit dikamarnya." ujar Zuhra yang masih menahan gagang pintu, dengan gerakan cepat Kevin menuju kamar Aldara dan membawanya ke rumah sakit.

Sementara Zuhra dan Raisa menyusul mereka dengan menggunakan mobil milik Zuhra.

Setelah beberapa menit, akhirnya dokter keluar dari kamar inap Aldara, Raisa dan Kevin dengan cepat menahan dokter.

"Dok gimana anak saya?" tanya Kevin yang sudah sangat cemas kepada anak satu-satunya itu.

Dokter menghela nafas dan menunjukkan raut wajah sedihnya "Anak bapak mengalami gagal ginjal stadium awal, untung saja cepat diketahui, kalau tidak mungkin bisa berlanjut ke stadium berikutnya. " ujar sang dokter yang membuat Kevin sangat hancur.

"Anak saya bisa sembuh kan dok?" tanya Raisa yang merasakan kesedihan terhadap keadaan anak tirinya tersebut.

"Insyaallah bisa, kita hanya perlu melakukan pengobatan secara rutin saja." ujar sang dokter yang membuat Kevin dan Raisa sedikit lega.

Zuhra yang sedari tadi melihat kedua orang tuanya begitu mengkhawatirkan Aldara, dia merasa iri terhadap kehidupan kakak tirinya tersebut.

"Salah ya kalau misalkan gua iri sama kakak gua sendiri? dia selalu disayang, diperhatiin, dia bisa dapatin apa yang ga bisa gua dapatin,"

"Kira-kira kapan ya gua bisa dapatin kasih sayang dari orang tua gua lagi? Kalau seandainya gua juga sakit kayak kak Dara, mama dan papa bakalan sekhawatir ini gak ya?" lirih Zuhra yang bertanya-tanya pada dirinya sendiri dan melihat kedua orang tuanya meneteskan air mata disamping Aldara.

Tanpa disadari, Zuhra yang berdiri diambang pintu ruang rawat Aldara, air matanya turun begitu saja, dia juga ingin mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, namun hal itu tidak pernah dia dapatkan, malahan yang selalu dia dapatkan adalah bentakan, makian, kekerasan, dan celotehan dari orang-orang.

                  ~~~~~••~~~~~

Dini hari, Zuhra pulang dari rumah sakit. Dia memarkirkan mobilnya di bagasi dan masuk kedalam rumah dengan perasaan campur aduk. Rumah yang begitu sunyi, hanya terdapat para pembantu yang mulai sibuk membersihkan rumah.

Zuhra Dan Lukanya [ON GOING]Where stories live. Discover now