we hadn't met today [part 1]

16 6 0
                                    

Setelah menggantungkan kalimat selama sepersekian detik, aku menggeleng.

"G-Gak tau. Kak Ace gak pernah cerita."

Natalie mengangguk-angguk paham, "Oalah."

"Kakak tau gak ya kenapa Kak Ace bisa anggap cewek-cewek yang dia deketin kayak gitu? Bukannya gak sopan ya?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Gak tau gue juga. Coba lo tanyain langsung. Tapi kayaknya sih, ada hubungan sama Bokap kandungnya. Cuma prediksi sih." Kemudian ia menyesap kembali rokoknya dengan santai. "Sopan apa enggak, tapi mereka yang ketipu juga pernah baper sama hal-hal kayak gitu, bahkan sampai dilukisin juga. Lo tau kan mulut Ace semanis apa."

Benar juga. Dan aku pun merasa hal itu relate dengan apa yang pernah aku alami.

"Kakak tau tentang keluarganya?" Tanyaku lagi.

"Iya, gue tau. Tentang teror kakaknya, juga papanya. Gue ini beneran pernah suka sama dia, jadi jangan raguin gue," ucapnya seraya melirikku meremehkan.

"Ah, o-oke."

Aku pun mengusap tasku gelisah dengan pandangan kosong selama beberapa saat. Dan ketika teringat akan suatu hal, aku refleks mendongak, "S-Saya punya lukisan kakak."

Natalie tampak bingung, "Hah?"

Kemudian aku mengeluarkan selembar kertas dengan lukisan katak yang sebelumnya telah aku ambil dari kamar Kak Ace. Aku serahkan benda tersebut kepada Natalie yang langsung menjatuhkan puntung rokoknya. Ia terkesiap selama beberapa saat, seolah tidak menyangka akan mendapatkan lukisan itu dariku.

"Lo dapet darimana?" Tanyanya dengan pandangan yang belum lepas dari kertas tersebut.

"Kamar Kak Ace. Disimpen di balik halaman buku 'All About Yves' punya Kak Ace," jelasku.

"Itu punya gue." Ia sempat melirikku sekilas, hingga kemudian ia kembali melisik ke dalam lukisan katak tersebut, "Buku itu punya gue."

Ah begitu rupanya. Tidak mengherankan karena Natalie sendiri berada di jurusan fashion mode angkatan 2020. Dan keberadaan buku milik Natalie di kamar Kak Ace tentu menjadi bukti kecil bahwa ia setidaknya pernah beberapa kali masuk ke dalam ruangan lelaki itu dulu.

"K-Kakak sering masuk ke sana ya?" Tanyaku memastikan.

"Dulu iya. Karena gue juga yang bikin password kamarnya. Dan ternyata dia gak pernah ganti itu walaupun kita udah saling canggung. Kadang sikapnya emang ambigu kayak gitu, yang berhasil bikin orang lain jadi berharap."

Aku pun lantas teringat akan pertemuanku dengan Ann sebelumnya, "Dan lukisan burung di art gallery seni rupa—"

"Itu buat Ann. Juga stiker burung yang Ace tempel di airpods-nya, kayaknya masih ada sampai sekarang walaupun mereka udah gak akrab lagi."

Ingatanku pun jatuh pada percakapan yang terjalin saat di kamar hotel yang saat itu belum terpecahkan dengan jelas.

"Airpods gue hilang sebelah."

"Ciri-cirinya gimana?"

"Ada stiker burung."

"Tadi ada cewek di depan kamar ini, kayaknya udah ketok-ketok tapi kalian gak denger. Dia yang menemukan airpods lo, katanya jatuh di parking area."

"Maksudnya tuh, kenapa orang itu bisa tau kalau airpods ini punya Ace. Dan gimana caranya dia bisa tau kalau Ace ada di sini."

"Ada chat dari Gabi, katanya dia yang nemuin airpods itu di parking area. Kebetulan dia nginep juga di hotel ini, jadi dia tadi tanya ke resepsionis buat dapetin nomor kamar kita."

if only,Where stories live. Discover now