5

690 70 11
                                    

"Hai, Darel." Seorang pemuda mendekati Darel yang asik melamun di pojok taman. Senyumannya merekah melihat tatapan Darel yang penuh kebencian.

Darel memutar matanya malas, "Gak usah sok baik. Disini cuma ada lo sama gue," ucap Darel jengah. Ia muak dengan pemuda yang memanggilnya itu.

Jika semua orang di keluarga Megantara menjukkan dengan langsung ketidak sukaan mereka terhadap Darel, namun tidak dengan pemuda yang 5 tahun lebih tua darinya itu. Raka nama pemuda itu.

Raka mengangkat ujung bibirnya. Terkekeh pelan mendengar balasan dari sepupunya itu.

Raka membenci Darel. Alasannya adalah karena Darel terlalu bodoh sebagai anggota kelurga besar Megantara yang terhormat. Raka merasa malu jika mengingatnya.

"Tumben ikut. Gue kira lo udah mati dibunuh orang tua lo sendiri."

Darel hanya diam. Ia tidak ingin meluapkan emosinya.

"Selain bego lo bisu juga ya," Raka mengangkat bahunya acuh dan berbalik ketika mendengar namanya dipanggil.

"Raka, ayo kesini. Acara sebentar lagi mulai."

Darel hanya mengayunkan kakinya di ayunan yang letaknya cukup jauh dari acara keluarga besarnya itu adakan. Ia berusaha melupakan ucapan Raka tadi.

Darel benci menghadiri acara seperti ini. Jika bukan karena paksaan dari kedua orang tuanya, ia mana mau menghabiskan waktu di acara yang membanggakan anak mereka masing-masing. Sedangkan ia? Tidak ada yang dapat orang tuanya banggakan. Bahkan tidak ragu bunda dan daddy-nya itu menjelekkannya di depan seluruh keluarga besarnya. Karena itu Darel merasa tak nyaman disini. Ia ingin cepat pulang.

Yaa, acara keluarga yang dihadiri oleh seluruh anggota keluarga Megantara. Dari Kakek dan nenek Darel hingga Om dan tante dari keluarga daddy-nya juga turut hadir disini. Dan Darel tak menyukai itu.

"Leon dimana sih?" gumam Darel yang mulai bosan. Ia ingin melangkah pergi dari tempat duduknya dan mendekati keramaian itu. Tapi ia tak siap. Ia tak siap untuk melihat tatapan sinis dari semua orang. Hanya Leon yang menatapnya dengan kehangatan di dalam mata indahnya itu.

Darel melihat ke sekelilingnya. Mencari keberadaan Leon yang ternyata kembarannya itu sedang diapit kedua orang tuanya. Darel masih dapat mendengar perbincangan itu. Disana, mereka sedang membanggakan Leon yang berhasil membawa kemenangan di lomba sebelumnya. Huh padahal Darel juga melakukan hal yang sama. Yaa walaupun bukan pelajaran yang menguras otak.

"Darel."

Darel yang asik melamun langsung menegakkan kepalanya kala Leon memanggil namanya. Kembarannya itu sudah berada di hadapannya.

"Ayo kesana. Lo gak laper?" tanya Leon sambil menarik pelan tangan Darel.

"Gak. Gue makan di rumah aja," tolak Darel berusaha melepaskan genggaman Leon. Ingat, ia tak siap mendengar hinaan keluarga besarnya.

"Ayolah Rel. Kapan lagi kita bisa kumpul kayak gini."

Darel mengumpat dalam hati. Kembarannya ini tidak peka atau bagaimana sih.

"Eh Leon," sapa seorang perempuan dengan dress putih yang melingkar di tubuh indahnya.

"Halo, kak Cel," sapa balik Leon.

Rachel, anak dari kakak Daddy mereka tersenyum menanggapinya. Ia beralih menatap Darel dari atas kebawah.

"Ini Darel?" tanya Rachel. Pasalnya ia sudah lama tak bertemu dengannya. Setiap keluarga besarnya mengadakan acara seperti ini, pasti hanya Athan, Farel, dan Leon saja yang datang.

Darel mengangguk sebagai jawaban. Ia terlalu malas membuka mulutnya untuk sekedar menjawab pertanyaan simple tersebut.

"Ohh ini yang namanya Darel. Leon, lo jahat banget gak nyisain otak lo yang pintar itu buat dia," seseorang datang dan menimbrung obrolan mereka. Grysa namanya. Adik dari Rachel.

DIFFERENTWhere stories live. Discover now