6

707 65 8
                                    




"Pagi semua," sapa Darel dengan semangat. Seperti biasa, sarapan pagi untuk memulai aktivitas.

"Pagi Rel," dan seperti biasa hanya Leon yang membalasnya. Darel tidak mempermasalahkan hal itu. Pagi ini, ia memiliki energi yang cukup banyak. Karena semalam, ia bermimpi sang Daddy mengusap puncak kepalanya.

"Farel, Leon, pulang sekolah jangan pergi kemanapun. Nenek kalian mengundang kita ke rumahnya," ujar Arthur setelah semuanya selesai sarapan.

"Darel?" Tanya Darel yang merasa tidak disebut oleh orang tuanya itu.

Arthur melirik dengan wajah datarnya, "Terserah," ujarnya dan melanjutkan fokusnya pada table yang ia genggam.

Darel mengangguk sebagai jawaban. Ia memutuskan untuk tidak ikut. Acara itu pasti tidak jauh-jauh seperti acara di mansion omanya. Huh Darel tak ingin lagi mengisi acara seperti itu.

"Darel gak ikut ya Dad, Bun."

Putus Darel yang tak mendapat jawaban dari kedua orang tuanya. Lagipun Arthur dan Fersya juga tidak ingin mengajak Darel ke acara keluarga itu. Jujur, ia malu memeiliki anak yang tak bisa dibanggakan seperti Darel.


•~•~•~•~•

"Pulang sekolah kalian ada acara gak?" Tanya Ryu pada ketiga temannya yang dibalas dengan gelengan kepala oleh seluruhnya.

"Bagus! Kalau gitu, lo semua bantu abang gue kerja."

"Aduh kayaknya gue gak bisa deh Ryu. Pulang sekolah gu-"

"Shttt ada bayarannya. Lo gak mau?" Tawar Ryu sebelum Kenan menyelesaikan kalimatnya.

"Boleh! Bilang dong dari tadi. Gue kan jadi semangat dengernya," ujar Kenan sambil meregangkan tubuhnya.

"Kerja dimana?" Tanya Darel yang ikut penasaran.

"Cafe. Cafe abang gue baru buka kemarin. Dan dia lagi cari orang buat bantu hari ini. Yaa karena hari ini ada event gitu dan dia kekurangan orang," jelas Ryu.

"Ikut?" Tanya Darel pada Gerald. Ia hanya ingin memastikan jika Gerald mendengar obrolan mereka. Cowok satu itu terlalu tertutup dibanding ketiga temannya yang lain.

Gerald mengangguk sebagai jawaban.

"Boleh deh. Mumpung mereka lagi gak di rumah," ucap Darel ketika mengingat jika ia hanya sendirian di rumah nanti.

"Emang pada kemana?" Tanya Kenan yang sangat amat kepo dengan semua hal.

"Biasa acara keluarga. Gue sih males ikut. Lagian gak diajak juga haha," kekeh Darel mengingat obrolan tadi pagi. Ia bahkan ragu jika ia masih dianggap keluarga oleh yang lain.

"Yaudah daripada lo gabut, mending ikut. Yakan."

Tak lama, bel sekolah berbunyi dengan nyaring membuat siapapun bersemangat mengambil tas masing-masing untuk meninggalkan ruangan ini. Termasuk keempat lelaki tampan yang sudah duduk di motor masing-masing.

Seperti obrolan mereka tadi, mereka memutuskan langsung menuju Cafe yang letaknya cukup jauh dari sekolah.

"Buset udah rame aja nih tempat," kagum Darel melihat sekelilingnya yang dipenuhi oleh orang-orang.

"Bang, bang Rian dimana?" Tanya Ryu pada salah satu pekerja disana yang kebeteluan saja lewat di depan mereka.

"Oh, bos ada di ruangannya Ryu. Lo langsung kesana aja," jawabnya dan kembali berjalan untuk mengantar pesanan.

"Kalian tunggu disini. Gue panggil bang Rian dulu," semua mengangguk mendengar titah Ryu.

Mereka cukup kagum dengan interior cafe itu. Bagaimana tidak, seluruh hiasan yang memenuhi penjuru cafe itu adalah barang antik. Dan jangan lupa dengan lukisan-lukisan misterius yang mereka yakini jika setiap lukisan tersebut memiliki arti yang sangat mendalam.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang