Chapter VI

4.2K 375 14
                                    

Shani memandangi adiknya yang terbaring lemah disebuah ranjang rumah sakit dengan selang-selang yang memegang kendali kehidupan gadis itu, mata Shani tak bisa lepas dari layar monitor kecil dimana nyawa adiknya bisa diprediksi disana, dirinya tida...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shani memandangi adiknya yang terbaring lemah disebuah ranjang rumah sakit dengan selang-selang yang memegang kendali kehidupan gadis itu, mata Shani tak bisa lepas dari layar monitor kecil dimana nyawa adiknya bisa diprediksi disana, dirinya tidak ingin melewatkan sedetikpun perkembangan yang terjadi pada gadis kecilnya.

Tangan Shani meraih jari jemari lentik Zee, membelainya pelan, perasaan bersalah itu menjadi mimpi buruk yang tak pernah Shani bayangkan sebelumnya, bahkan ingin mencium punggung tangan gadis itu saja Shani merasa ragu.

"Zee.. sayang.. bangun yu.. hiks" bulir demi bulir air mata Shani berjatuhan tanpa permisi.

"Katanya kamu mau cici dateng ke acara pensi kamu, iya cici janji cici pasti dateng, tapi kamu bangun dulu ya.. Zee.. cici kangen kamu gangguin, cici kangen tiap kali cici pulang ke rumah kamu selalu nyambut cici, walaupun selalu cici cuekin tapi kamu gapernah cape buat tetep senyum ke cici, mana Zee, mana senyum kamu itu, cici mau liat, yuk Zee.. bangun" luluh lunglai sudah badan shani dilantai, dirinya tak mampu menopang berat tubuhnya sendiri, semalaman Shani diruangan ini, menemani Zee dalam komanya.

Tanpa sadar, air mata Zee juga ikut menetes dalam komanya. Raga Zee memang tertidur, tapi telinganya masih bisa mendengar. ia sangat bahagia sekaligus terharu, akhirnya hal yang selama belasan tahun Zee impikan untuk disayang oleh kakaknya terkabul, dalam tidur panjangnya Zee ingin sekali berteriak bahwa ia menyayangi kakaknya, namun dirinya terlalu lemah untuk itu.

Shani tak mampu berdiri, badannya terlalu lemas, luka dan darah diwajahnya akibat pukulan jinan sudah mengering, tubuhnya sudah tidak sanggup lagi menopang. Shani merangkak menuju sofa dengan tangan gemetar, dirinya berusaha mengangkat badan ringkihnya agar bisa duduk disana, meraih sebuah ponsel yang sedari tadi sudah bergetar. ada beberapa dm instagram masuk dari ponselnya, Shani memijat pelipis matanya yang terasa pusing, gadis ini lagi, pekiknya.

Setelah memberikan nomernya kepada gracia, benar saja hanya hitungan detik gadis itu sudah kembali bertengger dilayar notifikasinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah memberikan nomernya kepada gracia, benar saja hanya hitungan detik gadis itu sudah kembali bertengger dilayar notifikasinya.

Setelah memberikan nomernya kepada gracia, benar saja hanya hitungan detik gadis itu sudah kembali bertengger dilayar notifikasinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FORTUNATELY [END]Where stories live. Discover now