Chapter 10 - Zen Dean

11 3 0
                                    

Kegiatan UKM Basket telah usai. Hanya terlihat beberapa mahasiswa di lapangan basket, dua mahasiswa semester tiga dan satu mahasiswa semester lima yang terlambat sedang menjalankan hukuman serta Dean yang sedang mengawasi mereka.

"Heh, menurut kalian hadiah apa yang cocok buat mantan pacar?" tanya Dean pada tiga mahasiswa yang sedang bergantian melakukan shooting ke ring.

"Hah... mungkin bangkai tikus," jawab salah seorang dari mereka.

"Kalau salah satu dari kalian bisa kasih ide yang bagus, bisa pulang dan bebas dari hukuman. Aku pengen minta maaf sama mantan pacarku dan minta balikan," kata Dean.

"Coklat,"

"Bunga,"

"Uang, semua orang suka uang, hujani dia dengan uang,"

"Perhiasan,"

"Tub*hmu, ajak dia tidur,"

Ucap mereka bersahutan.

"Sekop! Daritadi kamu kasih saran aneh-aneh ya! Dah lah! Kamu didiskualifikasi!" omel Dean.

"Scot namaku, bro!" jawab mahasiswa semester lima itu.

"Ya entahlah siapa intinya kamu didiskualifikasi!"

"Gimana kalau tentang kenangan kalian di masa lalu kak. Kayak musik yang sering didengerin bareng, foto, atau ajak ke tempat yang sering kalian datengin dulu," sahut mahasiswa lainnya yang bernama Rocky.

Dean terdiam sejenak memikirkan saran dari Rocky. "Hmmm... ide bagus! Silahkan kamu boleh pulang, Pocky!" ucap Dean kemudian.

"Beneran kak?" tanya Rocky dengan semangat.

"Iyaaa, pulanglah!"

"Makasih kak, btw namaku Rocky bukan Pocky kak,"

"Iya... iya... pulang sana," kata Dean pada Rocky. "Kalian berdua, Sekop dan Merek, tetap di sini," lanjut Dean berkata kepada Scot dan Mark.

"Iya kak!" jawab Mark sembari mengambil bola basket yang baru saja ia lempar menggelinding keluar lapangan.

"Pak Dean bukannya suka sama Mikha ya? Daritadi kan kamu godain dia," celetuk Scot.

"Hahaha! Nggaklah, aku kan cuma bercanda," jawab Dean tertawa.

"Huuu! Awalnya bercanda lama-lama suka beneran lho!" goda Scot.

"Nggaklah," jawab Dean. "Dah lah, kalian berdua fokus shooting-nya. Tuh daritadi nggak ada yang masuk!" lanjut Dean memarahi Mark dan Scot.

"Iyaaa..." jawab Mark dan Scot serempak.

Sekitar satu jam kemudian, Dean membereskan peralatan di lapangan bersama Scot dan Mark. Dean nampak terburu-buru, ia bergegas pulang untuk bersiap bekerja paruh waktu. Dean mengendarai motor tuanya yang butut menuju kosnya. Sesampainya di kos, ia tidak melihat Mikha. "Anak itu pasti main sama temen bulenya itu lagi," gumamnya sembari mengambil handuk dan pergi mandi.

10 menit kemudian, Dean keluar dari kamar mandi. Ia bert*lanjang dada dan handuk melingkar di pinggangnya.

"Wuahh! Kalian ngagetin aja!" serunya ketika melihat Sven dan Mikha berada di kamar itu.

Pandangan Sven tanpa sengaja mengarah pada tato bergambar ular didada Dean. Buru-buru Sven menutup mata Mikha dengan kedua tangannya. "Jangan ceroboh kak. Bukannya tanda yang tertutup itu artinya harus dirahasiakan?" kata Sven sambil menatap sinis ke arah Dean.

Menyadari Sven sempat menatap dadanya, Dean meraih selimut yang berada di dekatnya untuk menutup seluruh tubuhnya. Sven dan Dean saling berpandangan, tatapan mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam. Mikha melepaskan tangan Sven dari wajahnya. "Mau aku ambilin baju kak?" tanya Mikha kepada Dean.

Dean menggeleng kemudian ia mengambil kaos hitam, hoodie hitam, dan celana jeans robek dari lemari pakaiannya kemudian ia berganti pakaian di dalam kamar mandi.

"Aku pergi dulu Mikha, kalau mau keluar jangan lupa kunci pintu kamar ya," kata Dean seusai ia berpakaian.

"Ya kak," jawab Mikha sembari membereskan buku-bukunya.

Dean meraih gitar dan tas ransel yang ada di kasurnya. "Sven, kalau ngajak Mikha maen keluar kos jangan lupa anter dia pulang ya..." kata Dean kepada Sven sebelum ia pergi.

Dean menaiki skateboardnya menuju jalanan sepi dekat kebun jagung yang jauh dari rumah warga. Di sana, sebuah mobil hitam terparkir di tepi jalanan itu. Ketika Dean tiba di depan pintu mobil itu, pintu terbuka dan seseorang menarik Dean masuk ke dalam.

Seorang wanita cantik berambut panjang bergelombang, bergaun hitam, duduk di sana sambil menatap Dean dengan tajam. Dean mengeluarkan amplop coklat berukuran A4 dari dalam ranselnya dan memberikannya kepada wanita itu. Wanita itu mengulurkan tangan kanannya menerima amplop pemberian Dean itu. Nampak tato ular di tangan kanan wanita itu. Wanita itu memeriksa isi dari amplop itu kemudian mengeluarkan dua amplop tebal berisi uang dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Dean.

 Wanita itu memeriksa isi dari amplop itu kemudian mengeluarkan dua amplop tebal berisi uang dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Dean

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sketch by: Shawn Ellian
Instagram: @shawnellian

"Ada tugas baru buatmu," ucap wanita itu sembari memberi kode kepada seorang pria yang duduk di bangku samping sopir.

Pria yang memiliki tato yang sama dengan wanita itu memberikan berkas tebal kepada wanita itu dan wanita itu memberikan setengah dari berkas itu kepada Dean. "Ini daftar tempat yang harus kamu kunjungi dalam sebulan ini," kata wanita itu. Dean membaca sampul berkas itu, disana tertulis 'Lembaga Amal Eyou Group'.

"Leon dan Lane bakalan dampingi kamu. Cari kandidat terbaik dengan kemampuan fisik di atas rata-rata," lanjut wanita itu.

"Baik, nona Shae," jawab Dean.

"Bayaran untuk tugas kemarin dan seperempat bayaran untuk tugas baru ada di amplop itu. Sisanya dibayar setelah tugas selesai," kata wanita bernama Shae itu. "Satu lagi, jaga perasaanmu," lanjutnya.

Dean hanya menatap wanita itu penuh tanya. Ia tidak mengerti perasaan apa yang harus ia jaga. Namun, Dean tidak sempat menanyakan lebih lanjut karena wanita itu sibuk menerima telepon dari seseorang menggunakan bahasa yang terdengar asing ditelinganya. Dean pun meninggalkan mobil itu setelah seseorang di bangku depan memintanya pergi.

EYOU [HIATUS]Where stories live. Discover now