MUSIM 1 - Epilog

14 3 0
                                    

Satu hari sebelum Yan menyerahkan diri ke polisi,

"Menyerahkan dirilah, Steve Yan," kata Sven mengancam Yan di sebuah rumah yang menjadi tempat persembunyian Yan selama ini.

Yan tersenyum sinis. "Sudah kubilang, bukan aku pelakunya. Kenapa kamu terus memaksa aku mengaku!" jawab Yan.

"Apa pentingnya itu? Aku hanya butuh kamu untuk mengaku!" jawab Sven.

"Kenapa aku? Kamu nggak bisa menemukan pelakunya lalu mengkambinghitamkan aku supaya kamu nggak dihabisi ketua Organisasi Eyou?" tanya Dean.

"Alasannya bukan urusanmu. Intinya, kasus penganiayaan oleh gangster ini sangat tertutup. Kak Darren sudah melarang pemberitaan mengenai kejadian ini. Jadi, nggak bakalan ada yang membicarakan kamu kalau kamu mengaku," kata Sven.

"Hah! Lebih baik aku hidup di sini daripada menghabiskan waktuku di penjara menjadi pelaku 'penganiayaan'," tolak Yan.

"Nggak bakalan lebih dari tiga bulan, aku bakalan bantu kamu bebas. Aku juga janji bakalan memberikan kamu kehidupan yang layak, kamu nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Kamu bisa tinggal dan kuliah di luar negeri. Aku akan mengurusnya,"

"Hahahaha!" tawa Yan. "Dan selama tiga bulan aku bakalan menderita di sel tahanan? Kamu tahu kan perlakuan narapidana lain kepada pelaku 'penganiayaan'?" lanjut Yan bertanya.

"Aku akan urus semuanya, kamu bisa tinggal di sel khusus," jawab Sven.

Yan lagi-lagi tersenyum sinis. "Kenapa aku? Kamu bisa mengorbankan orang lain," kata Yan.

"Karena kamu orang yang tepat. Kamu juga punya motif melakukan ini,"

"Gimana mereka bisa percaya itu aku kalau DNA ku nggak ada di sana?" tanya Yan sambil tersenyum sinis.

"Itu gampang. Jadi, menyerahkan dirilah!" kata Sven.

"Hahaha! Pergilah Sven! Itu bukan urusanku!" tolak Yan dengan tegas.

Sven menjentikkan jari tangannya, orang-orang bermasker dan berpakaian serba hitam masuk ke dalam rumah itu sambil menodongkan pistol ke arah Yan. "Kamu nggak punya pilihan. Menyerahkan dirilah atau aku akan membuat kamu jadi cacat seumur hidup!" ancam Sven.

Yan mengangkat kedua tangannya di samping kepala dan tersenyum sinis. "Oh, wow! Sekarang aku beneran bisa melihat sifat aslimu, Sven!" kata Yan. "Kamu bilang, kamu akan menjamin hidupku kan? Apa aku bisa mempercayai itu?" lanjut Yan bertanya.

"Ya, aku janji. Kapan aku pernah mengingkari janjiku?" jawab Sven.

"Oke, oke! Aku bakalan menyerahkan diri!" jawab Yan sambil tersenyum sinis. "Aku akan buat ini menjadi lebih menarik!" lanjutnya sambil menatap Sven dengan tatapan tajam.

EYOU [HIATUS]Where stories live. Discover now