Chapter 32 - Persahabatan

11 3 0
                                    

Setelah hari itu, Hansel dan Pauline selalu makan bersama di atap sekolah ketika jam istirahat tiba. Mereka membawa makanan dari rumah dan memakannya bersama-sama.

Suatu siang, di ruang makan, seorang siswa, teman sekelas Hansel, siswa kelas 10 berprestasi kedua yang diunggulkan setelah Hansel yang merupakan putra dari seorang aktor terkenal sedang meminta penjaga ruang makan untuk memberikan 3 porsi makanan kepadanya sekaligus. Siswa itu kemudian membawa 3 porsi makanan yang ia bawa dalam satu nampan menuju atap sekolah.

"Ayo kita makan bersama," kata siswa itu sambil meletakkan nampan yang ia bawa di hadapan Hansel dan Pauline yang sedang makan bersama.

Hansel dan Pauline memandang siswa itu tanpa kata. Mereka berdua tertegun dan ragu.

"Makan bersama?" tanya Pauline memastikan.

"Ya, aku membawa jatah makan siang kalian berdua dalam satu tempat ini karena terlalu susah kalau membawa 3 nampan sekaligus…" jawab siswa itu.

"Serius? Emang kamu kenal kami?" tanya Pauline.

"Dia temen sekelasku kak, namanya Hoshea," kata Hansel menjawab pertanyaan Pauline.

"Oh, tapi… kamu beneran mau ngajak kita makan bareng?" tanya Pauline kepada Hoshea dengan penuh rasa curiga.

Hoshea mengangguk. Ia kemudian memberikan sendok kepada Hansel dan Pauline sambil tersenyum ramah. "Mari makan…" kata Hoshea sambil menyendok makanan yang berada di piring dan memakannya.

"Y…yaa… mari makan…" kata Pauline sambil ikut menyantap makanan yang dibawa Hoshea itu dengan ragu-ragu.

"Oh, aku lupa berdoa! Kalian mau ikut berdoa?" seru Hoshea sambil meletakkan sendoknya.

"Baiklah, kita berdoa dulu," jawab Hansel dengan canggung.

"Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin…" kata Hoshea sambil membuat tanda salib dengan tangan kanannya.

Hansel dan Pauline pun mengikuti gerakan tangan Hoshea dengan bingung dan ragu-ragu.

Hoshea mulai mengucapkan doa makan, "Tuhan Yesus yang maha baik, kami bersyukur karena Engkau menyediakan makanan untuk kami saat ini. Terimakasih atas rezeki yang Engkau berikan kepada kami hingga saat ini. Berkatilah kami yang ingin menyantap makanan ini supaya berguna bagi jiwa dan raga kami. Amin…"

"Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin…" kata Hoshea sambil membuat tanda salib.

"Amin…" sahut Hansel dan Pauline sambil melirik ke arah Hoshea.

"Mari makan…" ucap Pauline dengan penuh semangat.

Hansel, Hoshea, dan Pauline makan bersama. Hansel dan Pauline pada awalnya merasa canggung dan curiga dengan kehadiran Hoshea. Namun, karena sikap hangat dan tutur kata Hoshea yang lembut dan santun, Hansel, dan Hoshea perlahan merasa nyaman.

"Kamu dan Hansel kan satu kelas. Kenapa kalian kelihatan nggak akrab?" tanya Pauline kepada Hoshea.

"Aku masuk sekolah baru dua hari yang lalu karena sebelumnya aku ada urusan keluarga. Jadi, belum lama memang aku mengenal Hansel," jawab Hoshea.

"Oh, gitu…" kata Pauline sambil melirik jam tangan dan sepatu mahal yang dipakai Hoshea. "Tapi kamu yakin berteman dengan kami?" lanjut Pauline bertanya.

"Memangnya apa yang salah dengan kalian?" tanya Hoshea.

"Emmm… kami tuh murid yang bisa sekolah di sini karena beasiswa. Jadi kami itu…mmm…" jawab Pauline.

"Oh, itu. Aku tahu kok kau kalian murid beasiswa jadi karena itulah aku ingin berteman dengan kalian,"

"Hah?" gumam Pauline terkejut.

"Kalian murid beasiswa yang pastinya anak-anak rajin dan pintar. Jadi, aku ingin membuat kelompok belajar bersama dengan kalian," jawab Hoshea sambil tersenyum.

"HAHHHH???" gumam Pauline lebih keras. "Tapi murid beasiswa itu kan artinya aku dan Hansel mempunyai status sosial yang sangat sangat jauh dibawah kamu?" tanya Pauline heran.

"Apa itu artinya aku nggak boleh berteman dengan kalian?" tanya Hoshea dengan raut wajah sedih. "Aku kan cuma pengen belajar bersama kalian," lanjut Hoshea.

"Nggak apa-apa kok kalau kamu mau berteman dengan kami. Terima kasih ya, sudah mau berteman dengan kami," sahut Hansel sambil menatap Hoshea dengan senyuman.

Sementara itu, dari pintu menuju atap sekolah, Darren berdiri diam sambil membawa nampan berisi makan siang. Ia memandang Hansel yang tengah tersenyum menatap Hoshea dengan ekspresi dingin. Darren kemudian berbalik begitu saja dan berjalan menuruni tangga.

"Loh, nggak jadi makan di sana, bos?" tanya Harvey kepada Darren.

"Aku nggak berselera makan. Ambil aja ini!" kata Darren sembari mengulurkan nampannya kepada Harvey. Harvey menerima nampan yang diulurkan Darren dengan tangan kirinya dan membawa nampan miliknya dengan tangan kirinya.

Darren berjalan dengan dingin melewati Hayes dan Shae yang masing-masing membawa dua nampan.

"Gimana nih, Nona Shae?" tanya Harvey yang tengah kewalahan membawa dua nampan kepada Shae.

"Kita ikuti Tuan Muda saja, mungkin mau ke halaman belakang," jawab Shae sambil membalikkan posisi badannya dan berjalan mengikuti Darren.

"Ngomong-ngomong wajah kamu kayak nggak asing!" kata Pauline kepada Hoshea.

"Masa sih, kak?" tanya Hoshea sambil memegang wajahnya.

"Iya, wajah kamu tuh kayak pemain film setengah bule itu. Siapa sih namanya…" kata Pauline sambil mengarahkan pandangan matanya ke atas. "Oh! Alexander Narendra!" seru Pauline.

Hoshea tersenyum. "Beliau ayahku, kak," jawab Hoshea.

"Serius? Padahal kelihatannya masih muda tapi anaknya sebesar kamu?" celetuk Pauline. "Ngomong-ngomong, boleh aku nitip minta tanda tangan? Aku fansnya!" seru Pauline dengan penuh semangat.

"Boleh, kakak juga boleh ketemu ayahku langsung di rumah kok!" jawab Hoshea dengan ramah.

"Wahhh! Nanti sepulang sekolah ada ayahmu nggak di rumah?" tanya Pauline dengan antusias.

"Ehem!" Hansel berdehem. Ada perasaan kesal dalam hatinya ketika ia melihat Pauline berbicara begitu akrab dengan Hoshea.

"Kamu kenapa sih? Batuk?" canda Pauline.

Hansel hanya diam dan melirik ke arah Hoshea dengan tatapan tajam.

EYOU [HIATUS]Where stories live. Discover now