episode 31

65 4 0
                                    

"Arsene!"

Arsene, yang sedang duduk di tempat tidur dan tertidur, membuka matanya.

Aku segera berlari ke tempat tidur Arsene dan duduk di atasnya.

"Apakah kamu baik-baik saja? Ung? Apakah kamu sakit-?"

"Saya tidak sakit. Saya baik-baik saja."

Tapi wajah Arsene aneh.

Kedua pipinya merah seperti sedang demam. Hal yang sama berlaku untuk kedua telinga.

'Tidak mungkin, apakah dia demam?'

Aku segera meletakkan tanganku di dahi Arsene.


"

Wajahmu merah, apakah kamu demam"

"Tidak, sudah kubilang aku tidak sakit."

"Apakah kamu tidak berbohong?"

"Ya, aku benar-benar tidak sakit."

Arsene membuka matanya dalam bentuk segitiga dan menatapku.

(T/n : bentuk segitiga disini maksudnya seperti mata lurus atau kontak mata. Menurut mimin biasanya digunakan saat seseorang merasa marah atau tidak nyaman.)

Kemudian saya segera melepaskan tangan saya dari dahi saya.

'Hah?'

Arsene terus menghindari tatapanku.


Saya mencoba melakukan kontak mata dengan Arsene, menggerakkan kepala saya untuk melihat apakah itu kesalahan saya.

"...."

"...."

Itu bukan kesalahan.

Memang benar dia menghindari mataku.

"Arsene, are you mad at me?"

"Tidak, aku tidak marah-"

"Tapi kenapa kamu bahkan tidak menatapku?"

Pertama, itu hampir pertama kalinya kami bertemu sejak Arsene ambruk.

Jadi tentu saja saya pikir dia akan sangat bahagia.


Arsene menutupi dirinya dengan selimut.

Aku menarik selimut Arsene.

"Arsene-!"

"Sudah kubilang aku tidak gila!"

"Mereka bilang kamu mencariku, tapi kenapa kamu tidak melakukan kontak mata denganku?"

Saat saya berkedip, Arsene melakukan kontak mata dengan saya.

"Tidak, aku hanya... Terima kasih atas perawatannya... Hah?"

Kemudian, Arsene membuka matanya lebar-lebar.

"K, kamu, apa yang ada di belakangmu?"

the beloved new daughter-in law of the wolf mansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang