#2

371 63 2
                                    

"Haerin-ah, kamu sedang apa?"

Yang di panggil pun menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Tampak sosok wanita yang amat disayanginya sedang menatapnya sekarang.

"Oh Ibu, gak lagi ngapa-ngapain kok." Haerin menutup bukunya, mengubah posisi duduknya lalu memfokuskan perhatian pada sang ibu.

"Di depan ada Hyein loh, kayanya mau ngajak kamu keluar. Kamu gak mau menemuinya?" Irene pun menghampiri Haerin yang tengah duduk di meja belajarnya, mengelus kepala Haerin dengan lembut. Haerin hanya terdiam menerima belaian tangan sang Ibu.

"Kamu gak bosen apa di kamar terus? Sekali-kali keluar, main sama temen-temen kamu. Urusan belajar bisa nanti."

Bukan tanpa alasan Irene bicara seperti itu, putrinya itu memang semenjak masuk bangku sekolah menengah pertama sudah sangat jarang bersosialisasi dengan lingkungan luar. Irene merasa prihatin akan kebiasaan putrinya yang kini sangat tertutup. Padahal dulu Haerin tak seperti itu. Dia gadis yang ceria dan penuh semangat. Namun entahlah apa yang sudah terjadi padanya, hingga kini Haerin berubah menjadi gadis pendiam dan tertutup. Dan hal itu membuat Irene sedih.

Kegiatan putrinya itu setiap harinya pasti selalu di kamar. Setiap setelah menyelesaikan kegiatan belajarnya di sekolah Haerin akan langsung memasuki kamar dan tidak akan keluar jika bukan waktunya makan malam. Setelah makan malam pun Haerin akan kembali memasuki kamar hingga waktunya berangkat ke sekolah lagi.

Haerin menatap ibunya dan tersenyum, "Aku gak bosan kok Bu." Satu kalimat yang sederhana dan singkat tersebut sudah sangat bosan Irene dengar dari mulut sang anak.

"Haerin, kamu kan anak remaja, harusnya kamu memanfaatkan masa remaja kamu itu dengan banyak bersosialisasi di luar, mengenal dunia luar, ada banyak hal yang menarik kok di luar. Pengetahuan kamu akan sempit kalau kamu terus mengurung diri di kamar."

'Bersosialisasi? Aku membencinya'

"Hmm." Haerin tersenyum hambar pada sang Ibu lalu beranjak dari duduknya, "Ya udah kalo itu mau Ibu, aku akan keluar dengan Hyein."

Irene tersenyum senang melihat putrinya yang selalu mendengarkan perkataannya. 'Ini demi kebaikanmu nak.' Ucap Irene dalam hati.

Haerin menghela nafas dan mengangguk pamit sambil tersenyum, "Iya Bu" senyum yang di paksakan lebih tepatnya.

*

*

Pasar.

Hyein membawa Haerin pergi ke tempat ramai yang di penuhi banyak pedagang dan pembeli. Ada banyak makanan maupun barang yang di jual di sana, sangat beragam. Bukan hanya makanan dan barang saja yang beragam, manusia nya pun beragam.

Haerin menatap tanpa minat, berbanding terbalik dengan teman di sebelahnya yang tampaknya begitu sangat antusias. Inilah alasan kenapa Haerin malas bermain dengan temannya. Mereka tidak memiliki kesamaan. Dan itu sering kali membuatnya mudah tertekan, Haerin membencinya.

"Ayo Rin, kita beli makanan itu" tanpa menunggu jawaban Haerin, Hyein menarik tangan Haerin untuk ikut bersamanya. Dan Haerin hanya pasrah.

"Sajangnim, tolong berikan saya satu porsi tteokbokki, lalu mm..... ah gimmari 2, cumi-cumi goreng 1, ah saya juga mau telur di tteokbokkinya 2. Oh Sajangnim tolong tambah cabai goreng dan ubi goreng juga. Lo gak makan cumi cumi kan Rin? " Hyein menunjuk makanan yang ingin di belinya dengan antusias, wajahnya bahkan terlihat begitu berseri melihat makanan tersebut.

"Haerin, Lo mau makan apa lagi? Sundae? Kimbab?" Tanya Hyein riang.

Apa sebegitu bahagianya kah Hyein? Padahal itu hanyalah makanan? Bukan berlian yang memancarkan sinarnya, yang akan membuat semua mata tertuju padanya dan menginginkannya untuk di miliki.

너 (Kamu)Where stories live. Discover now