[14] Satu Syarat

2.7K 556 276
                                    

Aku menyentak kasar tangan Kenneth yang kembali akan memukul Luke. Kutatap wajahnya dengan kemarahan menggebu karena sudah melangkan pukulan tiba-tiba pada Luke yang sama sekali tak bersalah.

"Minggir! Kenapa kau membelanya?!" Kenneth berteriak di depanku.

"Kau pikir kau bisa selalu melakukan apa pun sesukamu?!" Aku ikut berteriak sambil mendorong kasar dada Kenneth, lalu setelah melihatnya terdiam dengan urat-urat menonjol di lehernya, aku memilih membantu Luke melihat sudut bibirnya yang terluka. "Dasar tak tahu sopan santun!" makiku pada Kenneth, lalu menarik Luke kembali masuk tanpa menghiraukan pria yang sialnya adalah suami dari sosok yang tubuhnya kutinggali.

Seketika aku berdecak saat merasakan sebelah tanganku yang bebas dicekal oleh Kenneth. "Lepas! Apa-apaan kau ini?!"

"Kau yang harusnya melepaskan tangannya, Kyla! Aku suamimu, sedangkan dia bukan siapa-siapamu!"

"Persetan dengan statusmu sebagai suamiku! Bahkan kalaupun aku tidur dengannya di sini, itu sama sekali bukan urusanmu!!"

"Sialan!"

Aku hampir saja memekik saat Kenneth tiba-tiba menarik kerah leherku dengan kasar. Beruntung Luke langsung bergerak cepak mendorong tubuh Kenneth, lalu memberi pria itu pukulan kencang.

"Bajingan! Kenapa kau kasar sekali padanya?!" Luke hampir saja kembali melayangkan pukulan, tapi aku mencegahnya agar situasi tidak semakin memburuk.

Kemarahan di wajah Kenneth sama sekali tidak mereda. Kenneth bahkan terlihat seperti ingin menerkam Luke melalui sorot matanya yang tajam.

"Keluar dari sini. Aku sama sekali tidak ingin bertengkar denganmu."

"Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan, Luke? Kau mencoba untuk menarik perhatian istriku setelah kau tidak berhasil menarik perhatian siapa pun selama hidupmu?"

Plak!

Akulah pelaku yang memberi tamparan kuat pada Kenneth sampai pipi pria itu memerah. Sekarang tatapan tajam yang tadinya mengarah pada Luke, beralih padaku. Tetapi aku tidak peduli dan justru membalasnya dengan tatapan yang juga menantang. Berani sekali Kenneth menuduh Luke, di saat dialah pelaku kejahatan sebenarnya? Dasar memuakkan!

"Sebaiknya jaga bicaramu jika tidak ingin aku membuat pipimu memar," desisku. "Keluar dari sini karena sama sekali tak ada yang mengharapkan kehadiranmu!"

Demi apa pun, aku sempat menemukan sorot terluka dalam tatapan Kenneth, tapi itu hanya sedetik. Karena setelahnya, Kenneth sudah kembali memasang tatapan tajam dan juga dingin padaku. "Aku tidak akan pergi dari sini sebelum kau ikut denganku!"

"Aku tidak akan ikut denganmu! Aku akan pulang, jika memang aku ingin pulang!!" Sengaja aku semakin menantangnya. Kenneth harus tahu kalau Kylana yang dulu benar-benar sudah berubah tak lagi menginginkan perhatiaannya dalam bentuk apa pun.

"Kau—"

"Sebenarnya apa yang kau takutkan jika Kylana ada di sini bersamaku, Ken?" Luke tiba-tiba bersuara dan aku bisa melihat ia memberi tatapan mengejek pada Kenneth. "Tadi kau bertanya apa yang sebenarnya sedang kurencanakan?" dengkusnya. "Haruskah aku mengulang pertanyaan itu untukmu?"

Aku cukup puas saat melihat raut wajah Kenneth memias—walau lagi-lagi itu hanya sesaat. Tetapi rahangnya tetap mengeras menatap Luke tak suka.

"Aku masih ada urusan dengan Luke, jadi pulanglah dan berhenti mengganggu urusan orang lain." Aku berujar, lalu kembali menarik Luke berjalan masuk.

"Aku akan tetap di sini sampai kau pulang denganku," tandas Kenneth di belakangku.

"Ya, kalau begitu tunggulah sampai kau membusuk di sana!" Aku berbalik cepat, mendorong Kenneth kuat sampai membuatnya yang tadi sempat berada sedikit melewati pintu masuk—kembali berada di luar. Kemudian aku segera menutup pintu dengan kencang, yang tentu saja membuat Kenneth mengamuk sambil memukul-mukuli pintu dari luar.

Clarity [Completed] ✔️Where stories live. Discover now