6

3.1K 513 21
                                    

Saat aku terluka...

Pelajaran olahraga. Sejujurnya kamu malas untuk menggerakkan badanmu hari ini. Walaupun kamu masuk dalam jajaran siswi tinggi, kamu ini tidak suka dengan olahraga.

Priiit

Bunyi peluit membuatmu menyervice bola voli itu dengan keras. Ya, voli untuk hari ini.

Di tengah permainan kamu samar-samar melihat kakakmu mengamatimu di balik pembatas sana. Yah, memang keajaiban jam olahraga kelasmu sama dengan jam olahraga kelas kakakmu, tapi memang guru dan materinya berbeda.

Dash

Satu poin kamu cetak berkat spike kerasmu.

8-4 untuk kelompokmu.

Priiit

Peluit kembali berbunyi, permainan berlanjut, kamu bermain dengan apik. Kamu melihat bola yang dipukul musuhmu, kamu bersiap menerima bola itu,

"Ayoo (name)!!" Teriakan itu membuyarkan fokusmu. Suara kakakmu membuatmu reflek menoleh untuk melihatnya, alhasil bola yang harusnya kamu terima dengan lengan, malah kepalamu yang menerimanya.

"Awaw!" Ringismu yang berusaha berdiri.

"(Name)! Astaga biar ku bantu berdiri?" Salah seorang teman perempuan membantumu berdiri. Ekpresinya seperti akan mengatakan sesuatu setelah melihat wajahmu.

"Ah iya terima kasih—"

"(Name)!" Kamu mendongak melihat kakakmu yang sepertinya berlari untuk menghampirimu, membuat beberapa siswa sedikit heboh karena seorang Michael Kaiser menghampirimu.

"Ke UKS!" Katanya tiba-tiba mengambil alih tubuhmu lalu menggendongmu di punggungnya lalu berlari tergesa.

"Mihya, Mihya pelan-pelan!"

"G-guru kami izin ke UKS...!" Katamu sembari menengok ke belakang.

Michael, bisa-bisanya dia tidak menghiraukan guru sekalipun. Dia hanya menggendongmu lalu berlari menuju ruang kesehatan sesegera mungkin.

Pintu UKS itu dia buka sedikit kasar, mengagetkan satu penghuni yang telungkup sambi memainkan ponselnya di ranjang pasien di sana.

"Loh, (name)?"

"Yo..Nagi, hehe" kamu tersenyum terpaksa.

"Diam dulu (name)" kakakmu menurunkanmu dengan hati-hati.

Kamu duduk di ranjang. Dia mengambil beberapa lembar tisu lalu menempelkan beberapa tisu yang dilipat itu di hidungmu, lalu menuntun tanganmu untuk menahan tisu sembari menundukkan kepalamu.

"Loh mimisan?" Katamu setelah melihat darah di tisu itu.

"Duh (name), lain kali fokus. Tadi kenapa nengok." Sekarang Michael mengompres hidungmu dengan air hangat yang dia ambil dari dispenser.

"Kalau parah gimana, kamu pingsan terus gegar otak gimana, terus—"

"Udah stop stop, lagi pula ini karena siapa." sindirmu.

"Kan tadi mau kasih semangat.."

"Tapi jadi gak fokus Mihyaa"

"Yah, orang ganteng sih, jadi gagal fokus,"

Kamu memberi tatapan datar ke kakakmu.

"Keluar aja sana."

"Iya (name) iya,"

"Iya apa?"

"Iya, maaf"

"Ya,"

"(Name) serius ayo ke rumah sakit. Rontgen gitu."

"Serius Mihya kamu keluar aja sana!"

"Aww!"

...dia selalu jadi yang paling cemas.
.
.

Meanwhile Nagi:
"Apa keluar aja ya? Tapi males..."

HEY SISTER! Michael Kaiser Where stories live. Discover now