Chapter 20

10.6K 1K 24
                                    


Bunyi tapak sepatu terus menggema di sepanjang lorong. Hembusan nafas yang tak teratur mampu mengisi kekosongan malam itu. Pintu coklat itu terbuka dengan kasar. Nampaklah seorang gadis yang sedang menutup mata dengan damai tak lupa perban yang menghiasi dahinya.

Lelaki itu perlahan melangkah masuk, pandangannya hanya tertuju pada gadis itu. Entah hanya perasaannya, raut wajah gadis itu terlihat tenang layaknya seorang yang sedang tertidur. Namun, jika terus diperhatikan wajahnya terlihat sangat pucat dengan bibir yang tak berwarna kemerahan lagi.

Wajah yang selalu ceria menyambut kehadirannya kini hanya diam bagaikan patung. Suara yang indah itu tak dapat terdengar lagi, hanya kebisuan yang menemani kegelapan malam. Di sana ada beberapa orang yang senantiasa mendampingi tapi lelaki itu merasa seperti hanya ada dirinya dan gadis itu saja.

Ia seperti mengalami Deja Vu. Kejadian yang memilukan di hidupnya itu kembali ia ingat kembali. Semilir angin malam masuk melalui celah-celah jendela yang mampu menyentuh kulit lelaki itu. Ia tersadar lalu mengedarkan pandangannya.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya dengan suara berat.

"Nyonya mengalami benturan keras di kepalanya. Ia jatuh di tangga hingga mengalami geger otak ringan dan itu sudah bisa saya atasi. Namun, ada hal lain yang membuat jantung Nyonya berdetak begitu lemah. Saya belum tau apa itu, mohon maafkan saya Grand Duke" Pria berpakaian rapi itu menundukkan kepalanya, ada rasa takut yang mempu mencekik leher secara tidak langsung sekarang.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanyanya lagi.

"Saat itu saya sedang ke dapur mengambilkan air, saat saya kembali tak ada penjaga lagi di sana dan nyonya pun menghilang dari kamar. Saya mendengar suara yang keras, sesampai di sana Nyonya sudah dalam keadaan tergeletak lemas di lantai. Ini kecerobohan saya tuan, saya siap menerima hukuman anda" Gadis itu bersujud di lantai dengan keringat yang bercucuran.

"Keluar. Semuanya KELUAR!" Teriak Zephan membuat semua orang di sana menghilang dalam sekejap.

Ada amarah yang tak bisa Zephan jelaskan dalam dirinya. Sesuatu yang seharusnya tak boleh dijangkau oleh siapapun itu. Gejolak bersamaan rasa sakit muncul di dadanya setelah melihat keadaan gadis itu yang tak baik-baik saja. Benar. Seharusnya dia terus menemaninya di rumah. Seharusnya Zephan tidak pergi ke sana. Seharusnya dia juga tak mengatakan kata-kata yang menyakitkan padanya.

Kaki Zephan lemas, ia berlutut lalu meraih tangan yang sudah dingin itu. Mata Zephan tak kuasa menahan lagi, air matanya jatuh seketika.

"Pricilla... Bangunlah... Aku menyesal..." Ia berhasil menangis setelah sekian lama. Dan ia pun sadar, bahwa gadis ini sudah menjadi seorang yang penting di hidupnya.

______________________

"Apa yang anda katakan? Lyli bukan lagi keturunan peri? Apakah anda bercanda?" Tanya Duke tak percaya setelah mendengar penjelasan dari Tetua.

"Untuk apa aku bercanda. Ini juga hal yang pernah terjadi sebelumnya. Di saat pertengahan tadi, aku tak dapat merasakan energi lagi dari Lyli. Aku juga sangat kebingungan." Jawab Tetua yang tak habis pikir.

Setaunya keturunan Granet yang sesuai dengan kriteria keturunan peri pasti memiliki energi itu. Dia juga merasakan energi itu selama ini dari Lyli, energi itu juga sangat kuat darinya. Jadi, mengapa tiba-tiba energi itu seakan menghilang? Apa ini sebuah bencana?

"Tetua, mungkin saja itu karena ketidaksesuaian dalam ritual. Bagaimana jika kita melakukan ritual sekali lagi?" Tetua nampak menimang-nimang hal tersebut.

"Baiklah. Kita akan melakukan ritualnya pada bulan purnama selanjutnya, ku harap ini benar ada kesalahan ritual saja. Bukan kesalahan dalam diri putrimu, Granet" Ucap Tetua lalu pergi dari sana. Lelaki tua itu pergi bersama dengan bawahan yang selalu di sampingnya.

Male Lead Itu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang