4. Rumah

701 65 7
                                    

Rumah tak selalu berbentuk bangunan, itu lah yang ada di benak Taufan, ia menganggap bahwa rumah itu tak selalu berbentuk rumah bisa jadi teman dekat atau saudara atau bahkan keluarga

Taufan tak punya rumah, jadi Taufan tak tau harus bercerita ke siapa, kadang ia bercerita ke bintang yang ada di langit

Sedari kecil Taufan selalu di suruh untuk mandiri, tapi tak ada salah nya kan lelah dengan kata-kata itu?

Taufan sedang terduduk di meja belajar yg dekat dengan jendela ia memandang langit yg penuh dengan bintang, banyak yang ia rindukan di rumah lama nya bersama sang Ayah dan Bunda tapi sayang nya Taufan sudah membenci ayah nya saat ini

Taufan tersenyum menatap langit malam, ia binggung, sekarang Ayah nya sedang mencari keberadaan saudara-saudaranya dan juga diri nya

Taufan juga seringkali merasa tidak enak kalau Hali yang bekerja sendirian tapi Hali tak masalah dengan itu

Sekarang posisi Taufan ingin menyerah iya, ingin menangis iya, ingin teriak iya

"bundaa Taufan harus apa untuk sembuhin ini semua" lirih Taufan

Taufan memegang kepala nya, menahan air mata nya. Taufan berdiri dari posisi duduk nya

"pasti bisa, jangan nyerah Taufan. kamu harus bisa sendiri"

Tak di singka sang adik ke empat negara anya mendengar semua kesedihan Taufan dari balik pintu, Blaze meneteskan air mata nya dan mengusap air mata nya berusaha untuk tidak menangis, Blaze menghela nafas nya lalu masuk ke kamar kakak sulung kedua nya

"kak ufan pinjem headset dong" pinta Blaze

"ambil aja di kasur" ucap nya memperbolehkan

"makasih kak" kata Blaze berterimakasih

"iya, sama-sama" balas Taufan

Blaze terdiam, ia melihat kakak nya yang sedang berusaha menahan air mata

"kenapa masih di sini? ada perlu sama kak ufan?" tanya Taufan, blaze menggelengkan kepalanya "kak kalo ada masalah cerita ya" ucap Blaze

"?? iya, kak ufan gapapa. udah sana kamu istirahat" balas Taufan

"kak ufan beneran gapapa?" tanya Blaze

"beneran blazeee, kalo kak ufan kenapa-kenapa juga kak ufan bilang" jawab Taufan

Blaze tau bahwa kakak nya ini berbohong, padahal sudah jelas-jelas ia dengar bahwa sang kakak sulung kedua nya ini sedang tidak baik-baik saja

"yaudah blaze ke kamar dulu" ucapp Blaze, Taufan mengiyakan perkataan nya

Blaze terdiam di ambang pintu "jangan nyerah ya kak, sekarang banyak orang gant*ng dir* karna banyak masalah. aku gak mau kakak begitu" ujar Blaze

"apa sih? ya nggak mungkin lah kak ufan begitu, dosa tau" balas Taufan

"iya juga sih, jangan sampai kenapa-kenapa ya kak" ucap Blaze, Blaze menutup pintu kamar Kakak sulung nya itu dan Taufan hanya bisa tersenyum menatap pintu itu perlahan tertutup

"lagi pula kak ufan masih punya tanggung jawab buat ngejaga kalian, sampai kalian berkeluarga kak ufan juga akan tetap di sini" gumam Taufan

-〃๑'-

Halilintar dan saudara-saudara nya sedang berada di sekolah pagi ini, Kelas mereka berbeda-beda, sistem nya seperti pembagian kamar

Taufan sedang berdiri di depan kelas, ia sedang tidak tau ingin berbuat apa, hari ini tak ada yg bisa di ganggu, Halilintar sedang berkutik dengan laptop nya dan Gempa sedang rapat osis

7 kembar : Elemental (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang