𝐏𝐫𝐨𝐥𝐨𝐠

390 19 5
                                    

𝗔𝘀𝘀𝗮𝗹𝗮𝗺𝘂'𝗮𝗹𝗮𝗶𝗸𝘂𝗺🌸

𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗱𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 '𝗣𝗘𝗥𝗧𝗘𝗠𝗨𝗔𝗡 𝗔𝗕𝗔𝗗𝗜'

𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝘁𝗮𝘂 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗸𝘂 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗺𝗮𝗻𝗮?
𝗜𝗻𝘀𝘁𝗮𝗴𝗿𝗮𝗺, 𝗧𝗲𝗺𝗮𝗻, 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗧𝗶𝗸𝘁𝗼𝗸?

𝗦𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗸𝗲𝗻𝗮𝗹 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗮𝗿𝘂 𝘆𝗮 👋😊

𝗗𝗮𝗻 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁! 𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝘄𝗮 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗹𝗮𝗶𝗻 𝗸𝗲 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝗸𝗮𝗿𝗻𝗮 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗻𝗴𝘂 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗸 𝗺𝗼𝗼𝗱 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿. 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘀𝗸𝗶𝗽 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗶𝗻𝗶!

𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝗩𝗼𝘁𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝗖𝗼𝗺𝗺𝗲𝗻𝘁

𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝘁𝘆𝗽𝗼 𝗺𝗼𝗵𝗼𝗻 𝗱𝗶𝗽𝗲𝗿𝗯𝗮𝗶𝗸𝗶💕

                             _𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜_

Di dalam kediaman, ada seorang gadis yang sedang menatap kedua orang tuanya dengan perasaan marah dan kesal. Ia tak menyangka, jika dirinya harus dijodohkan dengan teman dekat ayahnya sendiri yang sama sekali ia tak kenali. Mereka berada di ruang tengah dengan duduk di sofa rumah tersebut.

"Pokonya Rasya gak mau dijodohin, titik!" ucap gadis itu dengan penuh amarah sambil beranjak dari duduknya.

Sang ayah yang melihat itu langsung menghampiri kearah-nya dan dengan wajah yang  penuh dengan amarah ia langsung saja mengarahkan tangannya dan tiba-tiba...

𝘗𝘭𝘢𝘬

Satu tamparan, berhasil mengenai sudut bibir gadis itu dengan nafas yang memburu menatap tajam kearah anaknya.

"Ayah"

Sang istri langsung menghampirinya dan menenangkan dirinya dengan menggusap pelan bahu-milik suaminya.

"Udah, yah. Sabar, kasian Rasya" ucapnya berusaha menenangkan suaminya yang masih tersurut emosi.

Wajah gadis itu langsung memiring, dikarnakan ia menahan rasa nyeri dan matanya langsung berkaca-kaca ketika ia tak menyangka jika ayahnya berani bermain kasar terhadapnya.

"Sya, kamu gpp kan?" tanya mela-selaku temannya. Ia menatap sedih kearah Rasya yang hanya bisa terdiam untuk bisa menahan rasa sesak yang ada di hatinya.

Ya, gadis itu bernama Rasya Angelica Vernita yang berusia 18 tahun. Gadis itu baru saja pulang dari sekolahnya. Tapi, kedua orang tuanya baru saja mengatakan hal yang membuat dirinya harus menerima keadaan.Yang dimana dirinya dijodohkan dengan teman dekat ayahnya sendiri.

"Kamu harus mau menerima perjodohan ini!" ucap Davi tanpa mau di gugat.

Dengan berani, Rasya menatap wajah ayahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Lalu, menghirup nafasnya dalam-dalam agar bisa menghilangkan rasa sesak yang sedari tadi ada di hatinya.

"AKU GAK MAU, KENAPA SIH. AKU HARUS DIJODOHIN!" tutur Rasya dengan penuh emosi

"RASYA" ayahnya ingin sekali menampar dirinya, tapi kali ini istrinya menahan tangannya dan meminta ke suaminya agar tak jadi menampar putrinya.

"Kalo kamu gak mau, maka ayah akan masukan kamu ke pesantren" sontak, itu membuat mata Rasya melotot tak percaya dengan perkataan ayahnya barusan. Bagaimana bisa, dirinya diancam seperti itu jika dirinya tak menerima perjodohan itu.

"Sabar, yah. Nanti kita bicarain ini kalo Rasya udah tenang" ucap Verni, berusaha mengajak suaminya agar tenang dan tidak terpancing emosi.

"Aaaargghh" umpat Rasya menggusap wajahnya kasar.

"Aku benci kalian" Rasya pergi ketika sudah berucap seperti itu meninggalkan kedua orang tuanya dan temannya yang menatap kepergian-nya.

"RASYA" panggil sang ayah, melihat putrinya pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan juga istrinya di ruang tamu.

"Maaf ya, mel. Sepertinya Rasya lagi butuh waktu buat sendiri" Mela hanya mengangguk lalu, menatap kearah orang tuanya Rasya dengan perasaan tak enak.

"Tante om, kalo gitu Mela izin pamit pulang dulu" pamit Mela, menyalim tangan Davi dan Verni secara bergantian.

"Iya, maafnya udah bikin kamu gak nyaman" ucap Verni tak enak pada Mela, sambil memeluk Mela lembut.

"Gak ko, justru aku yang harusnya minta maaf tan, om. udah ganggu kalian" balasnya setelah melepaskan pelukannya, dengan senyum yang terukir di bibirnya.

"Yaudah kalo gitu, aku pamit dulu ya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam" balas mereka, dengan menenangkan hati dan pikiran mereka masing-masing.

"Bunda buatin ayah teh ya, Biar pikiran ayah tenang" anguk Davi, dan Verni berlalu menuju dapur untuk membuatkan suaminya teh.

Davi berjalan menuju sofa, sembari menunggu istrinya yang sedang membuatkan teh untuk dirinya.

"Astagfirullah" helaan nafas panjang mulai terdengar, Davi langsung memijat keningnya yang mulai terasa agak pening dengan permasalahan yang menimpa dirinya.

"Ini yah, teh-nya. silahkan di minum biar tenang" dari arah dapur, Verni membawa secangkir teh untuk suaminya yang menunggu di ruang tengah dengan memijat keningnya.

"Makasih, Bun." Davi menerima secangkir teh tersebut dengan kepala yang masih memikirkan yang lain. Verni hanya bisa duduk di sebelah suaminya dan menatap kearah-nya, sambil sesekali menatap kearah teh yang ada di meja.

"Kenapa gak di minum?" tanya Verni mulai mencairkan suasana.

"Entar aja kalo gak panas" jawab Davi dengan tangan yang terus memijat keningnya.

"Udah, gak usah di pikirin. nanti kita coba bicarain ini lagi sama Rasya kalo dia udah tenang" ucap Verni menatap lembut kearah suaminya.

"Tapi mau sampai kapan, Bun?" tanya Davi yang sudah mulai lelah dengan semuanya.

"Sampai kita yakinin Rasya dan dia mau nerimanya" balasnya, disertai senyum lembut menatap kearah suaminya yang juga tengah menatapnya. Davi nampak ragu dengan ucapan istrinya, tapi ia langsung mengangguk dan mengenggam lembut tangan Verni dengan helaan nafas lelah.

"Iya, nanti kita akan coba bicara lagi ke Rasya" anguk Verni, lalu memeluk suaminya dari samping dan Davi membalas pelukannya dengan mengecup pucuk kepala istrinya.
...
𝗚𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮, Seru gak prolog-nya?
𝗔𝗴𝗮𝗸 𝘀𝗲𝗱𝗶𝗸𝗶𝘁 𝘆𝗮 𝗽𝗿𝗼𝗹𝗼𝗴𝗻𝘆𝗮, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗴𝗽𝗽 𝗮𝗻𝗴𝗴𝗲𝗽 𝗮𝗷𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝗽𝗲𝗿𝗺𝘂𝗹𝗮𝗮𝗻.
𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝗳𝗼𝗹𝗹𝗼𝘄
𝗧𝗶𝗸𝘁𝗼𝗸: @𝘅𝘃𝗶𝗲𝗿-𝗹𝘂𝘃
𝗜𝗻𝘀𝘁𝗮𝗴𝗿𝗮𝗺: @_𝘆𝘇𝗵𝘅𝟮
𝗪𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱: @𝘀𝗮𝗵𝗮𝗯𝗮𝘁𝘀𝗲𝘁𝗶𝗮𝟲
                                                     
                                                               𝗧𝗵𝗮𝗻𝗸𝘆𝗼𝘂𝘂💗

PERTEMUAN ABADIWhere stories live. Discover now