07

7.3K 232 9
                                    

Terima kasih untuk 80 vote yang sudah diberikan 🤗

Makin cepet ya selesaiin target vote 😅

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak komentar. Kali aja ada kesan, saran, atau sekedar ngoreksi typo dan plot hole yang ada.

Selamat membaca.

***

"Suamimu enak banget genjotannya, Nduk."

"Benar, Bu?"

"Iyo, enak tenan. Ketagihan Ibu jadinya."

"Siapa dulu, suamiku gitu loh."

Begitulah percakapan antara ibu dan anak yang dilakukan oleh Lastri dan Lani suatu waktu di dapur saat memasak untuk makan malam. Mereka tampak begitu asik tanpa ada yang sadar kalau percakapan mereka amat sangatlah terdengar janggal jika didengar lebih seksama. Bisa-bisanya mereka mengobrol perihal aksi hubungan badan dengan seorang laki-laki dengan begitu santainya. Akan terdengar biasa saja jika yang jadi bahan obrolan mereka adalah dua orang yang berbeda. Tapi tidak, sosok laki-laki yang dibahas ini sama. Itu adalah Hadi, sosok laki-laki yang adalah menantu sekaligus suami dari dua orang perempuan tersebut.

Hadi adalah seorang laki-laki berusia 24 tahun yang memiliki perawakan cukup proporsional dengan wajah yang dibilang menarik. Otot kekar khas orang desa yang selalu disibukkan di ladang dan sawah menjadi ciri khasnya. Dia adalah seorang laki-laki yang berstatus suami dari Lani, putri semata wayang dari Adam dan Lastri.

Dunia sudah mau kiamat rasanya. Bisa-bisanya ada seorang laki-laki yang melakukan hubungan badan dengan istri dan mertuanya juga. Pun pada dua perempuan tersebut yang malah bertukar pengalaman dengan bagaimana laki-laki tersebut amat sangat jago dalam melakukan aksi intim tersebut.

Ini semua normal.

Ya, itu semua aneh dan gila. Tapi tidak saat Raja, anak seorang dukun santet yang tinggal di rumah Adam sendiri yang mengatakan kalau ini semua adalah hal yang normal. Terus-terusan begitu. Pemuda tersebut serasa tidak ada bosannya untuk mengatakannya. Tapi, kalau dipikir-pikir, benar juga, kenapa pula ia berpikir ini semua aneh, kala nyatanya ini sah-sah saja, normal-normal saja, tidak ada yang aneh sama sekali.

"Adam!" tegur Pak Kades yang membuat Adam tersentak kaget. Sang pimpinan tertinggi di desa nampak begitu tajam tatapannya kali ini. "Kamu ini bengong terus kerjaannya. Kesurupan kamu nanti!"

"I-iya, maaf, Pak Kades." Adam berucap dengan sedikit terbata. Di samping tidak enak, juga karena merasa terintimidasi. Walau perawakannya cukup gempal, laki-laki paruh baya ini amat sangat memancarkan aura dominasi dan intimidasi yang amat sangat kuat. Ia jadi segan karenanya.

Seperti biasa, Adam mengikuti kegiatan rapat rutin di balai desa. Jadwalnya rutin dilakukan setiap dua minggu sekali.

"Oh iya, nanti sore saya mau ke rumah kamu." Pak Kades memberitahu kemudian.

"Hah? Ngapain, Pak?" Bukan bermaksud tidak sopan dengan bertanya begitu, macam tidak rela didatangi tamu, namun Pak Kades ini belumlah pernah menginjakkan kaki di rumahnya. Jadi wajar saja kan Adam terkejut.

"Saya mau ngecek keadaan Raja langsung." Pak Kades menjelaskan apa maksud kedatangannya nanti. "Pun juga saya mau bertamu ke rumahmu. Nggak boleh emang?"

ADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang