BAB 15

0 3 0
                                    

"....Aku takut gelap,"

_Mulan_

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy reading.
.
.
.
.
.
.

"Lo ngapain beli cincin?" Tanya Nike dengan nada kesal. Ya sudah hampir setengah jam kami berada di sini.

Kami berdua, bukan... maksudku karena aku keasyikan melihat-lihat berbagai macam perhiasan, aku jadi lupa waktu. Dan Nike, dia duduk di sofa yang di sediakan... mungkin sebagai tempat untuk menunggu.

"Aku nggak beli astaga... cuma lihat-lihat doang," sahutku sedikit tertawa. Dia... wajahnya masam sekarang. Mungkin karena dia bosan atau kesal karena menunggu terlalu lama.

"Buruan atau gue tinggal!" Tuturnya dan langsung melangkah keluar. Aku hanya menggelengkan kepala. Ya... maksudku aku salah.

"Mbak, pesanan saya sudah siap? Harus yang couple..." tuturku kepada seorang wanita yang sedang berada di depanku.

"Tentu saja, biar saya bungkuskan." Lanjutnya lalu beralih mengemasi dua buah kotak berwarna biru. Dan tentu saja itu perhiasan.

Selang beberapa menit, Mbak itu datang lalu menyondorkan dua kotak perhiasan kepadaku.

*
Room chat.

_Moonlnd: "Heyoo..."

16.28

Vrniqueen_: "Apaan."

16.34

_Moonlnd: "Nik, aku nginap ke rumah kamu yah. Di rumah nggak ada orang. Mama lagi ke Jogja sama Om Chio."

16.36

Vrniqueen_: "Gue masih di distro. Di rumah nggak ada orang juga. Mama lembur."

16.37

_Moonlnd: "Ya udah deh... nggak apa-apa."

16.18

Vrniqueen: "Nanti gue mampir ke rumah lo."

16.19

_Moonlnd: "Oke, aku tunggu."

16.20

Aku menghempaskan diriku di kasur setelah membalas pesan itu. Itu benar, Maci pergi ke Jogja bersama Om Chio.

Saat aku bertanya kenapa, Maci menjawab akan menemani Om Chio untuk urusan bisnis di sana. Aku hanya ber oh ria saja. Dan di sini, aku mulai merasa kesepian. Semuanya sunyi, hanya ada nyala lampu yang terang.

Aku hanya berharap lampu tidak padam seperti beberapa bulan lalu saat Maci pergi ke luar kota untuk urusan butiknya, dan saat itu lampu padam. Hanya ada aku di rumah, dan yang pasti... aku takut gelap... sangat.

Aku menangis hampir 3 jam di dalam selimutku karena ketakutan. Saat aku hendak menyalakan ponselku, baterenya habis dan itu benar-benar hal yang paling menjengkelkan.

"Mulan,"

Sebentar, itu suara siapa?
Baiklah... aku akan memastikan kalau itu bukan maling. Aku berjalan keluar dari kamar dan menuju ruang tamu lalu ke pintu utama. Untuk berjaga-jaga, aku mengintip dulu dari tirai jendela.

MOON LIGHT (END)Where stories live. Discover now