BAB 23

0 2 0
                                    

"Tunggu," cegah Reno ketika mengantar pulang Nike. Gadis itu bergeming dan berbalik menatap Reno dengan tatapan datarnya.

"Apaan, gue ngantuk." Celetuk Nike kesal. Sudah cukup Reno memanfaatkannya hari ini. Dia bersumpah lain kali dia akan langsung menolak ajakan pria itu.

"Thanks," ucap Reno kemudian sambil menatap  Nike. Gadis itu hanya berdehem lalu kembali membuka pintu mobil pria itu lalu segera keluar dari sana.

"Pulang sana," suruh Nike setelah Reno ikut turun dari mobilnya.

"Lo masuk dulu, baru gue balik." Suruh Reno kepada Nike. Gadis itu hanya merotasikan bola matanya malas lalu segera melangkah menuju pintu utama rumahnya.

"Gadis aneh,"

*

Kriiingggg

Kringgggg

"Aish! Diamlahhh.... kau menggangguku!" Teriakku kesal kepada alarm yang terus saja berbunyi. Bagaimana tidak, aku harus menyetel alarm kali ini karena alarm favoriteku sedang tidak ada... maksudku Maci.

Kringggg

"Jam berapa sih ini... lima menit lagi boleh?" Tanyaku dari balik selimut. Aku kesal sekarang. Aku mulai mengumpulkan nyawa dan kembali mengingat kalau semalam aku menyetel alarm untuk membangunkanku pukul 06.50

"Whatt?!" Kagetku dan langsung loncat turun dari atas tempat tidur bak orang kesetanan. Apa ini... aku pasti akan dihukum karena terlambat.

"Mandi 2 menit..." teriakku sambil masuk ke kamar mandi dengan buru-buru.

Setelah mandi, aku langsung berlari secepat kilat menuju lemariku dan mengambil seragam sekolahku lalu menggunakannya. Untuk sisanya aku akan bersiap 3 menit. Sungguh ini seperti latihan dalam militer.

Brumm

Brumm

Itu bunyi motornya Nike. Ternyata gadis itu mampir ke rumahku pagi ini.

"Ngapain... ayo kita udah telat," hebohku sambil mengunci pintu rumah dan dengan cepat berlari menuju motornya Nike. Gadis itu hanya berdecak.

"Ayo..." perintahku dan langsung naik ke atas motor gadis itu.

"Wow, wow.... santai mbak, santai..." tutur Nike saat merasa kalau motornya bergerak seolah ingin jatuh ke samping. Aku hanya menyengir.

"Udah buruan... ini udah pukul 07.15," seruku sambil memukul pelan bahunya.

"Pegangan bodoh!"

****

Pintu pagar hampir ditutup dan kami baru saja sampai di depan pagar. Nike langsung menancap gas dan membuat pak Susilo; satpam yang hendak menutup pintu pagar terkejut bukan main.

"Astagfirullahh," kagetnya dan langsung memegang dadanya.

"Fyuhhh..." tuturku lega saat turun dari motor ninja gadis itu.

"Maaf pak," seru Nike sambil mengangkat tangannya ke arah pak Susilo yang terlihat sedang menggeleng-gelengkan kepalanya setelah menutup rapat pintu pagar sekolah.

"Lain kali jangan telat lagi," balas pak Susilo dan langsung diacungi jempol dari Nike.

"Btw... makasih, paypay..." aku langsung cabut dari sana dengan kecepatan di atas rata-rata. Gadis itu masih bergeming dan tampak tak peduli padahal ini sudah hampir setengah delapan.

"Cocok juga jadi atlet lari." Gumam Nike lalu melangkah santai mengikutiku yang sudah menyusuri kordidor sekolah menuju kelas.

Brukhh

MOON LIGHT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang