BAB 32

2 3 4
                                    

Pukul 13.45

Aku melajukan langkahku dengan cepat untuk menghindari Bintang. Pria itu terus saja mendesakku agar pulang dengannya dan sialnya Nike tidak mau membantuku.

"Untung saja dia masih di kelas." Rutukku sambil terus berjalan melewati banyak siswa-siswi yang sudah keluar dari kelas dan bersiap untuk pulang. Dan Bintang, kelas kami berbeda. Dia kelas 12 MIPA 2 bersama dengan Jean, pria yang sering mengajak Nike untuk sparing basket.

"Hey..." saat hendak menuju perkiran, seorang gadis yang tak lain adalah Luna menarikku pelan. Aku sontak berbalik; kaget.

"Sorry, aku buru-buru." Tuturku singkat.

"Gue cuma mau nanya, lo tau alamat rumahnya Reno?" Tanyanya sambil menampilkan senyuman manisnya. Aku bergeming.

"Kenapa? Maksudku kenapa kamu nanya alamat rumahnya ke aku?" Tanyaku balik.

"Ouh itu, gue ada urusan jadi maybee lo tau di mana?" Jelasnya lagi. Aku langsung mengangguk. Reno kan sekolah di sini, kenapa nggak tanya langsung ke dia? Menyebalkan

Dari kordidor, terlihat Bintang berjalan pelan ke arah kami berdua. Aku langsung berpikir keras.

"Hey aku tahu rumahnya. Ayo pergi," ajakku sambil menarik tangan Luna dan pergi dari sana.
Maaf tampan, aku tidak mau berurusan dengan penggemar-penggemar bodohmu.

"Gue bawa mobil," ucapnya saat kami sampai ke parkiran. Aku langsung melepaskan tanganku darinya.

"Maaf, aku nggak bermasud nyeret--

"Santay aja, yuk cabut." Ajaknya kepadaku, lalu berjalan menuju mobilnya. Aku langsung ikut masuk ke mobilnya; kami pergi dari sana.

🍻

"Kasian banget lo," ucap Nike sambil bersedekap dada. Bintang terlihat kesal; memandangi mobil putih yang baru keluar dari parkiran.

"Baru kali ini gue di kacangin sama cewek." Tuturnya dengan nada memuakkan bagi Nike.

"Syukurin lo, itu karma." Ledek Nike lalu berjalan menuju motornya.

"Ngapain lo ngekor trus," sembur Nike karena Bintang terus saja mengekorinya.

"Minta nomornya." Finalnya sambil menyondorkan ponselnya kepada Nike. Gadis itu tampak memandangi ponsel itu tanpa berniat untuk menerimanya.

"Gue saranin. Kalo lo beneran mau dia, caranya nggak gitu. Dia nggak pernah suka sama cowok yang ngedekatinya secara terang-terangan kayak lo! Dia risih." Jelas Nike kepada pria itu.

"Trus gue harus apa? Ngasih dia hadiah? Kado? Beliin mobil? Ngajakin dia libur--

"GOBLOK KOK DI PELIHARA!" Sarkas Nike dengan nada tinggi.

"Ya kasih tau dong," Bintang malah ngegas.

"Nggak usah ngegas bangsat! Mana ada Mulan kayak gitu. Lo tinggal ngedekatin dia dengan cara sederhana apa susahnya sih," omel Nike dan langsung meraih helmnya. Pria itu tampak mematung di tempatnya.

Brummm

Brummm

Brummm

"Minggir lo," seru Nike yang tampak kesal dengan Bintang.

"Thanks Nini goblok!" Teriak Bintang saat Nike melajukan motornya keluar dari kawasan sekolah. Dari jauh, tampak seseorang yang dari tadi terus memperhatikan keakraban mereka.

"Mundur aja bang, dia udah punya pawang!"

🍻

"Non Mulan, ayo masuk..." ajak Bi Maya yang sedang menyiram tanaman di depan rumah. Aku mengangguk lalu berjalan masuk kedalam rumah mewah itu diikuti Luna dari belakang dengan wajah bingung.

MOON LIGHT (END)Where stories live. Discover now