17 | Don't Do That

3.5K 450 35
                                    

Jenna berdiri dari sofa saat dia mendengar keylock dari pintu ditekan, yang dia yakini, Garvin yang melakukannya. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, pemilik unit itu masuk dengan diikuti Aska di belakangnya.

"Oh, hai, Jennaira!" sapa Aska dengan melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Dia tersenyum lebar penuh makna, yang membuat Jenna tidak nyaman dan tidak suka.

"Ngapain dia ikut ke sini, Vin?" tanya Jenna pada Garvin yang berdiri di sampingnya.

"Nggak tau. Ngintilan emang anaknya," jawab Garvin seadanya. "Mau minum apa, Ka?"

"Kopi, Vin," jawab Aska sembari mendudukkan dirinya di sofa.

"Lo kira kafe?" sindir Jenna yang mengikuti pergerakan Aska dengan sorot mata tajamnya.

"Kok, lo daritadi sewot mulu, sih? Garvin yang punya rumah aja biasa aja tu. Lo udah berasa yang punya rumah juga apa gimana?"

Jenna melotot atas kata-kata Aska.

"Ka, kalau lo bikin ribut di sini, mending lo pergi aja, deh," ujar Garvin memperingatkan.

Aska tergelak dan mengangkat kedua tangannya. "Oke oke, sorI. Gue cuma bercanda."

Garvin mendecakkan lidahnya seraya melangkah menuju dapur untuk menyiapkan minuman untuk mereka. Jenna membuntuti sang empunya rumah.

"Kok, ikut ke sini?" tanya Garvin setelah mengambil tiga gelas dan membawanya ke meja pantry.

"Gue males sama Aska."

Garvin terkekeh pelan sambil mengacak pelan puncak kepala Jenna.

"Tadi gimana ngobrolnya sama Aska?" tanya Jenna.

"Nggak gimana-gimana. Lo nggak usah khawatir. Aska anaknya nggak cepu, kok, walau kadang mulutnya kayak kaleng rombeng."

"GUE DENGER, SAT!" teriak Aska dari ruang tengah.

Garvin dan Jenna terkekeh sejenak dan kembali mengabaikan rekan kerjanya di sana.

"Vin, gue mau coba minum kopi juga, dong," ujar Jenna saat melihat Garvin menyalakan mesin coffee maker miliknya.

Garvin menaikkan kedua alisnya, tanda terkejut. "Lo kan nggak minum kopi."

"Gue pengin coba. Katanya, kopi bisa meredakan kecemasan."

"Lo lagi dilanda kecemasan?" gurau Garvin.

Jenna mengangguk cepat. "Gara-gara temen lo itu." Jenna mengedikkan dagunya ke arah ruang tengah, di mana Aska berada.

Garvin tertawa lagi. "Tapi, nggak apa-apa ni lo minum kopi? Teh aja, ya. Atau cokelat. Gue masih punya cokelat kayaknya."

Jenna menggeleng tak setuju. "Kopi aja. Gue mau kopi."

"Yaudah, gue bikinin kopi susu."

"Thank youuu."

"Udah sana. Temenin Aska-nya."

"Males, Vin ...." rengek Jenna dengan mengerucutkan bibirnya, tanda tak suka.

"Heh! Gue tamu dibiarin sendirian aja dari tadi ni?!" seru Aska lagi. Lelaki itu sampai memutar tubuhnya menghadap ke dapur. "Sini lo, Jen. Lo tu juga tamu di sini. Tempat lo di sini, bukan di dapur."

Jenna melempar tatapan sinis ke Aska, tapi tetap melangkahkan kakinya menuju tempat Aska. Meski dengan sangat berat hati.

"Gue baru tau kalau lo bisa manja juga orangnya," ujar Aska setelah Jenna duduk di sofa panjang, membentuk sudut dengannya.

"Hanya untuk kalangan terbatas. Yang jelas bukan lo orangnya."

Aska tertawa. "Gue juga ogah lo manja-manja sama gue. Geli liatnya."

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang