31 | Go Public

3.1K 366 73
                                    

Sekali lagi aku mau ingetin kalau mau komen, tolong pakai bahasa yang sopan ya. Aku punya hak penuh buat hapusin komen-komen yang bikin aku nggak berkenan. Aku tau kalau cerita ini banyak pakai kata kasar, tapi bukan berarti bisa kalian pakai buat ngata-ngatain idols yang aku pinjem buat karakter di sini. Atau ngata-ngatain aku sebagai penulis. Kalau nggak suka sama ceritanya, boleh banget kok di-skip, aku nggak maksa kalian baca 😀 Mau ngata-ngatain karakternya kalau pas lagi adegan menyebalkan boleh banget, tapi tetep harus beradab juga.

Nggak, aku nggak baper. Aku cuma mengimbau kalian para pembaca untuk nggak kebiasaan kasih bad comments ke siapa pun, nggak cuma ke aku, nggak cuma di WP. Tapi ke siapa pun, di media apa pun. Kalau nggak suka, nggak usah dibaca atau diliat. Jangan nambahin dosa diri sendiri hehehe.

And last, aku mau mumpet dulu sebelum kena hujat kalian yang baca chapter ini 🙈 Banyak yang nggak ngeh sama HEHEHE aku di akhir chapter kemarin kayaknya.

Well, see ya in the next chapter! Bye! *menghilang

***

"Aku cinta sama kamu, Vin."

Kalimat keramat yang dilontarkan Jenna seakan memukul mati otak Garvin hingga membuat pria itu tidak mampu berpikir apa-apa. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendengar kalimat itu di saat seperti ini.

"Je—Jenna ..., kamu nggak bercanda, kan?" tanya Garvin terbata-bata setelah berhasil mengumpulkan kewarasannya kembali.

Jenna menggeleng. "Aku beneran cinta sama kamu."

Garvin tak kuasa menyembunyikan kebahagiaannya dengan mengulas senyum yang sangat lebar hingga matanya menghilang. Dia langsung menarik Jenna ke dalam pelukannya dan merengkuhnya sangat erat.

"You never know how happy I am right now. Thank you for loving me back. I love you, Jennaira. I love you so much!"

Diurainya sedikit jarak antara mereka seraya mempertemukan netra mereka dalam penerangan yang minim. Tangan Garvin beralih ke lengan Jenna. "Sejak kapan?"

"Aku nggak tau sejak kapan, tapi aku baru sadar setelah kejadian di klub kemarin."

Bibir Garvin terulas semakin lebar, bahkan bisa saja sampai ke telinganya, saking bahagianya pria itu. "Jenna, kalau gitu kita—"

Jenna memotong kalimat Garvin dengan mendorong dada pria itu menjauh. Hal itu jelas membuat Garvin bingung, apalagi dia baru menyadari kalau Jenna menatapnya dengan sorot mata yang datar. Yang ia tidak sadar sampai sekarang, Jenna bahkan tidak membalas pelukannya tadi.

"Jenna?"

Jenna memutus adu tatap mereka dan menurunkan pandangannya ke bawah. "Aku cuma mau bilang perasaan aku ke kamu. Bukan buat mengubah apa pun tentang hubungan kita."

Dahi Garvin berkerut, tanda tak mengerti. "Maksudnya?"

"Aku cinta kamu, tapi bukan berarti aku mau menjalin hubungan serius sama kamu."

Ucapan Jenna membuat dada Garvin sesak seketika. Dia memperhatikan setiap ekspresi dan gerak tubuh Jenna yang kelihatan kikuk.

Sebagai orang yang baru saja mengungkapkan perasaannya, Jenna justru seperti orang yang tersiksa. Dia menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya. Tangannya saling memilin dan napasnya terdengar tidak beraturan.

"Aku dulu berpikir, kalau aku udah bisa jatuh cinta sama orang, berarti aku udah lepas dari trauma aku dan mulai bisa menjalin hubungan sama dia. Ternyata enggak, aku jatuh cinta sama kamu di saat aku masih belum sembuh sama sekali. Dan bayangan tentang aku punya status yang resmi sama kamu, kayak pacaran or whatever you call it, bikin aku ketakutan.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang