Ares Dharmawangsa

998 174 14
                                    

Samara Jiyana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samara Jiyana



Ares Dharmawangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ares Dharmawangsa

"Samara, kan?"

Sapaan dari pria dengan suara beratnya yang terdengar begitu seksi di telinga Samara ini membuat gadis mungil yang lebih mirip anak SMP ini hanya mampu menganggukkan kepalanya kaku seperti patung. Bohong jika Samara tidak terpesona dengan mahluk Adam yang ada di hadapannya.

Segala hal yang ada di diri pria yang kini melepaskan kacamata hitamnya tersebut adalah kriteria idaman dari Samara. Sosok tinggi tegap dengan rambut berantakan dan wajahnya yang tegas tampak casual dalam ripped jeans yang di kenakan berpadu dengan kaos oblong warna hitam dengan aksen sobek-sobek di kerahnya yang sama sekali tidak menyembunyikan tatto di lengan kanannya, dan semua hal berbau bad boy tersebut semakin sempurna dengan wajah tampan berahang tegas khas seorang aristokrat.

Sungguh, pria yang ada di hadapan Samara ini terlihat benar-benar unreal. Terlalu tidak nyata bagi Samara yang kesehariannya lebih sering berinteraksi dengan Koko-Koko Surabaya, sosok yang sama sekali tidak di kenal Samara ini seperti baru saja keluar dari novel yang seringkali di bacanya sebelum tidur untuk menjadi bahan halu.

Apalagi saat pria tersebut mendekat ke arah Samara, wangi musk yang begitu kental berpadu dengan tembakau justru membuat kesan maskulin pria asing ini semakin menjadi.

Astaga Tuhan, lutut Samara terasa lemas, nyaris goyah karena pesona gila-gilaan dari pria yang ada di hadapannya, dan parahnya berbeda dengan Samara yang mendadak menjadi gagu, manusia yang sama sekali tidak di kenal Samara ini justru tampak begitu cool seakan pandangan kaum hawa yang terpesona padanya adalah hal yang seringkali dia dapatkan.

Tubuh tegap pria tersebut menunduk, menjajarkan tingginya agar sama dengan tubuh minimalis Samara, senyuman terlihat mengembang di wajah tampannya saat dia memperhatikan Samara dengan seksama dan dari jarak sedekat ini Samara bisa melihat jika ada dua piercing di wajah tampan tersebut, satu di bibir bawanya sebelah kanan, dan juga di alis tebal sebelah kanan juga.

Damn! Apa pria ini tidak sadar jika dia terlalu panas. Demi Tuhan, Samara benar-benar di buat panas dingin oleh pemilik hormon testosteron ini.

"Gimana perjalanannya? Mamamu cerewet banget ngingetin Om supaya nggak lupa jemput kamu."

Om? Haaahhh? Jika sebelumnya Samara hanya mematung seperti robot yang sangat bodoh, maka sekarang Samara ternganga dengan sangat tololnya. Kepalanya menggeleng pelan tidak percaya jika pria yang terlihat muda ini membahasakan dirinya sebagai Om untuk dirinya.

Perlahan kepala Samara terangkat ke atas dan ke bawah berulangkali, memindai dari segala sisi kanan kiri atas bawah tidak ada satu pun bagian dari sosok asing ini yang menunjukkan jika dia sudah seusia kurang lebih seperti Orangtua Samara. Bahkan Samara sudah bersiap untuk memanggil dengan panggilan Abang atau Kakak.

Tolong, jangan bilang pada Samara kalau Om-om Gula yang ada di hadapannya ini adalah seorang yang tengah melintas di benaknya sekarang. Tepat di saat otak Samara terasa kopong karena hal yang tidak masuk akal, ponsel Samara berdering menunjukkan nama Mamanya yang tengah memanggil.

"Mamamu nelpon tuh, buruan di angkat. Kalau nggak bisa merepet dia ke Om!"

Kembali pria dengan bahasa 'Om' ini bersuara, menyentak lamunan Samara hingga akhirnya Samara beringsut mundur beberapa langkah, di tatap oleh pria tampan yang baru saja keluar dari novel dengan wangi maskulin yang sama sekali nggak nyantai bukan kombinasi yang bagus untuk kesehatan jantung Samara.

"Halo, Ma?"

Samara mengangkat ponselnya tinggi untuk panggilan video yang tengah berlangsung, wajah Mamanya yang masih cantik tersebut seketika terpampang penuh kelegaan saat melihat wajah Samara.

"Ra, itu Om Ares udah jemput kamu belum? Mama udah wanti-wanti dia loh biar dia nyempetin waktunya buat jemput kamu. Hisss awas saja kalau dia biarin kamu sendiri."

Pertanyaan yang di lontarkan oleh Mamanya mewakili tanya atas rasa penasaran Samara akan sosok yang ada di belakangnya, sembari berbalik Samara mengarahkan kameranya ke arah si Om Gula tersebut.

"Mama, ini bukan yang namanya Om Ares?"

Entah di bagian mana lucunya pertanyaan dari Samara barusan, karena bukan hanya Mamanya yang tertawa, tapi sosok pria tampan tersebut pun juga tergelak, tanpa menunggu persetujuan dari Samara, pria tampan tersebut meraih ponsel di tangan gadis bertubuh kecil tersebut tanpa menyadari jika sentuhan ringan yang diberikannya bagai sebuah aliran listrik di tubuh Samara.

Hanya sebuah sentuhan, tapi sukses membuat jantung Samara kebat-kebit tidak karuan hingga Samara tidak fokus dengan apa yang di perbincangkan Mamanya dengan sosok yang ternyata Om Ares ini. Satu-satunya yang bisa Samara dengarkan hanyalah ucapan terakhir dari sahabat Papa dan Mamanya ini.

"Tenang saja, Rah. Anakmu aman sama aku, aku akan jaga dia sama seperti aku menjagamu dulu."

Janji tersebut terucap bagai sebuah kalimat tanpa arti di telinga Samara, Samara sama sekali tidak tahu jika janji yang terucap dengan banyak makna tersirat dari sosok Ares kepada Mamanya tersebut satu waktu nanti akan melukai hatinya.
Satu hal yang bisa Samara tangkap sekarang adalah sosok asing di hadapannya ini adalah benar-benar sahabat Papa dan Mamanya.

Sebuah kejutan yang sama sekali tidak di sangka oleh Samara, dalam bayangan Samara sahabat orangtuanya tersebut adalah sosok Bapak-bapak yang formal dan kaku, tipe-tipe Orangtua dengan kemeja dan kaos polo serta suka sekali memerintahkan anak-anak mereka atau juga orang-orang yang bekerja pada mereka. Tapi nyatanya di bandingkan menjadi sahabat Papanya yang merupakan seorang Marinir, Om Ares ini lebih tampak seperti seorang preman di mata Samara. Entah berapa usianya Om Ares ini, Samara tidak yakin jika jika dia berusia kurang lebih sama seperti Orangtuanya, mungkin Om Ares ini baru menginjakkan 30 tahunan

Banyak tanya berkelebat di dalam kepala Samara tentang Ares, tapi yang paling membuat Samara penasaran adalah seperti apa pasangan dari Ares ini, mungkin tanya tentang perempuan seperti apa yang beruntung mendapatkan spek cowok noveable seperti Ares ini akan segera terjawab saat Ares mengajak Samara untuk pergi.

"Kamu nggak keberatan tinggal di apartemen, kan? Mamamu sudah bilang belum tentang tempat tinggal Om?"

Pertanyaan yang terucap dari Ares saat dia mengambil alih koper Samara dan meletakkannya di bagasi belakang membuat Samara tersentak, untuk beberapa saat Samara menghela nafas, berusaha mengurai perasaannya yang masih terbawa pesona oleh sosok Ares yang sangat di luar nalar akal sehatnya, tidak mungkin bukan seterusnya Samara akan bersikap sebodoh sekarang ini sementara mulai sekarang Samara akan sering  berinteraksi dengan Om Gula satu ini. Memecah kecanggungan yang terasa semakin tidak nyaman saat mereka memasuki mobil, akhirnya Samara bersuara.

"Bukan masalah, Om. Mara bukan orang yang ribet untuk sebuah tempat tinggal, tapi istri dan anak Om nggak keberatan kan dengan kehadiran saya, kan?"

Bukan jawaban yang segera di dapatkan oleh Samara, melainkan gelak tawa dari sosok tampan di sebelahnya. Entah apa yang lucu tapi kini Samara di buat terpesona oleh tawa lepas seorang yang bahkan sama sekali tidak di kenalnya ini.

ARESSA CPB Series (Romance Adult 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang