Menggoda Om Gula

1.2K 169 23
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hollaaaa, ketemu lagi sama Samara si Labil dan juga Om Ares yang punya kesabaran seluas lautan, yang punya aplikasi KBM dan Karyakarsa bisa ikutin ARESSA di sana juga ya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hollaaaa, ketemu lagi sama Samara si Labil dan juga Om Ares yang punya kesabaran seluas lautan, yang punya aplikasi KBM dan Karyakarsa bisa ikutin ARESSA di sana juga ya.
Happy reading semuanya.
Enjoy

"Bukan masalah, Om. Mara bukan orang yang ribet untuk sebuah tempat tinggal, tapi istri dan anak Om nggak keberatan kan dengan kehadiran saya, kan?"

Bukan jawaban yang segera di dapatkan oleh Samara, melainkan gelak tawa dari sosok tampan di sebelahnya. Entah apa yang lucu tapi kini Samara di buat terpesona oleh tawa lepas seorang yang bahkan sama sekali tidak di kenalnya ini.

Suara tawa dari Ares terus terdengar seakan tanya yang baru saja terucap dari Samara adalah sebuah lelucon segar yang baru saja Ares dengar untuk pertama kalinya di dalam hidup.

Bahkan saat melihat wajah Samara yang kebingungan mencari di sebelah mana kelucuan atas tanya yang baru saja terucap, tawa dari Ares semakin menjadi. Tentu saja sikap absurd seorang pria dewasa yang sangat receh di mata Samara ini hanya bisa membuat wanita bertubuh mungil tersebut menggeleng tidak habis pikir tapi sedikitpun Samara tidak memiliki niat untuk menghentikan tawa Ares.

Entahlah, bahkan Samara pun sulit untuk percaya, tapi Samara menyukai tawa dari sosok asing yang baru saja di kenalnya ini. Tawa tersebut membuat mata Ares menyipit dan lesung pipinya yang terlihat mengubah wajahnya yang tegas dan keras menjadi manusiawi. Orang yang melihat Ares untuk pertama kalinya pasti akan langsug setuju dengan pendapat jika Ares lebih cocok menjadi seorang gangster yang mengerikan, tapi nyatanya Ares juga punya sisi humanis di dukung oleh wajahnya yang memang tampan.

Setidaknya itulah yang di pikirkan oleh Samara. Banyak pria hilir mudik di hidup perempuan kecil ini, sayangnya perhatiannya justru tertambat pada sosok sahabat orangtuanya yang sudah pasti usianya berkali-kali lipat lebih tua dari pasangan idealnya. Belum lagi dengan kenyataan jika Om Ares ini sudah berkeluarga, memikirkan jika sekarang Samara tengah kepincut dengan suami orang membuat Samara segera menggelengkan kepalanya dengan pelan, mengusir bayang-bayang yang tidak seharusnya.

Tapi ternyata segala perkiraan Samara keliru, saat tawa Ares terhenti, pria tampan tersebut justru berucap hal yang sama sekali tidak di sangka oleh Samara. "Istri dan anak dari mana coba? Mamamu nggak bilang sama kamu kalau kamu bakal tinggal sama sahabatnya yang sudah mendeklarasikan dirinya tidak akan pernah menikah?"

Samara tercengang, satu kejutan lagi dia dapatkan dan kejutannya membuat jantungnya kebat-kebit tidak karuan. Untuk kesekian kalinya Samara menatap Ares dengan lekat tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Demi apa, manusia sesempurna Ares dengan segala hal yang menurut Samara adalah type ideal dari lelaki yang di inginkannya ini masih melajang? Tidak, Samara tidak ingin percaya begitu saja.

Mengabaikan rasa canggung karena baru berkenalan dengan Ares, Samara tidak bisa menahan rasa penasarannya dan sontak langsung mengeluarkan apa yang ada di benaknya.

"Terus Om ini apa? Duda tanpa anak? Atau anak Om ikut Mamahnya? Nggak mungkin kan kalau Om ini lajang yang belum pernah menikah? Really? Rasanya Mara nggak percaya Papa bisa bestian sama anak muda, secara Papa kaku kek kanebo, maunya ngendon mulu di ketek Mama."

Kebiasaan Samara yang setiap kali berbicara merepet tanpa jeda kembali muncul saat dia menyuarakan rasa penasarannya memancing senyuman Ares, di mata Ares sekarang ini dia melihat Samara seperti Sarah. Si cerewet yang tanpa sungkan mengatakan apapun yang ada di kepalanya.

Samara menyimak dengan penuh perhatian, tapi Ares justru memfokuskan dirinya kembali ke jalanan yang padat merayap khas Ibukota Jakarta.

"For your information Gadis Nakal, saya ini seusia Mamamu, dan hanya dua tahun lebih muda dari Papamu. Jadi bukan hal yang aneh jika saya ini bersahabat dengan mereka."

"Duuuhh, nggak percaya Mara kalau Om seusia Mama. Sekencengnya Mama perawatan, tapi tetap saja Mama menua, tapi Om ini, rahasia skincarenya apa Om? Atau malah jangan-jangan Om ini keturunan Titan sampai-sampai nggak bisa menua." Samara menggeleng tidak percaya, perempuan yang tergila-gila dengan segala kosmetik dan skincare dari Negeri ginseng yang terkenal akan manfaatnya untuk anti aging dan cantik paripurna ini bahkan mampu membuat seseorang bisa seawet muda pria yang ada di hadapannya.

Ayolah, bahkan sebelumnya Samara mengira setidaknya usia Ares adalah awal 30an, siapa yang menyangka jika dua tahun lagi usia Ares adalah setengah abad.
Astaga, benar-benar Om Gula yang meresahkan. Sepertinya tidak menikah dan memiliki anak adalah rahasia awet muda seorang Ares yang membuat Samara geleng-geleng tidak percaya.

"Hissss soal awet muda tolong ini rahasia pabrik ya. Nggak boleh di bagi-bagi." sama seperti Samara yang sedikit sengklek, ternyata Ares bisa mengimbangi kebobrokan Samara. Terbiasa menghadapi banyak watai orang karena bisnis yang di gelutinya membuat Ares tidak kesulitan mencairkan kecanggungan di antara dirinya dan putri dari Sarah ini, wajar dengan kemampuannya ini Ares sering sekali di juluki bunglon karena kemampuannya menyesuaikan diri dengan lawan bicaranya begitu mudah, "Soal relationship, saya memang nggak menikah tapi bukan berarti saya tidak menjalin hubungan. Saya punya hubungan special yang bikin saya malas untuk menikah. Ada cinta yang begitu besar saya miliki sekarang ini setelah saya pernah patah hati."

Kalimat ambigu penuh misteri dari Ares membuat dahi Samara berkerut, rasa sungkan yang sempat di rasakan Samara terhadap Ares kini lenyap sepenuhnya, layaknya seorang teman yang sudah lama tidak bersua ada banyak tanya yang hendak Samara berikan pada Ares. Sungguh, Samara benar-benar seperti termakan ucapan sendiri yang berkata jika berbincang dengan manusia seusia orangtuanya adalah hal yang membosankan. Ares tidak seperti Orangtua, tapi lebih seperti seorang Kating yang tengah menghadapi kekepoan juniornya.

"Coba bilang yang jelas deh Om relationship macam apa yang tengah Om jalani? Pacaran, kah? Atau jangan-jangan......" Senyum menggoda penuh arti tersirat tersungging di bibir Samara, alis tebal yang berderet bak ulat bulu tersebut bergerak naik turun seiring dengan tangan mungilnya yang bergerak mencolek bahu tegap Ares.

"Jangan-jangan apa? Itu, ngapain alisnya naik turun, awas saja kalau mikir yang aneh-aneh ya! Om normal dan masih doyan perempuan tahu. Hisss anaknya si Sarah sama gesreknya kayak emaknya."

Gerutuan dari Ares terdengar dari bibir seksi pria paruh baya yang masih terlihat muda tersebut yang sukses membuat Samara gemas sendiri. Selama ini Samara nyaris tidak pernah menggubris teman-teman prianya tapi sekarang segala hal yang ada di diri Ares begitu menarik perhatiannya dan membuat Samara melanggar batas yang sudah dia tentukan sendiri.

"Kalau gitu Om sukanya yang kayak gimana? Suka sama yang bedanya 25 tahun lebih muda nggak, Om?"

Katakan Samara sudah gila, karena baru di pertemuan pertama dengan pria yang di panggilnya Om tersebut, degup jantung Samara sudah tidak bisa di kondisikan. Samara bahkan bersyukur Mamanya mengirimnya untuk tinggal di bawah pengawasan Ares karena kini menggoda dan menikmati wajah tampan Ares adalah hal yang akan menyenangkan hari-hari Samara selanjutnya.

ARESSA CPB Series (Romance Adult 18+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora