4. Tidak Berubah

2 1 0
                                    

Nara membalikkan tubuhnya menghadap lawan bicaranya itu.

Entahlah siapa yang salah disini, namun selama ini keduanya diliputi keegoisan diri masing-masing.

Baik Nara maupun Ares hanya bisa saling menatap satu sama lain. 

Air mata Nara sudah siap untuk keluar,  jujur ia rindu Ares yang dulu. Ares yang selalu mengajaknya bercanda, Ares yang dulu sangat melindunginya, Ares yang selalu ada saat ia sedih.

Namun Nara lelah, ia lelah membohongi perasaannya.

Sebelum menyukai Reno, Ares jauh lebih dulu berada di hati Nara. Nara pun berniat menjadi sahabat Ares karena ia ingin dekat dengan Ares. Namun Ares juga sangat mencintai Tiara.

Nara memendam perasaan itu. Karena ia tahu, Ares sangat mencintai Tiara.

Nara tak bisa berbuat apa-apa. Ia masih ingat betapa hancurnya ia ketika Tiara dikabarkan jadian dengan Ares. Untung saja ada Reno selang beberapa waktu kemudian yang bisa menjadi pelarian Nara.

Dan disaat Nara luluh akan Reno, justru ia dikhianati oleh perempuan yang sangat ia benci dan juga sangat dicintai sahabatnya, Tiara.

"Maaf." ucap Ares yang lalu pergi meninggalkan Nara.

*

Sesampainya Ares di rumah, Ares segera membersihkan dirinya sebelum menuju ke tempat tidur.

Ia tak mengerti apa yang ada di isi kepala Nara, ia selalu bungkam. Nara memang orang yang selalu menyembunyikan sesuatu.

"Padahal gue cuma pengen kita sahabatan lagi Ra." gumam Ares.

Ia ingat betul bagaimana Nara sangat senang ketika ia menceritakan kejadian-kejadian yang ia alami. Bagaimana Nara yang sangat sedih ketika Ares juga berada di titik terendahnya.

Ia hanya bisa berharap semoga Nara bisa kembali menjadi seperti sosok Nara yang dulu.

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ares menghela napasnya tak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya di pagi hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ares menghela napasnya tak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya di pagi hari. Namun ia tetap mengiyakan permintaan teman-temannya.

*

Setelah bujuk rayuan pada Ares, ke-empat lelaki itu kini tengah duduk di salah satu warteg yang menjadi destinasi sarapan mereka. Warteg ini menjadi langganan mereka ketika masih sekolah dahulu.

"Emang bebi Ares selalu royal." ucap Gio.

"Geli anjing." umpat Ares.

"Emang ya yang gratis-gratis enak." ucap Nio.

"Btw Gio, lu dapet kado apa aja kemaren." tanya Alan penasaran.

"Banyak si ya. Emang napa? lu mau?"

"Nanya doang njing. Yakali ada yg spesial ato yang aneh gitu." ucap Alan.

"Dari Nio ama lu njir yang aneh. Masa gue dikasih panci. Ya yang seneng nyokap gue lah." ucap Gio kesal.

"Gitu-gitu panci mahal njir. Stainless." pamer Nio yang sangat bangga atas pemberiannya.

"Kita beliin itu biar lu bisa merasakan kenikmatan masakan nyokap lu. Kan seneng juga kalo nyokap lu masak yang enak." bela Alan.

"Ya kalo gitu yang ultah siapa si, gue ato nyokap gue."

"Emangnya Ares ngasih apa?" tanya Nio.

"Walaupun agak-agak juga tapi masih bisa gue terima." ucap Gio.

"Emang apaan?" tanya Alan.

"Gamis." jawab Ares.

"Eh eh itu bukannya temennya Nara ya? si Keisha?" ucap Gio yang atensinya sudah merujuk pada gadis yang baru saja memasuki warteg tersebut.

"Kok lu tau?" tanya Alan.

"Ya gue ketemu dia sama Nara pas gue sama Ares baru abis dari bandara." jawab Gio.

Tak lama karena keributan mereka akhirnya Keisha menyadari terdapat Ares dan Gio disana. Kebetulan tempat duduk mereka tak jauh dari Keisha.

"Kei sendirian aja kesini? Ga sama Nara?" tanya Gio.

"Iya sendirian soalnya Nara lagi sakit. Ini gue baru mau beliin dia makan." ucap Keisha.

"Nara sakit apa?" tanya Alan.

"Anemia. Sampe lemes semua dianya. Udah di infus juga." 

Pernyataan dari Keisha sontak membuat mereka cukup kaget. Pasalnya semalam Nara terlihat baik-baik saja.

"Lah, masuk rs?" tanya Nio.

"Iya. Mana nyokapnya lagi diluar kota."

Bisa dipastikan saat ini Ares sudah khawatir pada sahabatnya itu. Ternyata Nara yang dikenalnya belum berubah. Masih dengan penyakit andalannya, anemia.

"Anjir. Kita ikut lo aja. Sekalian jenguk Nara." ucap Gio.

"Lo ikut juga kan Res?" tanya Alan memastikan.

Ares mengangguk, bagaimanapun ia dan Nara harus segera berkomunikasi kembali.

#####

Jadi aku tuh nulis ini pas aku lagi gabut, aslinya aku sibuk ga ketolong tapi karna libur hari buruh masih ada yaudah deh...

Pas ngepublish ini gatau deh udah tanggal berapa. hehe

oiya aku mau nunjukin cast Alan sama Nio

Alan:

Alan:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Nio:

Nio:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Secret Story of NaraWhere stories live. Discover now