2. Tempat Pulang Sementara

668 103 22
                                    

Terhitung, sudah dua kali Asta datang ke rumah besar ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terhitung, sudah dua kali Asta datang ke rumah besar ini. Rumah yang sepi. Rumah Bumi. Bangunan bergaya era klasik dengan desain interior yang tidak main-main itu, nyatanya tidak merubah kesan horor dan mistis bila datang ke rumah ini seorang diri. Tak terkecuali untuk Asta yang sudah datang dua kali.

"Ganti baju dulu, sebentar lagi makanan nya dateng. Gue naik ke lantai tiga sebentar." kata Bumi, setelah melihat Asta yang duduk di tepi ranjang besarnya. Anak itu hanya mengangguk tanpa banyak bertanya. Yang sebenarnya, Bumi sendiri yakin, Asta sudah paham apa niatnya yang akan pergi ke lantai tiga.

Selepas kepergian Bumi, Asta mengedarkan pandangan nya menatap sekitar. Kamar Bumi cukup besar. Dinding berwarna putih gading, dengan beberapa tempelan poster, yang Asta sendiri tidak tahu siapa sosok yang ada di dalamnya. Lalu, tatapan Asta lagi-lagi jatuh pada sudut kamar Bumi, tepatnya pada sebuah lukisan di sana.

Saat pertama kali bertamu, Asta pernah bertanya tentang siapa sosok yang ada di lukisan tersebut. Dan Bumi dengan jujur menjawab, bahwa lukisan itu adalah kakak nya. Sosok kakak yang telah tiada, dua tahun lalu. Namun, Bumi tidak menyebutkan sebab dan akibat dari kepergian sang kakak pada Asta. Asta sendiri cukup tahu diri untuk tidak lagi bertanya.

"Nih, makan dulu." Bumi datang, membawa banyak plastik berisi makanan yang mungkin saja baru cowok itu ambil dari bawah. Di tangan kiri Bumi, ada sebuah canvas kosong, dengan beberapa alat lukis.

"Makan bareng, dong. Masa aku sendirian yang makan."

"Nggak laper."

"Walau pun nggak laper, ya harus di makan. Ini sayang banget kalau nggak habis."

"Yaudah makanya habisin." Sosok Bumi berjalan ke arah jendela besar kamarnya. Meletakkan canvas tersebut di tempat yang telah disediakan. Sepenuhnya abai pada sosok Asta yang mendengkus kesal.

"Makasih. Tapi nanti kalau makanannya habis sama aku, jangan nangis, ya."

"Hm." Karena Bumi tahu, seorang Asta tidak akan menyia-nyiakan makanan. Kemudian hening, hanya terdengar suara Asta yang tengah mengunyah makanan, dan juga suara goresan.

Terlalu hanyut dengan dunianya, Bumi sampai tidak sadar, jika kini Asta sudah duduk di sebelahnya. Jika saja hidung nya yang tidak sensitif ini mencium aroma tubuh Asta, mungkin Bumi tidak akan pernah sadar akan kehadiran sosok itu yang begitu tiba-tiba.

"Jangan suka bikin kaget."

"Hm?" Kedua mata Asta mengerjap bingung. "Siapa yang bikin kaget? Aku?"

"Ck! Iyalah! Siapa lagi memang?"

"Oh ... kirain ada sosok lain di sini."

"Sembarangan!" Gini-gini juga, Bumi takut pada sosok seperti itu. Mental boleh kuat di medan tawuran, tapi saat dihadapkan pada hal-hal seperti itu, memang siapa tidak takut? Bumi juga masih manusia biasa.

|✔| Surat Terakhir SemestaWhere stories live. Discover now