21

415 61 5
                                    

Aku menatap langit biru sambil duduk di bangku dan mengamati awan. Aku memejamkan mata dan menyadari bahwa aku telah berada di sini selama lebih dari 2 bulan. Hari-hari terasa cepat dan rasanya baru kemarin aku meninggalkan rumah.  Aku terbangun ketika aku mencium sesuatu. Aku bahkan kaget ada hot choco di depanku dan juga Lisa yang sudah tersenyum di sana.

"Choco panas untuk pagi yang dingin."

Aku tersenyum dan mengambil cangkir itu. "Terima kasih." Dia hanya menjawab dengan senyuman sebelum duduk di sebelahku.

"Kenapa kamu bangun pagi hari ini?"
Aku tertawa pelan dan menyesap cangkir sebelum berbicara. "Aku selalu bangun sangat pagi."

"Hari ini adalah akhir pekan, kamu harusnya bangun saat makan siang saja." Katanya. Lalu menyesap cangkirnya dan bergerak sedikit lebih dekat ke arahku sampai lengan kami bersentuhan. Kehalusan, kelembutan, dan kehangatan yang keluar darinya menghilangkan dinginnya pagi.

"Bagaimana bisa ini disebut musim panas jika masih sedingin ini." Katanya setelah beberapa menit hening.

Aku tersenyum karena dia ada benarnya. Ini adalah musim panas tapi masih dingin yang menyapa kita setiap pagi.

"Lisa.."

"Hmm?" Dia bersenandung sambil minum dari cangkir.

"Dua bulan lalu kamu mengatakan sesuatu padaku.."

Aku ingat apa yang dia katakan sebelumnya. Aku pikir itu hanya lelucon tetapi sejak itu aku menyadari
bagaimana perasaanku terhadap seseorang dan seorang gadis . Aku tidak bisa berhenti berpikir bahwa ada kemungkinan apa yang dikatakan Lisa
sebelumnya benar? Tetapi belum jelas bahwa dia akan menyukai seseorang seperti aku.

"Yang tentang.." Aku menelan ludah dan merasa ada sesuatu yang menghalangi tenggorokanku. Aku juga tiba-tiba merasa malu dengan apa yang akan aku tanyakan.

"Rosé? Apa? Jangan malu-malu."

Aku memalingkan wajahku karena itu tidak membantu ketika wajahnya terlalu dekat. Haruskah aku
menanyakan itu?

"Uhm.." Sepertinya aku tidak bisa melakukannya.

"Selamat pagi!"

Aku menghela nafas lega saat diselamatkan oleh seseorang.

Karina dengan penuh semangat mendekati kami berdua dan terjepit di antara Lisa dan aku.

"Apa-apaan ini, duduk tepat di tengah-tengah?"

Karina menjulurkan lidahnya. "Bleh! Rosé itu milikku!" Dia berkata dan memeluk lenganku.

Aku hanya tersenyum ketika melihat Lisa mengernyit. Dia sangat imut.

"Ini masih pagi, dan kamu sudah ingin membuat keributan."

"Rosé, apa aku berisik?" Karina bertanya dengan cemberut. Aku hanya menggelengkan kepala.

"Ah, dia pasti hanya tidak menyukaiku."

"Karena kamu membuatku takut. Kamu terlihat sangat menakutkan."

Aku menahan diri untuk tidak tertawa lagi saat moncong karina semakin panjang.

"Rosé, bukankah kita mirip? Aku tidak jelek! Benarkan?"

"Uhm.. i-ya."

Aku melirik Lisa yang hanya tertawa. Dia sangat suka menggoda Karina.

"Nah! Dengar! Aku tidak jelek karena Rosé dan aku itu mirip." Katanya dengan dahi terangkat.

"Hanya kita yang mirip."

Kami bertiga melihat ke depan dan Winter sudah berdiri tanpa emosi disana.

Versi mudanya.. Jennie.

RoommateWhere stories live. Discover now