24

332 54 8
                                    

"Aaaaaa akhirnya bisa liburan kaya gini lagiiiiii!"

"Kamu benar-benar berisik."

"Let's gooooo!"

Aku hanya menggelengkan kepala karena kekuatan suara Karina benar-benar luarbiasa seperti menelan megafon.

Adapun Winter, sudah kembali normal. Dia kembali menjadi pendiam dan berbicara sedikit. Aku sangat senang karena entah bagaimana beban perasaannya berkurang. Apa yang mereka lalui sangatlah tidak mudah.

"Kenapa Rose? Apa kamu hanya akan berdiri di sana dan tercengang oleh kecantikanku? Ayo masuk!"

Karina berjongkok di jendela van yang terbuka. Dia masih cekikikan sementara Winter di sebelahnya sudah sibuk membaca buku. Dia sangat rajin.

Hari ini kami akan berangkat berlibur ke Villa milik keluarga Jisoo.

"Ah aku melupakan sesuatu di lantai atas."

"Baiklah, bawa apa yang kamu perlukan dan pastikan tidak ada yang tertinggal sebelum kita berangkat" Jisoo tersenyum.

Sopir mereka datang ke sini untuk menjemput kami dan membawa kami ke tempat tujuan.

"Tunggu! Aku akan pergi ke toilet dulu!" terburu-buru karina keluar dari van.

"Eww, jangan berdiri di sampingku." Lisa memberi isyarat dengan menutupi hidungnya.

"Yakkk Ka Lisaa, aku hanya akan
mengurangi air di tubuhku!"

"Meski begitu, kamu masih bau."

Aku menggelengkan kepalaku sebelum kembali ke rumah untuk mengambil tas yang hampir kulupakan.

Ketika aku memasuki kamar, aku segera menemukannya dengan cepat karena itu ada tempat tidur. Aku mengambilnya tetapi juga berhenti ketika aku melihat ponselku di bawahnya yang sekarang berdering.

Aku melihat ke arah pintu sebelum mengambilnya.

Aku ragu untuk menjawab atau tidak.

Panggilan berakhir tetapi segera berdering lagi.

Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab panggilannya.

"Bagus kamu berpikir untuk menjawab!"

"Jika Daddy bersikeras agar aku kembali. Jawabanku adalah tidak."

Aku mendengar tawa lembutnya.

"Kamu benar-benar mewarisi keraskepalaanmu dariku Rose. Berapa lama kamu akan bersembunyi? Kamu tidak bisa bersembunyi dariku selamanya. Cepat atau lambat aku akan menemukanmu."

"Daddy, kumohon. Biarkan aku melakukan apa yang kuinginkan."Aku menggigit bibir bawahku. Aku benar-benar tidak ingin kembali kepada nya.

"Aku melakukan ini untuk masa depanmu jadi ikuti saja apa yang aku inginkan."

"Bukan untukku Daddy, itu untukmu dan perusahaanmu." Aku mengakhiri panggilan dan meletakkan ponselku yang mati di laci.

Aku lelah menjadi anak yang penurut! Aku seperti bonekanya yang selalu mengikuti setiap gerakannya. Bahkan dari  usia 9 tahunpun dia sudah membawaku  berkeliling perusahaan. Dia selalu mengatakan bahwa aku akan mewarisi semua itu jadi aku harus mengetahui seluk beluk dunia bisnis dari kecil. Di usia 14 tahun, dia selalu memperkenalkan aku kepada putra rekan bisnisnya.

Aku tiba-tiba berpikir, orang terakhir yang aku temui adalah Chanyeol yang berjarak enam tahun dariku. Dia adalah anak dari salah satu saham besar di perusahaan Daddy. Aku tidak menyukainya meskipun dia pria yang baik dan kesopanannya terlihat jelas.
Dia terlihat tidak tertarik padaku, mungkin karena perbedaan usia kami. Aku bahkan ingat apa yang dia katakan ketika kami berada di pesta tahun lalu.

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang