2

914 124 37
                                    

Danita.

Ponsel ku terus menerus berdering, ada panggilan yang masuk berturut-turut, namun tidak aku angkat karena aku masih terlalu lelap.

Lagipula, orang waras mana yang menghubungi pagi-pagi buta di akhir pekan seperti ini?

Hingga pada panggilan yang kesekian, akhirnya aku berhasil bangun dan mengecek siapa yang menghubungiku sepagi ini.

Aku melihat layar ponselku dan tersenyum tipis melihat 'Raditya Djayanto' di layar ponsel ku.

"Good morning, Princess."

"Mmh, good morning, Abang."

"Did you just woke up?"

"Mm-hm. Kenapa?"

"Aku otw tempat kamu ya, bawa bubur untuk kamu dan Aluna, kalian belum ada yang sarapan kan?"

"Hehe. Udah dimana, Sayang?"

"Di Pondok Indah. Kamu ga usah bangun, nanti aku minta Pak Adi untuk bukain dan kasih akses untuk ke atas aja."

"Mmkay, kalau begitu aku hubungin Pak Adi ya?"

Setelah panggilan tersebut terputus, aku beranjak untuk duduk di tepi kasur berukuran Queen Size Bed — yang sebenarnya, terlalu besar untuk aku tiduri sendiri, dan karenanya, Aluna sering tidur di kamar ku di akhir pekan, apabila kami menghabiskan malam sebelumnya untuk movie marathon sambil ditemani delivery ayam atau burger dari Mcdonald, apabila Radit sedang tidak menginap di sini.

Aku meminum air putih yang selalu ada di side table kamarku, sembari aku menghubungi Pak Adi melalui WhatsApp, agar ia mengantarkan Radit ke unit ku nanti, meskipun sebenarnya, Radit sendiri sudah kenal cukup dekat dengan satpam apartemen ku itu.

Kalau ditanya apa yang ku syukuri dari hidup ku adalah, aku memiliki privilege tidak menjadi generasi sandwich, dan tidak memiliki kewajiban untuk mengirim uang bulanan kepada orangtua ku, atau sekedar membayar kebutuhan listrik dan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, gaji ku pun utuh, dan aku bisa berinvestasi di bidang lain.

Bahkan sebenarnya, sebagian dari apartemen ku didapatkan dari uang yang diberikan oleh nenek ku, dan aku tinggal menyicil setengahnya saja.

"Naaaa! Udah bangun belum?" Teriakku, dari dalam kamar.

"Apaaaaa?" Aluna menjawab dengan suaranya yang sudah serak, dikarenakan semalaman ia bernyanyi seperti sapi gila, meluapkan semua penatnya karena bertengkar dengan Adam beberapa hari yang lalu.

"Cowo gue otw kesini, bawain sarapan!"

"Okay."

Tak lama berselang, Aluna keluar dari kamarnya hanya menggunakan kaus oversize dari brand sejuta umat aka Uniqlo, yang sengaja ia beli memang untuk tidur dan short pants yang tertutup kaos oversize-nya yang sebesar karung beras 100 kg itu.

"PAKAI BAJU YANG BENAR NYET KALAU KELUAR KAMAR!"

"IYA!"

"WASH YOUR MOUTH TOO! SAMA MANDI DULU! YOU SMELL LIKE A BOTTLE OF LIQUOR!"

"YA KAN BIAR GA MUBAZIR NYET UDAH PARTY MASA MINUM ORANGE JUICE ATAU ES TEH DOANG KAYA LO!"

"THATS A FUCKING LONG ISLAND, ALUNA!!"

Aluna terkekeh mendengar omelan ku, yang sudah cukup lelah dengan segudang jawaban asalnya.

"DARIPADA LO CUMA MINUM PINOT NOIR!"

"Knock some sense into your head dulu deh, pusing gue bicara sama orang half sober!"

"Marah-marah mulu lo masih pagi, santai dulu gak, sih?" Aluna tertawa dengan santai, sembari mengganti celananya dengan kondisi pintu kamarnya yang masih terbuka lebar.

LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang