7

722 90 14
                                    

TW : this part are mention about suicide thought and homophobic

•••••

Danita.

Kafi Harris:
Danita
Weekend ini ada acara gak?

Kamilla Danita:
Hmm
Ngga sih
Kenapa, fi?

Kafi Harris:
Temenin gue belanja bulanan
Mau ga?

Kamilla Danita:
Ok

Kafi Harris:
Sekalian nanti masakin gue ya
Di apart
Kangen masakan lo nih

Kamilla Danita:
Yeee
Yaudah, ok deh

Kafi Harris:
Ok, gue jemput jam 10 ya ke rumah

Kamilla Danita:
Eh, gue udah ga tinggal di rumah, Fi

Kafi Harris:
Pindah rumah?

Kamilla Danita:
Ngga, di apart berdua sama temen gue

Kafi Harris:
Apartemen mana?
Share loct aja

Kamilla Danita:
Okkk

Pukul sepuluh pagi, Kafi menjemput ku sesuai dengan janjinya, dan sekarang, aku berada di dalam Audi Q3-nya, menuju Grand Lucky SCBD di akhir pekan yang tentunya akan sangat padat dengan pengunjung.

"Seat belt, D."

"Wait." Aku berujar sembari menggunakan sabuk pengaman, sambil Kafi memanaskan mobilnya lagi.

Tadi, Kafi memang sempat turun dari mobil, berniat untuk menjemput ku ke unit apartemen ku, namun karena keadaan unit kami yang sangat berantakan setelah aku dan Aluna bereksperimen memasak banana pancake untuk sarapan kami pagi ini, dan kami terlalu malas beres-beres karena masih kenyang bego, maka Aluna menyarankan agar Kafi menunggu di lobby apartemen kami saja.

Sebenarnya, ini bukan hal yang baru dari Kafi. He's such a gentleman, and its a fact. Ketika masih kuliah dulu, setiap kali aku dan Kafi pergi keluar, entah saat kami di Malang, ataupun di Jakarta, Kafi akan selalu menjemput ku, karena baginya, haram bila ia keluar dengan temannya dan ia yang mengajak, terutama perempuan, lalu ia tidak menjemputnya. Bila di Jakarta, Kafi akan masuk ke rumah, dan izin mengajak ku pergi kepada Mama ataupun Papa ku, yang akhirnya masih membuat Mama ku membanding-bandingkan Kafi dengan setiap pria yang dekat dengan ku hingga kini.

Itu juga alasan aku masih merahasiakan hubungan ku dengan Bang Radit, dari Mama ku.

"Wa?"

Aku menengok, melihat pria yang memarkirkan BMW X1 di sebrang kami yang baru saja Kafi sapa, dan membeku, menyadari siapa teman Kafi itu.

"Lah, Fi? Sendirian?"

"Ngga, sama teman gue." Kafi menarik pinggang ku mendekat dengannya, dan mengenalkan ku pada temannya itu "Kenalin Wa, Danita. Sahabat gue pas kuliah."

Aku mengulurkan tangan, dan tersenyum formal "Danita."

"Sadewa."

"Udah lama kenal Kafi?"

"Udah tiga tahun, kayanya? Kenal pas kebetulan sama-sama di Kalimantan, saya lagi ngerjain proyek pembangunan PLTA dan Kafi lagi volunteer disana."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LoversWhere stories live. Discover now