Badminton

10 3 0
                                    

Kringggg.....

Suara alarm di ponselku berdering nyaring menelusup telingaku, sengaja aku setel nada dering alarm yang paling brutal agar dapat membangunkan aku yang memiliki tipe tidur seperti mati suri.

Dengan mata yang masih tertutup sempurna dan kepala yang masih terasa berat, aku paksakan untuk bangkit dan duduk agar dapat mengusir jauh-jauh rasa kantukku.

Sudah aku tanamkan pada diriku sekarang kalau aku harus jadi wanita yang mandiri, disiplin dan tidak kekanak-kanakan. Aku harus berubah, bukan Nabila yang dulu lagi.

Setelah merasa semua nyawaku sudah terkumpul, aku langsung melesat ke kamar mandi untuk menyiram tubuhku dengan air agar semua rasa kantukku hilang dibawa hanyut oleh air.

***

Setelah selesai mandi, aku langsung bersiap-siap dan tak lupa mengambil tasku yang tergeletak di atas meja belajar.

Soal jadwal pelajaran?, tenang, sudah aku siapkan dari malam. Jangan terkejut dengan perubahan itu, aku juga sudah selesai mengerjakan PR dari ma'am Eka.

"Selesai" Ucapku saat menyelesaikan simpul terakhir dari ikatan tali sepatuku.

"Wihhh, keren juga gue kalo pagi-pagi dah rapi gini, gada kata panik juga" Aku memuji pantulan diriku di cermin sambil tersenyum lebar.

"Bangun dek, udah jam berap...." Kalimat mama tiba-tiba tertinggal di tenggorokannya saat melihat aku yang sudah rapi.

Sepertinya wanita paruh baya itu berniat ingin membangunkan aku dengan ocehan ceramahnya yang panjang seperti biasa, namun hal itu tampaknya tidak kesampaian sekarang.

"Tumben banget kamu sudah rapi dek?, biasanya jam segini masih molor, sampai-sampai harus mama teriakin dulu baru bangun"

"Ishhh, mama gitu banget. Emangnya gak boleh gitu Nabila jadi lebih disiplin?"

"Gak gitu sayang, mama cuma kaget aja sama perubahan kamu. Tapi ini bagus, jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya"

"Nah, sekarang kamu langsung ke meja makan aja ya, bik Iyem sudah buatin sarapan. Nanti mama nyusul"

"Siap mamaaa"

Setelah mengucapkan dua kata siangkat itu, aku langsung melesat menuruni anak tangga untuk menyantap masakan yang sudah bik Iyem buat untuk sarapanku.

***

"Sekarang saya akan membagi pasangan untuk pengambilan nilai praktik badminton"

"Dan setiap orang harus dapat mengoper kok minimal sebanyak tiga puluh kali"

Papar sir Doni selaku guru PJOK sembari memegang absensi kelas berniat utnuk segera membagi pasangan pengambilan nilai praktik badminton.

"Nabil dan Nabila" Kedua nama itu, dua nama seiras. Mungkin karna faktor absen kami yang berdekatan.

"Saya beri kalian waktu tiga puluh menit untuk latihan terlebih dahulu sebelum kita mengambil nilai"

"Sekarang silahkan untuk latihan terlebih dahulu dengan pasangan kalian masing-masing" Ucap sir Doni memberi arahan kepada kami.

"Wihhh,ketemu lagi nih gue sama si nolep" Ucapku saat menghampiri Nabil yang duduk di bawah ring basket.

"Nolep nolep gini lo masih butuh sama gue" Sahut Nabil datar.

"Lo bacot mulu dah, lo bisa maen badminton kagak?" Tanyaku.

"Bisa lah, lo lupa apa kalo kita dulu pas jaman SD sering maen badminton di halaman rumah gue" Nabil mengingatkan aku akan kisah kami sewaktu kecil dahulu.

Nabil & NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang