PART 3

10 0 0
                                    

"Aku tidak paham keputusan yang diambil Ani-sama," ucap Tomokazu sembari mengikuti Kenjiro.

Kenjiro hanya diam dan mencengkeram katana milik Akira.

"Kenjiro nii-sama, bolehkah aku menggunakan katana milik Akira Nii-sama?"

"Aku tidak peduli lagi. Ambil saja katana ini," Kenjiro mendorong katana Akira pada Tomokazu.

"Terima kasih, nii-sama. Aku akan mulai berlatih menggunakan katana ini," Tomokazu berlari membawa katana Akira dengan senang menuju kamarnya.

Sementara itu,
"Apa? Akira menikahi miko dari kuil?" Sanada Hojo berdiri dari duduknya.
Kanako yang sedang duduk di hadapan ayahnya menunduk sedih mendengar berita tersebut, cawan yang ia pegang untuk ayahnya terjatuh di tatami di bawahnya. Cairan berwarna keruh membasahi kimononya.

Perlahan ia berdiri menuju kamarnya. Langkah dan nafasnya sangat berat. Air mata tak mampu ia teteskan. Pikirannya masih belum dapat menerima berita itu. Di hari yang sama pertunangannya diumumkan, di hari itu juga tunangannya menikahi wanita lain.

'Apakah aku lebih buruk dari seorang miko? Apakah aku tidak pantas untuknya? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Keluargaku akan malu.' pikiran itu terus terbayang dan menghantui Kanako. Ia duduk di ruangannya yang gelap. Tak ia hidupkan lentera yang biasa menerangi kamarnya.
Ia menatap wajahnya di cermin yang terkena semburat sinar rembulan yang menerobos dari sela-sela shoji.
Air mata menetes dari kedua mata hitamnya yang indah bagaikan malam. Perlahan ia melepas tusukan rambut perak miliknya. Rambutnya menutupi sebagian wajahnya 

Perlahan, ia menggesekkan ujung tusukan rambutnya di pergelangan tangannya. Rasa sakit di pergelangan tangannya sedikit mengurangi rasa sakit hatinya. Ia goreskan lagi tusukan rambut itu di tangannya. Wanita itu pun berbaring di kamarnya dengan air mata menetes dari matanya. Dan darah turun dengan deras dari pergelangan tangannya. Bibirnya yang merah berubah pucat. Matanya akhirnya kehilangan pancaran sinarnya. Kukunya mulai memutih diikuti dengan kucuran darah yang mengalir dan rasa sakit hatinya yang tidak lagi ia rasakan.

Keesokan harinya, kakak dari Kanako, Nizaemon Hojo membuka shoji dari pintu adiknya, "Kanako... aku tahu kau sedih, tapi hari ini-"
Kata-katanya berhenti saat ia melihat genangan cairan berwarna merah tua yang mengenai tabi miliknya. Di hadapannya, ia melihat adik perempuan satu-satunya terbaring dengan pergelangan tangan kiri dipenuhi goresan merah sementara tangan kanannya menggenggam kanzashi.
Nizaemon hanya mengingat satu orang "Ishida... Akira Ishida.. aku berjanji akan menghancurkanmu," bisik Nizaemon dalam hatinya.

Musubi (A prequel to Ishida Monogatari)Where stories live. Discover now