Part 10

3 0 0
                                    

Sesampainya Naori dan Kenjiro di kepolisian, Naori hanya berdiri di pintu gerbang sementara Kenjiro memasuki kepolisian. Setelah menunggu beberapa saat, Naori melihat Kenjiro keluar dari kepolisian sementara hari sudah gelap.
"Ba..bagaimana?" tanya Naori dengan wajah cemas.

"Ani-sama akan dibebaskan sebentar lagi. Sekarang waktunya kau tepati janjimu."

Naori tersenyum lega dan mengangguk. Ia membungkukkan badannya di hadapan Kenjiro.
"Terima kasih banyak, Kenjiro-sama."
Ia lalu bergegas menuju kediamannya. Hatinya berat saat memasukkan pakaiannya ke dalam kain dan mengikatnya.

"Nee-san... nee-san mau ke mana?"
Tanya Yuuichi pada Naori.

"Aku.. aku harus meninggalkan Akira-san.. aku sudah berjanji pada Kenjiro-sama."

Yuuichi melihat Naori dengan wajah tidak percaya.
"Aku..aku.. aku akan ikut ke mana Nee-san pergi."
Yuuichi mengingat janjinya pada Akira untuk menjaga istri dan anaknya.

"Lebih baik kau bersama Akira-san, Yuuichi. Lagipula.. aku tidak tahu harus ke mana."
Naori tersenyum pada Yuuichi dan mengusap rambutnya lembut.
"Belajarlah menjadi seorang samurai kepada Akira-san. Aku yakin kau akan menjadi seorang samurai hebat."

"Tapi.. tapi.. aku.. aku berjanji untuk menjaga Nee-san dan Kouki."

Naori tersenyum dan mengangguk.
"Kau sudah menjaga kami dengan baik. Kumohon hanya kau satu-satunya yang aku percaya untuk bersama Akira-san."

Yuuichi menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya yang mulai menetes.

"Menangislah... seorang lelaki yang kuat, bukanlah lelaki yang tidak pernah menunjukkan perasaannya. Tetapi, adalah lelaki yang tetap dapat menjaga ketenangannya dan berpikir dengan baik di segala keadaan. Samurai yang hebat adalah samurai yang menepati janjinya. Berjanjilah padaku kau akan belajar dengan baik pada Akira-san. Dia adalah samurai terbaik yang pernah aku temui."

Yuuichi mengangguk dan memeluk Naori. Ia pun menangis saat memeluk Naori.

"Aku akan pergi sekarang, Yuuichi."
Naori lalu menggendong Kouki dan melihat rumah mereka untuk terakhir kali. Ia tersenyum sedih mengingat semua kenangan yang ia lakukan bersama Akira. Perlahan Naori beranjak pergi dari rumahnya tanpa melihat kembali.

Paginya, Akira kembali ke rumahnya yang ia tempati bersama keluarga kecilnya.
"Aku pulang..."
Ucapnya pelan. Ia menanti jawaban dari istrinya.
"Aku pulang.. Naori..."
Panggilnya lagi. Perasaannya mulai menyadari, tapi ia menolak untuk menerima pikiran tersebut.
"Naori...."
Panggilnya lagi sembari memasuki rumahnya. Dingin.. hal yang ia rasakan pertama kali. Kesendirian, sedih, marah, kecewa. Semua perasaan tersebut memasuki hatinya.
Ia menundukkan kepalanya dan mengingat bahwa Kenjiro telah memberikan kesaksian yang membuktikan bahwa ia tidak mungkin membunuh kedua rounin tersebut. Bergegas ia keluar dari rumahnya, namun langkahnya terhenti saat bertemu Yuuichi di halaman.

"Yuuichi... Naori.. di mana Naori?"
tanya Akira dengan wajah cemas.

"Nee-san... nee-san pergi bersama Kouki."

"Ke mana? Ke mana dia pergi?"

Yuuichi menggelengkan kepalanya dan menunduk.

Akira lalu berlari menuju perbatasan, ia bertanya kepada beberapa orang namun tidak ada yang melihat Naori. Akira kemudian berlari menuju kuil berharap Naori akan kembali ke kuil. Rasa lelah mendaki ratusan anak tangga tak lagi ia rasakan saat jantungnya berdetak makin cepat mengingat setiap detik yang ia lewatkan, maka Naori akan pergi semakin jauh.
Di kuil, ia mencari Naori dan menanyakan tentangnya, namun tidak ada yang melihat Naori ataupun mengetahui keberadaannya. Akira lalu turun dari gunung Inari. Wajahnya terlihat kesedihan. Ia pun berjalan menuju kediaman Ishida. Di sana, Kenjiro telah menunggu di gerbang utama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Musubi (A prequel to Ishida Monogatari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang