Part 9

3 0 0
                                    

Naori menatap kepergian suaminya. Air matanya tidak mampu ia hentikan dan terus jatuh ke pipi. Ia pun berusaha menguatkan dirinya dan memikirkan cara untuk menyelamatkan Akira. Orang-orang yang pada awalnya berada di sekitar kediamannya, mulai menghilang. Ia kemudian menatap Nakamura.
"Yuuichi, tolong jaga Kouki. Aku harus mengurus sesuatu."

Nakamura hanya mengangguk dengan wajah penuh kekecewaan dan amarah. Ia merasa kecewa pada dirinya yang tidak mampu berbuat apa-apa.

Naori kemudian berlari menuju kediaman Ishida. Ia terengah-engah saat sampai di gerbang kediaman Ishida. Dengan langkah perlahan ia berdiri di pintu masuk.
"Ishida-sama.." panggilnya dengan suara tercekat. Sementara hujan mulai turun.
Setelah beberapa saat, pintu terbuka menunjukkan seorang samurai muda.

"Tuan.. saya Naori. Saya ingin bertemu dengan Kenjirou-sama."
Naori menatap samurai muda itu dengan wajah lelah dan hampir putus asa.

"Apa keperluan anda, nona?"

"Saya.. izinkan saya bertemu dengan Kenjirou-sama. Suami saya.. hanya Kenjirou-sama yang mampu menyelamatkan suami saya. Saya mohon."

"Baiklah... saya akan menyampaikan kepada beliau."
Samurai muda itu menutup kembali pintu utama dan Naori menunggu sembari menahan dingin.
Naori tetap menunggu walaupun beberapa jam berlalu. Langit mulai gelap dan hujan semakin deras. Naori berusaha menghindari tetesan air dan menyandarkan tubuhnya di dinding pintu utama. Tubuhnya mulai menggigil kedinginan terkena terpaan air hujan yang tetap saja mengenai tubuh dan membasahi kimononya.
Naori tetap berada di pintu utama dan tidak beranjak walaupun ia telah menunggu selama beberapa jam hingga hujan reda. Samurai muda yang tadi menyambutnya tak kuasa menahan rasa belas kasihan pada wanita ini. Ia membuka pintu kediaman.

Naori menatap samurai muda itu dengan penuh harap setelah menunggu lama.

"Naori-san, lebih baik anda pulang. Saya seharusnya tidak diperbolehkan untuk bertemu anda lagi. Tapi, pulanglah. Kenjiro-sama tidak akan bertemu dengan anda. Saya mohon pulang saja."

"Tidak. Saya akan tetap menunggu Kenjiro-sama. Saya mohon. Izinkan saya bertemu dengan beliau. Ini tentang suami saya."

"Saya sudah menyampaikan itu, Naori-san. Lebih baik anda pulang. Hari sudah sangat malam. Pulanglah sekarang."
Samurai muda itu menutup pintu kembali dengan rasa cemas Kenjiro mengetahui apa yang dilakukannya.

Naori mencoba menahan samurai muda itu menutup pintu. Wajahnya berubah menjadi semakin cemas. Ia mencemaskan suami dan anaknya yang telah ia tinggalkan selama beberapa jam. Tapi ia tahu hanya Kenjiro yang bisa menyelamatkan suaminya.

Setelah menunggu beberapa lama, Tomokazu masuk menuju pintu utama.
"Nee-san!"

"Tomokazu.. tolong.. tolong sampaikan pada Kenjiro-sama. Aku mohon."

Tomokazu menatap Naori dan menyadari kecemasan di wajah Naori. Ia lalu mengangguk dan membuka pintu untuk Naori.

Naori menggelengkan kepalanya dan tetap menunggu di luar pintu dengan kimono yang telah basah oleh hujan. Ia menyadari bahwa ia tidak diterima oleh keluarga suaminya dan ia tidak akan mampu untuk menginjakkan kakinya di kediaman Ishida.

Tomokazu mengangguk dan berlari masuk memanggil Kenjiro. Setelah beberapa saat, Kenjiro keluar bersama Tomokazu.

Kenjiro menatap Naori dengan wajah penuh kebencian.
"Kau.. kau hanya bisa merepotkanku."

Naori menundukkan kepalanya dan membungkukkan tubuhnya.
"Kumohon.. selamatkan suamiku."

"Untuk apa? Tidak ada untungnya bagi keluarga kami."

"Anii-sama.... dengarkan dahulu permintaan Nee- maksudku Naori-san."

"Akira-san telah ditangkap polisi karena dituduh membunuh dua orang rounin. Kejadian itu terjadi kemarin malam. Saya tahu Akira-san sedang bersama anda saat itu. Saya mohon berikan kesaksian anda pada polisi agar Akira-san dapat bebas."
Mohon Naori dengan suara tercekat.

Kenjirou terlihat terkejut dengan apa yang terjadi. Dia memang mengetahui mengenai berita terbunuhnya dua orang rounin. Tetapi ia tidak tahu jika Akira dituduh telah membunuh rounin tersebut. Ia pun menghela nafas.
"Aku bisa menyelamatkannya."

Tomokazu dan Naori tersenyum lega mendengar jawab Kenjirou.

"Tapi dengan syarat kau dan anakmu harus meninggalkannya."
Tambah Kenjirou.

Naori dan Tomokazu terkejut mendengar jawaban Kenjirou.

"Anii-sama.. kau tidak mungkin."

Kenjirou hanya melihat Naori dan menunggu jawaban Naori.

Naori menundukkan kepalanya dan mengingat apa yang telah Akira korbankan demi dirinya. Ia telah mengorbankan keluarga, status dan gelarnya hanya demi dirinya. Naori menutup matanya dan mengingat kebersamaan mereka. Naori mengangguk perlahan.
"Saya berjanji akan meninggalkannya setelah anda memberikan kesaksian anda pada kepolisian."

Kenjirou tersenyum
"Baiklah.. aku akan memberikan kesaksianku sekarang juga."

Tomokazu hanya memandang Naori dan Kenjirou dengan wajah tidak percaya. Ia tidak memahami apa yang telah dilakukan orang-orang dewasa ini.

Naori berjalan mengikuti langkah Kenjirou menuju kepolisian. Tiap langkah yang ia ambil membawanya semakin jauh dari Akira. Tetapi ia tahu, ini akan menyelamatkan Akira. Tidak apa baginya tidak bersama Akira yang sangat ia cintai sepanjang Akira mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Akira telah memberikan kebahagiaan padanya. Seorang anak yang sangat ia cintai. Air matanya menetes di setiap langkah. Langkahnya terasa sangat berat memikirkan kehidupan yang harus ia lalui.

Musubi (A prequel to Ishida Monogatari)Where stories live. Discover now