23. Matahari yang Terbakar

505 79 3
                                    

Setelah berkeliling sebentar, rombongan yang dipimpin oleh Lan Qiren akhirnya memasuki aula utama yang tidak terlalu terkena dampak kebakaran kemarin. Jiang Cheng masih patuh dan tidak banyak berbicara, walau ekspresinya semakin buruk.

Jiang Cheng sudah bersiap duduk di kursi tamu saat Lan Qiren memberinya jalan untuk duduk di kursi utama, gerakan pemuda dengan wajah jelek itu terhenti seketika. Lan Qiren tidak bicara sama sekali, hanya berdehem dan duduk di kursi lain. Itu adalah Lan XiChen yang meraih lengannya dan menggeser Jiang Cheng untuk berdiri di depan kursi utama.

Menundukkan kepalanya, Jiang Cheng mengernyit dalam. Bukannya tidak suka dengan perlakuan ini, hanya saja...kenangan buruk akan tempat ini menghantuinya. Ketika sosok besar dan mengintimidasi Wen Ruohan menendang tubuhnya, meremukkan tulangnya, merenggut Zidian darinya...

Bayangan itu tak akan pernah bisa pergi. Tidak untuk kehidupan ini. Untunglah panggilan dari Lan Qiren menyadarkannya, "Jiang Gongzi, apa kamu baik-baik saja?" Mengerjapkan mata, Jiang Cheng buru-buru mengaggukan kepalanya dan duduk. Ia sedikit tercekat saat pantatnya bersentuhan dengan kursi yang lembut, tetapi segera setelahnya ia memfokuskan diri dan melupakan traumanya ke belakang.

Dalam diam Lan XiChen menganggukkan kepalanya, itu baik jika Jiang Cheng mulai memiliki sikap tegas. Lantas ia menatap Lan Qiren, mengisyaratkan untuk memulai diskusi.

Lan Qiren, "Aku sudah mendengar soal serangan di markas utama, perilaku sembrono seperti ini...seperti bukan dari Wen Ruohan yang biasanya. Seperti yang kita semua tahu, kultivasi iblis memiliki celah yang besar untuk mendapatkan serangan balik, bisa jadi Wen Ruohan saat ini sedang berada dalam titik kritisnya."

"Benar, aku juga sudah mendiskusikan hal ini dengan Nie Zongzhu. Sebelumnya, Nie Zongzhu berkata akan mengambil alih kota dalam dua hari karena melihat kesempatan ini. Terlebih musim dingin akan segera tiba, jika kita bisa menempatkan pasukan sebelum musim dingin mencapai puncaknya semuanya akan lebih baik." Balas Jiang Cheng, suaranya mengandung keraguan, namun hal itu hampir tak bisa dirasakan, kecuali untuk Lan XiChen.

Ia duduk tenang dengan kedua tangan di atas lututnya, menatap sosok cantik dan agak kekanakan Jiang Cheng. Profil samping kucing kecil itu sangat menggemaskan, hanya saja dia masih terlalu kurus. Menghela napas dalam hati, Lan XiChen ikut menimpali, "Shufu, selain beberapa kultivator yang terluka, markas besar juga menderita kerusakan di beberapa bangunan. Namun, semuanya akan membaik dalam tiga atau empat hari. Jin Gongzi juga sudah setuju untuk mengurus Dermaga Teratai karena situasi di pos nya stabil."

Tatapan mata Lan Qiren tertuju pada lantai yang terbuat dari ubin berkualitas tinggi, ia sejenak terdiam, mungkin memikirkan banyak hal di mana itu membuat wajahnya tampak jauh lebih tua dari usianya sendiri. Tidak ada yang tahu apa yang pak tua itu pikirkan sekarang.

Tidak ada teh di meja, semuanya terburu-buru datang untuk mengatasi kekacauan, jadi tidak ada pelayanan baik sekarang. Namun, Jiang Cheng melirik sosok Lan XiChen yang ikut menundukkan pandangannya dan diam. Sungguh...ia agak asing dengan semua ini. Di masa lalu, jika sedang mendiskusikan suatu masalah, ruang pertemuan akan dipenuhi perdebatan antara kedua orang tuanya....yah, walau sebagian besar didominasi oleh Nyonya Yu. Jadi, keheniangan ini merupakan hal baru baginya.

Akan tetapi, Jiang Cheng tahu ia tidak akan bisa memberikan solusi yang lebih baik bahkan jika ia membuka mulutnya, jadi ia tetap diam sampai suara pria datang dari luar aula. "Zewu-Jun! Tuan Lan! Ada kabar baik!"

Pintu aula pertemuan terbuka lebar dan seseorang dengan jubah kultivator kuning berlari masuk, ditangannya terdapat gulungan perkamen sederhana. Jiang Cheng sontak berdiri dan melangkah maju, ia mengulurkan tangan dan menerima gulungan perkamen tersebut. "Jelaskan, apa yang terjadi?" Ujarnya datar.

Eternal Darkness : XiChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang