Thief 2

383 33 0
                                    



Waktu sudah menunjukan pukul enam pagi. Matahari sudah menampakan dirinya menyinarkan sinar melalui celah-celah kain jendela yang sedikit terbuka pada kamar dengan nuansa putih abu-abu tersebut.

Suasana tenang pagi itu akhirnya berakhir dengan salah satu pergerakan dari seseorang yang perlahan-lahan membuka matanya dari tidur. Pikirannya masih memproses apa yang sebenarnya terjadi dan dimana tubuhnya berada. Rasa empuk dari kasur dan hangatnya selimut ditambah aroma ruangan yang menenangkan membuatnya merasa nyaman. Manik mata coklat itu mengeksplorasi ruangan yang cukup luas itu dan sontak dirinya tersadar apa yang dia alami semalam.

Hansol berusaha untuk mengangkat kepalanya namun rasa perih pada perut kirinya membuatnya kembali tertidur dan meringis.


"Sssh sakit sekali.. "


Tiba-tiba Hansol tersadar kembali saat dirinya menoleh ke sebelah ranjang terdapat tubuh seseorang yang masih tertidur dalam posisi terduduk di sebelah kasur sambil menyandarkan kepalanya pada benda empuk itu. Hansol melihat wajah itu dan teringat bahwa laki-laki ini lah yang dia lihat saat masuk ke ruangan ini. Laki-laki inilah yang semalam menatapnya dengan tatapan takut dan laki-laki inilah yang dengan sadar menyelamatkannya dan mengobati lukanya serta membalut lukanya. Ternyata kamar ini adalah kamar miliknya itulah yang dibatinkan Hansol.

Matanya masih melihat wajah Chan yang masih terlelap dengan posisi itu.. Laki-laki itu terlihat sangat nyaman tertidur. Menatap Chan beberapa lama sampai tak dia sendiri tak sadar untuk memalingkan pandangannya. Namun pandangannya harus terputus saat bunyi handphone nya berbunyi. Dengan cepat dia mengambil handphone tersebut di kantung celananya.. Melihat nama yang tertera pada layar handphone nya seketika membuat matanya terbelalak.


Mati sudah..



Sudah berapa lama Hansol tertidur akibat cederanya sampai dia lupa akan misinya yang harus dia tuntaskan. Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia menekan tombol hijau itu dan membawa handphone nya pada telinganya.

"Bos... "

"Kau terlambat Hansol."

"Maafkan saya.. Semalam terjadi sesuatu.. "

"Kita kehilangan kepercayaan klien kita.. Aku menunggu mu di ruangan ku."



Tuuuttt....


Nanar dia menatap handphone yang sudah ditutup secara sepihak oleh bosnya. Dia sudah tau apa yang akan dia alami nanti.. Dia hanya bisa menghela napas pasrah..

"Ugh.. Eoh kau sudah bangun?" Lamunan Hansol kembali tersadar dan kepalanya reflek menoleh pada sumber suara. Ternyata Chan sudah bangun dari tadi saat Hansol sedang mengangkat telpon.
Hansol hanya terdiam saja tak tau harus bereaksi apa saat melihat wajah Chan.

"Apa masih sakit?" Tangan Chan terulur untuk memegang kening Hansol namun dengan cepat Hansol menghindar menjauhi kepalanya. Melihat hal itu, Chan hanya menghela napas lalu kembali menempelkan tangannya pada kening Hansol.


"Syukurlah demam mu sudah turun. Semalam kau panas sekali.. Oh ya.. Kau sudah bangun dari tadi kan? Akan ku bawakan sarapan untuk mu. Kau tunggu di sini. "



"Aniyo.. Aku tak bisa berlama-lama. Aku harus pergi sekarang." Jawab Hansol saat Chan akan bangun dari posisi duduknya.
Tanpa menunggu jawaban Chan, Hansol langsung bangun dari tidurnya walaupun dia harus meringis kesakitan karena luka yang masih belum pulih.

"Kau istirahat lah di sini untuk sementara. Luka mu masih belum sembuh."


"Tak bisa.. Aku tak boleh ada di sini."


JUST MY BUDDY? REALLY?  [VerChan]Onde histórias criam vida. Descubra agora