Thief 5

397 28 2
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu.. Waktu terus berjalan maju tanpa memberi kompromi.

Sudah lama sejak saat itu Hansol tak menunjukan batang hidungnya sedikit pun pada Chan. Dia memegang perkataan Hansol setelah terakhir pertemuan mereka waktu itu. Setiap malam saat kerja sambilan dia selalu menunggu kedatangan Hansol di depan minimarket, menunggu apakah dia akan kembali memanjat ke kamarnya tapi yang dia temukan adalah nihil. Chan tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu, menunggu dan menunggu.

Apakah Hansol mengingkari perkataannya? Apa Chan benar-benar di tinggalkan begitu saja? Tak mungkin kan?

Chan masih berharap penuh bahwa Hansol akan kembali padanya, dia masih sangat mengharapkan kedatangan pria yang sudah mencuri hatinya tersebut, mencuri perasaan nya, perhatian dan semua yang Chan punya.
.

.

.

Waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi dini hari saatnya untuk Chan pulang ke rumah.
Langkah kaki Chan terdengar cukup keras karena suasana yang cukup sepi di sepanjang jalan. Sudah hal biasa baginya berjalan sendirian semenjak nekat mengambil pekerjaan di luar sepengetahuan ayahnya. Orang mabuk, preman atau sejenisnya tak membuat pria manis ini takut. Ayolah... Dia juga termasuk lelaki mandiri dan kuat yang di balut rupa manis saja.

Bugh..

bahunya menabrak seseorang saat memasuki beloka jalan dan membuat tubuh mereka berdua sedikit terhempas. Apa yang Chan pikirkan hanya seorang pemabuk yang berjalan seperti zombie tak tentu arah.

"Auh.. Hati-hati tuan ka... Hansol?" Mata Chan seketika melebar ketika dia akhirnya bisa bertemu oleh seseorang yang dia tunggu selama ini. Pria yang berdiri terdiam dengan hoodie yang terpasang di kepalanya menenteng sebuah tas yang pastinya dia tau kalau itu adalah tas berisi hasil curiannya.

Terlepas dari itu sekarang Chan benar-benar kaget.. Bukan kaget karena ketakutan. Dia kaget tak menyangka akhirnya bisa bertemu Hansol setelah laki-laki itu menghilang selama ini. Masih tanya apa yang dirasakan Chan saat ini?

Tentu saja... Dalam lubuk hati pria manis itu ingin sekali memeluk Hansol. Betapa Chan sangat merindukan sosok yang selama ini menjadi bayang-bayang pikiran Chan setiap hari.

"Chan... "

Tak bisa menahan lagi perasaannya, akhirnya sebuah pelukan berhasil Hansol dapatkan dari Chan.
Pelukan yang sangat erat melingkar sempurna pada lehernya. Chan sekarang bisa menghirup aroma Hansol yang dia rindukan selama ini.

"Kau kemana saja? Aku.. Aku menunggu mu selama ini" Ucap Chan masih dalam pelukan Hansol

"Maafkan aku Chan" Balas Hansol hanya direspon dengan gelengan kepala dari laki-laki menggemaskan tersebut.

Hansol melepas pelukan Chan dengan lembut membuat Chan yang masih belum puas menatap heran ke arah Hansol.

"Chan... Kita harus bicara."

"Aku juga.. Aku juga ingin bicara padamu Hans."

"Kalau begitu kau duluan saja." Hansol mempersilahkan Chan untuk bicara dahulu.

"Kalau begitu, pejamkan mata mu dulu." Chan tersenyum menatap binar ke arah Hansol.

"Untuk apa?"

"Aish tak perlu banyak tanya .. Ayo cepat tutup."

Hansol sekarang sudah tau Chan adalah orang yang harus dituruti kemauannya dan mau tak mau di mengikuti permintaan dari Chan dan menutup matanya. Sementara Chan langsung merogoh sesuatu dari kantung celana nya lalu mengulurkan tangannya di depan Hansol yang masih memejamkan mata.

JUST MY BUDDY? REALLY?  [VerChan]Место, где живут истории. Откройте их для себя