tepat waktu or nah

250 24 0
                                    



:)







.

.

.

.














Tak ada kata terlambat kalau memang sudah akan menjadi takdirnya. Seperti yang dialami oleh kedua orang yang kisahnya sudah dekat sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama itu.

Selimut tebal yang tersingkap sedikit menunjukan kaki putih seorang laki-laki yang sedikit bergerak merespon udara dingin AC yang menembus kulit telapak kakinya dan suara alarm hp yang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu menyadarkan salah satu makhluk yang masih dalam kondisi setengah nyawa belum terkumpul. Namun hal itu tidak membuatnya melupakan kebiasaannya yang baru beberapa hari dia lakukan saat pertama kali tersadar dari tidurnya, yaitu memeluk seseorang yang berada di samping nya.

Hansol sedikit membuka matanya melirik ke arah Chan yang masih terlelap membelakanginya namun dengan gaya tidur yang menurut Chan sangat buruk tapi menurut Hansol itu sangat menggemaskan. Tak segan-segan Hansol mendekatkan tubuhnya pada punggung Chan dan memeluk pinggang pemuda yang satu tahun lebih muda darinya itu lalu wajahnya dia tenggelamkan pada pundak Chan yang membuatnya ikut terganggu dan akhirnya tersadar dari tidurnya. Reflek Chan mengambil handphonenya dan melihat waktu yang sudah terbuang hampir lima belas menit dari waktu yang sudah mereka rencanakan semalam  untuk bangun pagi ini.

Chan merasakan tubuhnya yang dipeluk pun menepuk tangan Hansol yang melingkar di pinggang ramping Chan dan menoleh sedikit pada Hansol yang masih nyaman memeluk teman kecilnya itu "Ugh, Hans bangunlah. Hari ini ke bandara bukan?"

"Hmm lima menit lagi" Bukannya langsung bangun tapi yang memeluk masih dengan santai menjawab dan semakin mengeratkan pelukannya.


Selama mereka berteman, tak pernah mereka berdua melakukan hal ini. Berpelukan seperti ini dengan alasan itu hal yang menggelikan. Namun entah apa yang semalam mereka perbincangkan sehari sebelum Hansol akan berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya di sana, seketika sifatnya berubah saat tengah malam, Hans menelpon Chan untuk datang menemuinya dan berakhirlah pria manis itu menginap di rumah Hansol. Hal itu baru dirasakan mereka berdua pagi ini dan rasanya begitu berbeda namun membuat mereka nyaman. Chan pun tak menolak dan menahan untuk mengontrol detak jantungnya yang tak karuan berdetak.

"Hans ayo bangun. Nanti ketinggalan pesawatnya." Ujar Chan masih menepuk pelan tangan Hansol yang tak mau lepas dari pinggang Chan.

"Kek gini dulu sebentar lagi please. Gue gak akan bisa ngerasain kek gini untuk waktu yang cukup lama pas gue di luar negeri." Balas Hansol tanpa malu-malu dengan posisi yang sama. Mendengar itu Chan hanya terdiam membuat seisi kamar kembali hening.


"Lu beneran lanjutin sekolah ke luar negeri Hans?" tanya Chan memecah hening

"Hmm.. " Mendengar sautan Hansol, pria itu kembali terdiam. Chan memegang tangan Hansol sedikit mengusap kecil membuat Hansol membuka matanya.


"Kenapa? Bukannya kita udah bahas semalam ya? " Tanya Sol


"Hm? Gk ada. Ayo ah bangun lu.. Kalo telat nanti gue juga yg ikut kerepotan bantuin bawain koper lu tu."Jawab Chan langsung bangkit dan beranjak dari tempat tidur. Sedang pria berparas bule itu sempat terdiam memandang Chan, beberapa saat kemudian dia ikut bangun dan mulai mempersiapkan dirinya menuju bandara.

.

.

.

.

JUST MY BUDDY? REALLY?  [VerChan]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon