1. Kotak Bekal Kelinci

280 46 34
                                    


Sang surya telah bertakhta tinggi di angkasa, bersinar terik menerangi bumi dengan cahayanya. Di sebuah sekolah elit yang terletak di kawasan Jakarta Selatan, suara bel berbunyi nyaring, pertanda bahwa waktu istirahat telah tiba.

Koridor yang semula sunyi senyap seketika menjadi ramai, saat para penghuni kelas telah berhamburan keluar untuk menikmati waktu istirahat yang dimiliki. Ada yang langsung berjalan menuju kafetaria, ada pula yang berjalan menuju perpustakaan, toilet maupun loker.

"Lagi?" tanya Dylan ketika melihat sepupunya mengeluarkan sebuah kotak bekal berbentuk kelinci dari dalam loker.

Wang Yibo yang ditanya tersenyum kecil. Bibirnya bergumam sebagai jawaban, "Mn."

"Ini sudah hampir enam bulan, ‘kan? Kamu tidak penasaran, siapa yang memberimu bekal setiap hari?"

Tak berniat menjawab pertanyaan yang menurutnya tak bermutu, Wang Yibo segera menutup lokernya. Dengan langka lebar, dia berjalan melawan arah dari arah kafetaria.

Pria tampan itu berlalu begitu saja meninggalkan Dylan yang telah berdecak sebal karena lagi-lagi diabaikan.

Bohong jika Wang Yibo tak merasa penasaran sedikit pun. Pria yang kerap kali dipanggil ‘Prince’ itu, bahkan pernah mencoba keberuntungannya dengan datang lebih awal beberapa kali guna mengintip dari kejauhan siapakah kiranya sosok misterius yang selama ini telah mengisi lokernya dengan bekal nikmat yang dimasukkan ke dalam kotak kelinci imut.

Sayang seribu sayang, sosok tersebut tak pernah tertangkap basah dalam menjalankan aksi. Dia begitu lihai bersembunyi hingga begitu sulit untuk ditemukan.

Wang Yibo juga tak bisa menebak siapa, karena pada nyatanya, hampir semua siswi termasuk siswa yang memegang predikat uke di Wang Internasional High School juga mengidolakan dirinya.

Lagi pula, siapa orang normal yang tidak akan terpesona dengan seluruh kesempurnaan yang dimiliki seorang Prince?

Tak hanya paras yang rupawan, dia juga terkenal dengan segudang bakat dan prestasi yang membanggakan. Selain itu, latar belakang keluarga yang terpandang menjadi incaran utama semua golongan. Orang-orang berlomba-lomba menargetkan kedudukan ‘pendamping’ dari pewaris tunggal Wang Group yang sampai saat ini masih kosong.

Kira-kira dia memasak menu apa lagi, ya, hari ini? gumam Yibo dengan sedikit tidak sabaran.

Cuaca begitu terik ketika dia duduk nyaman di atas bangku taman yang terletak di belakang sekolah. Itu adalah tempat favoritnya yang hanya diketahui oleh segelintir orang saja.

Suasana di sana cukup hening tanpa adanya suara berisik yang timbul dari jerit-jeritan histeris para wanita yang cukup mengganggu. Alih-alih ke kafetaria, Yibo lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di taman tersebut. Tentu saja dengan kotak bekal kelinci yang tak pernah absen mengisi lokernya.

Benda berbentuk kelinci yang sejak tadi digenggam dibuka perlahan, membuat aroma lezat di dalamnya langsung tertangkap indra penciuman.

Kali ini menunya adalah nasi goreng dengan beberapa potongan daging dan juga telur mata sapi di atasnya. Ada pula, irisan timun segar yang menjadi sayur favorit seorang Wang Yibo.

"Dia selalu tahu apa yang aku suka." Wang Yibo tersenyum kecil.

Bibir kissable terbuka, bersiap menyambut makanan lezat di tangan. Cita rasa gurih dan sedikit pedas langsung meleleh di dalam mulut. Satu suap, dua suap dan di suap-suap berikutnya, dia terus mengunyah dengan senyum yang tak pernah luntur.

Rasa kagum melambung tinggi ke angkasa. Semua masakan sosok misterius itu benar-benar sesuai selera. Siapa pun dia, baik wanita ataupun pria, Wang Yibo telah bertekad untuk menjadikannya kekasih kelak. Kalau bisa, langsung menikah juga oke. Tidak masalah jika umur mereka masih terlalu muda. Toh, dari segi finansial, keluarganya lebih dari sekedar kata ‘mampu’ untuk menghidupi istrinya.

Twists Turns of Love (Yizhan) PDF Ready ✅Where stories live. Discover now