Part 15

34.8K 1.9K 42
                                    

"Kita emang nggak seumuran tapi kita bisa seumur hidup."

Tepat jam setengah lima sore, Adiba baru saja selesai ngaji diniyah. Perutnya terasa lapar dan tenggorokannya haus namun semangatnya masih berkobar untuk membuatkan menu berbuka untuk sang suami.

Adiba mulai menuju ke dapur. Di sana ada sosok para khadimah yang di tugaskan Bu Nyai Halwa memasak menu berbuka untuk Haidar dan Adiba yang tengah berpuasa.

“Itu nanti buat makan malam aja Mbak, aku mau masak sendiri,” ujar Adiba pada para khadimah.

“Loh, waktunya kan sudah mepet Ning,” sahut Nana.

“Iya Mbak, nggak masalah. Aku udah beli terong sama jagung di kulkas tadi pagi di tukang sayur, rencana pengen ku buat sambel terong sama dadar jagung kesukaan Gus Haidar,” terang Adiba.

Nana mengangguk kecil. Padahal menu makanan yang dirinya buat bersama para khadimah lain terlihat lebih mewah dan lezat.

“Ayam rica-rica sama omelet-nya kesukaan Mas Albi Mbak. Nanti biar di makan dia sama Mas Akhtar,” ujar Adiba tak mau mengecewakan para khadimah yang sudah berusaha payah membuat menu makanan.

“Baik Ning,” sahut para khadimah serentak.

Setelah selesai bersih-bersih, para khadimah pamit pergi kecuali Nana yang memutuskan membantu Adiba memasak.

“Ning, kenapa ya Gus Albi nggak pernah suka makanan berkuah?” tanya Nana tiba-tiba karena sangat penasaran.

Meski sudah lama mondok dan mengabdi, Nana masih belum mengerti mengapa Albi tidak pernah suka makanan berkuah.

“Cie, nanyain Mas Albi,” kata Adiba menggoda.

“Eh, bukan gitu Ning,” sahut Nana salting seketika.

“Kalau Mbak Nana pengen tahu, Mbak harus jadi istrinya,” ujar Adiba.

“Soalnya aku pernah tanya dan Mas Albi bilang, yang akan di kasih tahu alasannya itu istrinya,” lanjut Adiba.

“Kalau gitu, saya nggak akan tahu selamanya dong Ning, soalnya nggak mungkin juga saya nikah sama Gus Albi,” kata Nana merendah.

“Jangan bilang gitu Mbak. Takdir nggak ada yang tahu kan?”

Beberapa saat kemudian, Adiba telah selesai memasak. Ia segera menghidangkan makanan di meja makan. Sementara Nana membersihkan dapur.

“Mas, masakannya udah siap,” ujar Adiba pada sang suami.

“Oh ya? Kamu yang masak sendiri?” tanya Haidar.

Adiba mengangguk antusias. Mereka berdua segera duduk di meja makan menunggu adzan Maghrib yang satu menit lagi akan berkumandang.

Tak berapa lama, terdengar suara adzan Maghrib berkumandang. Adiba dan Haidar pun langsung membatalkan puasanya dengan meminum segelas air putih dan kurma.

Setelah itu, mereka melanjutkan untuk sholat Maghrib berjamaah terlebih dahulu sebelum berbuka menu inti.

Selesai sholat Maghrib berjamaah berdua, Adiba dan Haidar langsung menuju ke meja makan untuk berbuka bersama.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang