Part 20

32.7K 1.8K 143
                                    

"Aku memang bukan lelaki idaman para wanita. Tapi aku berjanji akan berusaha menjadi satu-satunya lelaki idamanmu."

_Haidar Al-Faraby

Jam setengah dua siang. Ning Adiba pulang dari sekolah. Ia langsung mandi dan ganti baju. Sosok Gus Haidar tidak ada di rumah karena pergi bersama Gus Albi mengurus restoran. Mencari nafkah untuknya.

Ning Adiba sangat salut dengan Gus Haidar. Ia benar-benar suami yang ideal. Ia merelakan waktu istirahatnya untuk bercanda pada Ning Adiba di tengah aktifitas padatnya. Bagaimana tidak? Gus Haidar hampir tak punya waktu luang untuk bersantai karena ia harus mengajar, mengurus pesantren, kuliah dan juga kerja. Benar-benar suami idaman bagi Ning Adiba.

Setelah selesai makan, Ning Adiba memutuskan membaca buku sejarah karena ia memang gemar membaca.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, Ning Adiba pun membukanya dan menyangka jika itu suaminya namun ternyata dugaannya salah.

“Assalamualaikum Ning.”

“Waalaikumsalam, Kang Fairuz ada apa?” Tanya Ning Adiba kaget.

“Saya mau ngasih ini,” ucap Kang Fairuz sembari menyodorkan sebuah buku.

Ning Adiba pun langsung menerimanya. Seketika wajahnya berubah ceria melihat buku yang di berikan Kang Fairuz.

“Waah, ini buku Kang Iruz?” Tanya Ning Adiba antusias.

“Iya Ning. Saya ingat kalau Ning Adiba suka baca sejarah, jadi saya niatnya mau ngasih ke Ning kalau Ning mau,” jawab Kang Fairuz.

“Mau banget kang. Tapi syaratnya aku beli,” sahut Ning Adiba.

“Jangan Ning! Itu sudah saya baca. Bukunya tidak baru. Anggap saja itu hadiah dari saya,” ucap Kang Fairuz.

“Saya nggak enak hati kalau gini ceritanya kang,” ungkap Ning Adiba.

“Tidak perlu sungkan Ning. Saya di sini kan sudah lama. Abi-nya Ning sudah banyak memberikan ilmu pada saya. Dengan memberikan buku itu pasti tidak ada nilainya di banding dengan segala jasa Abi-nya Ning,” tutur Kang Fairuz.

“Kang Iruz salah. Kan jasanya ke Abi bukan aku,” sahut Ning Adiba.

“Ekhem.”

Mendengar suara deheman, Ning Adiba dan Kang Fairuz kompak menoleh ke sumber suara. Dan ternyata suara itu berasal dari Gus Haidar.

"Mohon maaf Gus, saya cuma ngasih buku sejarah pada Ning, Gus," sahut Kang Fairuz sambil menunduk. Ia sungkan dan sedikit takut mendengar nada tak bersahabat Gus Haidar.

Ning Adiba berdebar menatap wajah tak bersahabat sang suami.

"Silahkan pergi kalau urusanmu sudah selesai," titah Gus Haidar.

"Baik Gus. Saya pamit Gus, Ning," ucap Kang Fairuz kemudian berlalu pergi.

Ning Adiba menatap Gus Haidar. Begitu juga sebaliknya. Tatapan mereka beradu cukup lama tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Ayo masuk," ucap Gus Haidar kemudian segera masuk ke dalam rumah.

Ning Adiba menurut saja. Ia menutup pintu dan menyusul Gus Haidar ke dalam.

Partner Syurga (TERBIT)Where stories live. Discover now