14

443 49 0
                                    


.

"Junhui, buka pintunya atau kakak telpon Yanan sekarang"

Joshua menggedor gedor pintu kamar Junhui yang terkunci. Setelah mendapati Junhui yang tengah berkelahi dengan Yuta, anak itu berlari pulang dan langsung mengunci kamarnya. Untung saja ia sempat memasuki rumah yang lebih muda walau tak sempat untuk menahannya masuk kekamarnya.

"PULANG! CEPAT!"

Joshua tersentak, baru kali ini Junhui berteriak padanya. Joshua jadi khawatir.

"Junhui, kakak gak main main bakal telpon Yanan, ya"

Cklek!

Terlihat Junhui yang mengintip didepannya dengan wajah pucat. Joshua mendekat, tapi Junhui menghalanginya.

"Pulang, kak..." Junhui berucap dengan suara seraknya dan tubuhnya yang bergetar.

Ada yang tidak beres.

"Kakak gak bakal marah, jangan takut. Kakak gak bakal ngehakimin kamu" Joshua berucap lembut dan akhirnya membuat Junhui luluh. Anak itu membukakan pintu untuk Joshua, mempersilahkan yang lebih tua masuk ke kamarnya.

"Junhui, kamu berdarah..."

.

.

"Maaf"

"Kamu gak capek bilang maaf terus?" Joshua sebenarnya tak terbiasa menggunakan bahasa formal seperti ini, tapi ia berusaha menyamankan lawan bicaranya yang nampak takut takut saat ini.

"Hui salah, maafin Hui. Jangan pukul.."

Joshua termangu. Sepertinya anak ini memiliki trauma pada masa lalunya.

"Pantes Juni selalu make bahasa formal, orangtuanya keras..."

"Hei hei, lihat kakak. Gak ada yang bakal mukul kamu. Percaya sama kakak"

Junhui menatap Joshua ragu ragu. Sirat matanya menunjukkan rasa sakit yang ikut menyakiti hati Joshua.

"Tapi sekarang bisa jelasin kenapa kamu berantem sama Yuta Jhonny?"

Tubuh Junhui kembali bergetar, bayangan bayangan yang tidak ingin dilihatnya kembali terlihat. Membuatnya menjauhi Joshua dan memasang sikap waspada.

"Jun, ini kak Shua..."

"DIAM!! JANGAN MENDEKAT!!"

Joshua tak sadar meneteskan air matanya.

Adiknya sakit.

.

.

"Jelasin ke gue Junhui kenapa sebenarnya" Joshua berucap dalam teleponnya, ia tengah menelpon Yanan sekarang setelah berhasil menenangkan Junhui sampai anak itu tertidur.

"Gue juga gak tau. Lagian kenapa lu bisa lepas pengawasan gitu sampe dia berantem sama dua preman itu, hah?!"

Joshua menghela nafas. Bukan jawaban yang ia dapatkan melainkan amukan dari lelaki bersuara melengking itu. Mau tak mau ia menjelaskan kenapa Junhui bisa bertemu keduanya padahal ia seharusnya tak ada jadwal kuliah hari ini.

"JEONGHAN BANGSAT! AWAS LU KALAU KETEMU GUE! LU APAIN TEMEN GUE ANJINGGG!!"

Joshua menjauhkan handphonenya dari pendengarannya. Suara Yanan benar benar memekakkan telinga.

"LU JUGA SAMA AJA! KAN UDAH GUE BILANG, JUNHUI TUH JANGAN DITAROH DI TEMPAT RAME! GOBLOK APA GIMANA?!"

Joshua ingin balas memakinya rasanya kalau tidak ingat bahwa Yanan anak menteri di negaranya.

About [Junhui & Svt 96L] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang