tiga empat; kunjungan orang tua part dua

218 29 5
                                    

Gue melotot ke arah Chanyeol dan Chanyeol nyiku gue. Dia berbisik. "Ini semua gara-gara kamu! Kalo papa kamu sampe ga nerima aku sebagai calon mantu idaman dia, awas aja!"

Gue memutar bola mata. "Ga mungkin dia nolak cuma alasan gitu doang." Gue menunjuk makanan yang papa makan. "Lagian kan kamu bisa cuci tadi dagingnya—"

"Kalian berdua ngomongin apa ?" Sela bokap gue sambil mengelap bibirnya dengan tisu. "Udah ada refrensi buat nanti nikahannya mau kaya gimana ?"

Gue melotot. "Pah, ga gitu—"

"Udah, om. Kita berdua udah tau mau kaya gimana temanya nanti."

Mamah tepuk tangan sumringah. "Harus disegerakan, ya! Mamah pokoknya setuju aja, mau pake adat apa, mau mewah atau sederhana, ga masalah! Yang penting kamu nikahnya sama Chanyeol." Nyokap menunjuk Chanyeol lalu menyikut bokap. "Ya ga, pah ?"

Gue menepok jidat dan Chanyeol ikutan senyum sumringah setelah mendengar nyokap gue ngomong.

"Kalo persiapan pernikahan tenang aja, mah. Bakal Chanyeol siapin yang terbaik." Chanyeol menoleh ke gue. "Asalkan ini calon pengantin wanitanya udah siap," Chanyeol menoleh ke bokap nyokap gue. "Chanyeol juga siap, kok. Kalo mau hari ini juga ayok."

Gue menepuk bahu Chanyeol. "Ye, enak aja lu!"

"Iya dong, keenakan. Jadi ga sabar—"

Gue memukul bahu Chanyeol berkali-kali. "Jangan macem-macem lo!"

Bokap sama nyokap gue senyum-senyum penuh arti.

"Kalo gitu semuanya udah clear, ya ?" Tanya bokap gue. "Chanyeol manggil papah juga ga kenapa-kenapa. Kan bentar lagi jadi mantunya om."

Chanyeol mengangguk.

Nyokap gue ngangguk. "Jadi gimana, pah ?"

Bokap gue bisik-bisik ke nyokap, nyokap gue senyum cekikikan.

Gue bergidik ngeri. Mau ngapain ni mereka sekarang ?!

"Kalo gitu, mamah sama papah balik dulu, ya—"

"Loh ? Ga nginep sini ?" Tawar gue.

Nyokap gue menggeleng. "Engga, nanti ganggu kalian." Jawab nyokap sambil menutup mulut lalu senyum cengengesan. "Ayok, pah. Mereka butuh ehem...istirahat." Nyokap gue mengalungkam tangannya di lengan papah. "Mamah sama papah balik, ya. Jangan lupa pesen mamah."

"Mah—"

Belum gue cegat nyokap gue buat diem, Chanyeol langsung nanya. "Apa tuh, mah ?"

"Anaknya nanti dulu, kalo kepengen main aman dulu, yah."

Gue memerah, Chanyeol memerah. Chanyeol berdehem lalu melengos. Gue menoleh ke Chanyeol dan kupingnya merah banget. Gue menyikut Chanyeol sambil bergumam. "Makanya jangan ditanya!"

Mamah sama papah pamit, gue salam dan memeluk mereka barengan. "Ati-ati, mah, pah."

Mereka ngangguk. "Kamu juga hati-hati—"

"Ya!" Potong gue sebelum mamah selesai ngomong.

Mereka memeluk Chanyeol dan kemudian masuk ke dalam taksi.

Gue sama Chanyeol melambaikan tangan sampe taksi itu ga terlihat lagi dari pandangan.

Gue buru-buru masuk lalu bersihin makanan di meja.

Gue mendengar Chanyeol menutup pintu lalu berjalan mendekati gue. "Yang." Panggil dia lembut.

"Apa ?"

"Masa tadi papah ngasih aku ini." Chanyeol menunjukkan sekotak pengaman yang gue rampas lalu gue buang. "Kok dibuang ?!" Tanya Chanyeol.

"Ga usah mikir itu! Bantuin gue beresin ini meja!"

Jodoh yang Tertukar • PCY ✔️Where stories live. Discover now