5

53 6 0
                                    

"Ke mana Kinara?"

Sarah menoleh ke sana dan kemari, memindai taman rumah sakit jiwa yang dipenuhi banyak pasien serta perawat yang tak ada Kinara di antaranya. Apa yang terjadi?

Sarah kemudian berjalan tak tentu arah, ia menulusuri rumah sakit dan mengintip kamar yang ia lewati untuk mencari keberadaan Kinara. Gadis itu tidak tau ruangan mana yang menjadi kamar Kinara, ia jadi kesal.

Sarah memukul sosok gila yang berjalan ke hadapannya hingga ia tak bisa mengusili gadis itu. Sarah kesal, memangnya kenapa Kinara meninggalkannya?

Apa Sarah bukan teman yang baik?

Gadis itu kemudian memukul kepalanya, merasa kesal karena tak dihargai. Ia tidak sadar ada sosok gila lain dari arah belakang yang berhasil meninju punggungnya hingga membuatnya tersungkur.

Sarah jadi makin panas, kepalanya berasap dan tak segan-segan memukul balik lawannya hingga darah berceceran ke mana-mana. Ia berteriak kesetanan sampai harus diamankan oleh perawat yang kebetulan melintas di sana.

"Kamu baru sadar ... kamu jangan bergerak terlalu banyak, Elena!"

"Aku Sarah, idiot!"

Gadis itu berusaha memberontak namun kekuatannya tak sebanding dengan obat yang diinjeksikan melalui pembuluh darah di lehernya. Sehingga kini ia lemas tak berdaya di tangan kedua perawat.

Begitu terbangun, di hadapannya sudah ada dua perawat dan Jeremy yang menatap dirinya penuh kekhawatiran. "Elena?" panggil Jeremy.

"Kamu salah orang."

Mendengar itu, harapan Jeremy musnah seketika. "Bagaimana, Dokter?"

"Dokter, jika begini terus ... apa Elena bisa kembali?"

"Ya, ya. Saya mengerti." Jeremy menghela napas dan kembali menatap Sarah yang menatapnya dengan tak suka. "Aku mau bertemu Kinara," ucap Sarah tiba-tiba.

"Siapa Kinara?" tanya Jeremy pada rekan perawatnya.

"Pasien juga, Dokter. Namun ... saya mendengar kabar tak baik mengenainya. Kondisinya memburuk."

"Oh, ya? Siapa Dokternya?"

Dengan itu, Jeremy lekas menemui Kinara di ruangannya bersama Dokter yang merawat gadis itu. Ia melihat kondisinya yang memperihatinkan. Kinara jelas berhalusinasi, ia terlihat berbicara sendiri dan terlalu banyak murung.

"Kinara dan Elena tidak jauh berbeda, tidak heran mengapa mereka bisa berteman. Tapi ... dua tahun terakhir kondisinya memburuk, ia terus mengurung diri di ruangannya. Meski para perawat memancingnya dengan apa pun, ia tak mau. Katanya ... ia hanya mau bertemu Elena."

Welcome To My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang